1. Pengumuman Mendebarkan

31 6 0
                                    


"Chrysanthemum," ucap gadis berambut pendek.


Dahi gadis pertama di depannya mengerut. "Bunga Krisan maksud lu?"


Senyum tertarik di kedua sisi bibirnya, gadis berambut pendek tersebut menanti sebuah reaksi dari dua gadis di hadapannya.


"Oh, bunga kuburan kan?" Gadis kedua ikut menebak jawabannya.


Tanpa menurunkan senyumnya, gadis berambut pendek itu menganggukkan kepalanya. "Ayo coba tebak lagi jawabannya."


Kedua gadis di depannya menggaruk kepalanya, jawaban apa lagi yang harus mereka keluarkan?


"Chrysanthemum itu benar bunga krisan, tapi tahu ngga? Ada jawaban yang lebih spesial dari itu. Dia lebih dari sekedar bunga, dia rumah." Ucapan dari gadis berambut pendek itu terdengar tulus.


Gadis kedua pun langsung menangkap perkataan yang dimaksud. "Oh, sudah mulai membanggakan pacar lu ya Ca?" Sindir gadis kedua. 


"Marica Gracilis."


Panggilan tersebut membuat mereka bertiga spontan menoleh. Di daun pintu, seseorang bertubuh jangkung dan tinggi dengan kacamata yang bertengger di batang hidung, berdiri menghalangi sinar matahari masuk. 


"Oh! Gua lupa!" Pekik Marica. Saat bangkit, kakinya tak sengaja membentur kaki meja hingga menjatuhkan sebagian barangnya di mejanya. Tanpa dia pedulikan, Marica berlari begitu saja keluar kelas. Dua gadis yang duduk di belakang mejanya hanya bisa menggeleng sembari bangkit untuk membereskan barang-barang Marica.


-


"Halo Ca!"


Marica membalas puluhan sapaan yang dia terima setiap kali berpapasan dengan murid di sekolah ini. Langkah mereka berdua tertuju ke ruang kepala sekolah. Marica tersenyum merekah bak Iris biru putih, rambut pendeknya terkibas ke berbagai arah. Walaupun tubuhnya pendek namun entah mengapa setiap kali orang-orang berpapasan dengannya, mereka tak akan melewatkan kesempatan untuk menunduk sedikit demi melihat wajah Marica yang sungguh berseri.


Marica dikenal seantero sekolah berkat berbagai macam prestasi yang dia torehkan. Kecil - kecil cabai rawit, begitulah banyak murid menyebutnya. Bisa dibilang tubuhnya terkecil di antara angkatannya. Walaupun tidak bisa menang dalam beradu tinggi, paling tidak dia menang dalam beradu otak.


Di sisi Marica, remaja laki-laki bernama Theo berjalan dengan kepala nyaris tertunduk untuk menghindari tatapan mata orang yang mengarah kepadanya setelah bersua dengan mata Marica. 


Senyum Marica terus mengembang hingga suatu hal membuatnya sontak menurunkan senyumnya. Marica sengaja memperlambat langkahnya, namun yang dihindari justru menghampiri. Tak ada jalan lain selain lurus ke depan menuju ruangan kepala sekolah.


"Ada guru gila, Theo."


Theo menyikut lengan Marica, bisa bahaya jika terdengar oleh guru yang dimaksud Marica.

SHINE STEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang