Chapter 6

1K 129 20
                                    

"Ma, Niall enggak akan bantuin mama kali ini." Niall mendelik tajam kearah Rosette, "Niall mohon mah.. jangan sakiti dia."

Niall terus-menerus memohon pada Rosette. Namun Rosette tidak mengindahkan permohonan Niall. Dia tetap diam, dengan mata yang terfokus pada layar laptop.

Hal itu tentu membuat Niall kesal.

"Ma, Niall sayang sama dia!" Niall menyentak sedikit, tapi tetap saja Rosette tidak bergeming, "Niall enggak bisa ngelihat dia terluka, sedikitpun."

Perlahan tubuh Niall merosot, ia berlutut di hadapan sang Mama. Mendongak wajahnya menatap Rosette, berharap Rosette akan berubah pikiran. Namun, Rosette malah membuang mukanya.

"Untuk kali ini aja, jangan bunuh siapapun. Jangan bunuh (sebutnamakamu) jangan bunuh papanya, itu akan melukai perasaan nya." Niall meracau lagi

Rosette risih. Dengan satu sentakan ia berdiri, menyingkirkan berkas-berkas di mejanya. Lalu menatap Niall tajam.

"Berdiri." titahnya tegas

Niall masih diam. Masih mematung. Dan masih berlutut.

"Niall, berdiri!" sentak Rosette, dengan setengah hati Niall bangkit. Menundukan wajahnya sejenak sebelum akhirnya menatap wajah murka Rosette.

"Mama sama sekali tidak pernah mengajarkanmu menjadi pria lemah karena cinta, Niall." Rosette bersidekap, "Kamu tetap harus dipihak mama, jangan sekali-kali kamu menghianati mama. Tanpa mama kamu tidak akan bisa sebahagia ini."

"Tapi setelah Niall tahu semuanya--Niall tidak bisa tinggal diam saja! Niall tidak bisa duduk santai dan dengan idiotnya menyaksikan gadis yang Niall cintai dibunuh oleh Mama!"

Rosette mengibaskan kelima jarinya ke udara, "Jangan berbicara dengan mama lagi, kamu harus tetap menuruti kata mama. Mama tidak akan membunuh gadis itu, tapi mama harus mendapatkan tanda tangan surat pemindahan kekuasaannya. Dan kamu harus membantu mama. Jika tidak, gadis itu akan mati, tepat didepan matamu." Niall melotot, menggerutu melihat sikap Rosette, "Keluar sekarang juga dari kamar mama!"

Baru saja Niall ingin angkat bicara, tetapi sang Mama langsung mengusirnya. Yang mau tak mau harus Niall turuti. Ia tahu, ia baru saja mengacaukan rencana Mamanya.

**

"Ish, kenapa badanku malah sakit semua ya, Kak." katamu meringis.

Harry yang baru saja memasuki kamarmu dengan semangkuk bubur, pun Harry beringsut kearahmu. Meletakkan semangkuk bubur itu di meja nakas sebelah ranjangmu terlebih dahulu.

"Memang mana aja yang sakit? Udah biasa kalau memar kerasa sakitnya pasti paginya."

"Gitu yah, Kak?"

Harry mengangguk. Harry meraih semangkuk bubur, mengaduk-aduknya sebentar sebelum akhirnya menyuapimu.

"Ini Kak Harry yang bikin sarapan sendiri?" tanyamu disela-sela mengunyah bubur ayam tersebut.

"Telan dulu," kata Harry memperingatkan. Kamu mengangguk, lalu menelan habis bubur ayam tersebut. Dan menatap Harry. Meminta jawaban atas pertanyaanmu tadi.

"Enggaklah, haha. Kak Harry beli tadi pagi." kata Harry yang seolah tahu kamu sedang menunggu jawaban darinya

"Yee, padahal mau aku puji tadi, soalnya makanan nya lumayan enak." cibirmu, mendorong tubuh Harry pelan.

"Ditelen dulu deh, jangan sambil bicara. Kebiasaan." Harry menyentil hidungmu, kamu hanya mengangguk dan Harry segera kembali menyuapimu hingga suapan terakhir. Selang beberapa menit selesai makan, Harry meletakkan mangkuknya kembali ke nampan dan hendak pergi, namun kamu menahan Harry dengan menarik bajunya.

My NightingaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang