06. RENCANA

336 17 10
                                    

Halo sahabat Pie!

Aku kembali lagi untuk kalian❤️

1k view, 100 vote kita next lagi😋

Happy Reading
Jangan lupa vote sebelum membaca ♥️

Di sebuah ruangan bernuansa putih, dengan suara alunan musik terdengar begitu merdu. Senyuman yang hangat, namun penuh dengan makna didalamnya.

Tangannya bergerak membuka kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Dengan tatapan tajam, menatap sebuah rumah besar di hadapannya menghadap ke jalan raya.

"Gue yakin, dengan cara ini gue bisa ngehancurin kalian. Jangan pernah menganggap, kalau gue bisa memaafkan kalian!"

****

Ting!

Suara lift terbuka menampilkan Andres dengan pakaian dokternya, berjalan keluar dari lift. Wajahnya yang tampan, membuat pegawai maupun pasien rumah sakit terkadang salah tingkah melihatnya.

"Andres," panggil Relia, membuat Andres menghentikan langkahnya  kening Andres berkerut, melihat Relia yang tidak seperti biasanya.

"Ada apa? Aku masih ada urusan yang penting," ujar Andres dengan suara sedikit kesal, seolah berusaha agar cepat pergi dari Relia.

Relia tersenyum. "Cuma butuh sedikit berbicara, mungkin saat jam makan siang kita bisa bertemu di kantin bawah, aku tunggu." setelah mengucapkan itu, Relia langsung pergi dari hadapan Andres.

Andres mengerutkan kening, benar-benar heran menurutnya. Tak fikir panjang, Andres lalu memasuki ruangan UGD yang akan dia tangani saat ini.

Lain halnya dengan Alana, jam sudah menunjukkan pukul 11 siang sebentar lagi dia akan menuju rumah sakit. Walau sebenarnya jam Alana di mulai dari jam dua siang, namun ada hal yang harus Alana kerjakan.

Alana menuruni tangga rumahnya, seperti biasa rumahnya nampak sepi tidak ada siapapun disana. Disana yang sibuk dengan urusan ka tor, dan Daniel yang masih berada di luar negeri.

Duduk di soda dengan santai, memainkan ponselnya yang sama sekali tidak ada notifikasi dari siapapun.

"Galvin sama sekali gak ada kabar, bahkan biasanya dia pasti kesini," gumam Alana, dia merasa heran dengan tingkah Galvin. Namun dia menjadi ingat, isi surat yang diberikan oleh ya.

Alana tersenyum sinis. "Segitunya gak percaya sama gue, sampai-sampai peresmian pun gak ada gue?" Alana menggelengkan kepala tak habis fikir dengan tingkah mereka.

"Andai Lo masih disini, An. Mungkin kita bisa bicara baik-baik, Lo pasti percaya sama gue," gumamnya. Ketika Alana ingat, Andi yang selalu menjadi penenang di antara mereka. Selalu menjadi penengah, namun pada akhirnya semuanya hancur dan musnah.

Drtt!

Suara ponsel Alana, dengan cepat Alana merongoh tasnya untuk mengambil ponsel yang berbunyi sejak tadi. Alana senang, ketika dia mendapatkan telfon dari Angkasa.

"Halo, gimana Sa?" tanya Alana dengan cepat, dia ingin semuanya bisa dia dapatkan.

"Al, gue udah ketemu sama orang yang Lo maksud. Tapi."

"Tapi apa Sa? Bener kan? Coba siapa adiknya Delta? Dan Relia siapa sebenarnya?"

"Gue belum ketemu adiknya Delta, tapi Relia g-gu--" tut! Tut! Tut!

"Halo? Halo!" Alana menatap ponselnya dengan kesal, kstika sambungan telfonnya putus secara tiba-tiba. Alana menatap ke depan, pikirannya benar melayang sekali.

GALVIN MAHENDRA [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang