Sakura, Temari dan Hinata menatap haru sekeliling ruangan Divisi mereka untuk terakhir kali. Ruangan beraneka warna yang sebentar lagi hanya akan menjadi kenang-kenangan bagi mereka.
Bola mata emerald Sakura berkaca-kaca,"Aku tak menyangka kita akan ... terpisah dengan cara seperti ini,"ucap Sakura penuh haru, tarikan napasnya terasa amat berat. Berat meninggalkan segala kenangan dan hal-hal positif yang ada di dalam ruangan ini.
"Kenaikan jabatan dan gaji, memang cobaan untuk kita. Kita masih lemah dengan godaan itu, itu menunjukkan kita hanya manusia biasa. Kita harus tetap semangat menyongsong hal baru yang akan lebih menantang di depan sana,"Temari mengimbuhkan, air mukanya menunjukkan kesedihan juga. Walaupun tampak senang dari luar namun siapa sangka, Temari rasanya ingin menjerit histeris dalam hati ketika mendapati ia dipisahkan dengan teman-temannya yang lain. Menerima sesuatu yang baru tidaklah mudah, akan selalu ada yang dikorbankan.
"Tapi kita masih bisa bertemu 'kan, teman-teman? Menghabiskan weekend bersama, makan bersama, ngobrol, bergurau?"Sakura mulai meraung, terisak-isak karena perpisahan. Dada Hinata terasa sesak mendengar tangisan Sakura.
"Oh, ayolah, teman... Kita masih satu kantor, lantainya saja yang berbeda. Kita masih bisa saling berkunjung ke ruangan satu dengan yang lain. Terlebih Hinata adalah kepala kita sekarang, dia bisa mengatur jadwal pertemuan di luar kantor,"imbuh Temari, mencoba menghibur. Air matanya ikut meleleh berikut lendir yang ada di hidungnya. Ia menarik tisu dari kotak yang ada di atas meja komputernya untuk menyapu kesedihan yang ada di wajah. Nyatanya, perpisahan antar teman yang sudah mendarah daging, dengan cara seperti ini jauh lebih menyesakkan.
Hinata masih merapatkan bibirnya, ia sendiri bingung harus menyikapi hal ini seperti apa. Wajah Hinata tak ada menunjukkan kesenangan sama sekali saat naik jabatan. Sedih karena berpisah dengan teman itu yang lebih dominan.
"Kamu seharusnya senang Hinata, kulihat dari tadi wajahmu mendung terus," Temari berucap serius ditengah tangisnya yang pelan-pelan mereda. Rupanya ia sangat jeli meneliti ekspresi muka Hinata.
"Jabatanmu lebih tinggi. Kamu memang pantas mendapatkannya, kamu paling gigih dan pekerja keras di antara kami,"kata Sakura menambahkan. Isakannya juga ikut mereda. Suaranya masih tersendat-sendat. Salah satu ciri pertemanan yang baik adalah ikut merasa senang ketika teman mendapatkan kesuksesan, bukan malah iri dan cenderung menjatuhkan di belakang.
Tangan Hinata bergerak untuk menyapa Personal Computer yang telah menemaninya selama 3 tahun. Mengusapnya lembut seperti ia mengusap kepala anak kecil.
"Aku masih belum tahu harus bereaksi seperti apa, aku masih ... bingung,"Tutur Hinata pelan, banyak hal yang berkecamuk di kepalanya. Kemudian ia melanjutkan,"Orang-orang di sini, mungkin akan beranggapan bahwa aku meraih posisi itu karena tidur dengan atasan,"
"Kamu salah, Hinata!"
Suara baritone itu teralun tegas. Semua kepala sontak menoleh ke arah pintu, di situ Naruto Uzumaki bersama Shikamaru sudah berdiri.
"Temari dan Sakura, silakan ikut bersama Shikamaru. Ia akan menunjukkan ruangan kalian yang baru, besok kalian sudah bisa menempati ruangan masing-masing. Jam 7 pagi, saya akan mem-briefing dan menatar kalian mengenai apa saja jobdesk tambahan untuk jabatan kalian yang sekarang. Bisa dipahami?"
Temari, Sakura dan Hinata saling pandang sebentar. Tarikan napas mengudara tatkala Hinata menganggukkan kepala, mengizinkan mereka berdua untuk pergi, "Bisa,"Temari dan Sakura kompak menjawab disertai wajah lesu. Tubuh mereka berdiri dan mereka mengulas senyum sungkan ke arah Naruto Uzumaki. Setibanya sampai di pintu, mereka kembali menoleh ke arah Hinata. Mereka melambaikan tangan ke arahnya beserta memberi salam kepalan tangan di udara pertanda semangat. Gadis itu menanggapi dengan senyum sedih yang terulas lebar. Dan ketika ia melirik Naruto, yang perlahan masuk ke dalam ruangan, senyum itu perlahan-lahan memudar. Naruto segera menutup pintu rapat-rapat sebelum mendekat ke arah Hinata yang jelas-jelas tampak kesal dengan keputusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marketing Division (End) ✔️
FanficMinato membangun perusahaan yang memiliki aturan, bahwa di dalam perusahaan tidak diperkenankan menjalin relasi asmara sesama karyawan, terlebih dengan bos. Tapi bagaimana yang terjebak cinlok adalah putra semata wayangnya sendiri dengan salah satu...