08. Catatan Kriminal Arin

11 4 0
                                    

­­"Amit – amit mungut. Lo mending tinggal sendirian kayak sekarang daripada tante Fadel ikutan gila nanti." Ucapan Adel menusuk Arin.


Arin memonyongkan bibirnya, "Gua juga pengen kali ngerasain punya keluarga, oh iya gua gabisa ngerawat bunga, tapi lukisan bunga sri rezeki dan iris putih biru itu bisa gua urus. Tinggal dipajang doang kan?" Arin berpaling dan meninggalkan Adel di kamar Marica seorang diri.


Arin berpaling dan meninggalkan Adel di kamar Marica seorang diri.


"Heran gua kok masih hidup lo sampai sekarang." Adel mengusap kasar wajahnya, " yaiyalah orang gua emak lo. Ngingatin makan lo, ngingatin obat lo, ngurus keuangan lo, belanja bulanan."


Mata merah menyala telah mengawasi pergerakan Adel dan Arin dari sebuah celah dinding. Aktivitas mereka dari mulai mendatangi kamar tersebut hingga meninggalkan kamar tersebut disaksikan oleh mata tersebut.


-


"Obatnya jangan lupa diminum, Rin."


Arin menguap begitu lebar sembari keluar dari kamarnya, "Iya, Ma. Udah diingati Adel kok, Ma."


Arin terdistraksi dengan ponselnya yang terus berdering. Apakah ada hal mendadak yang diberi tahu oleh manajernya? Bukankah terlalu pagi untuk bekerja? "Oh iya, Ma. Arin pulang malam ya hari ini? Ada photoshoot iklan." Arin meneguk beberapa pil yang telah menjadi konsumsinya setiap hari.


"Iya, hati – hati ya sayang?"


Arin berbalik badan hendak menyahut. "Iy-


-Ma?" Tak ada seseorang pun di sana. Arin membeku sesaat sebelum notifikasi lain dari ponselnya membuyarkannya. Ponselnya dia sambar sebelum tubuhnya terlempar ke sofa di ruang tengah, apa yang sebenarnya terjadi?


Banyak sekali yang menandai dirinya pada postingan – postingan sosial media, sepertinya bukan rahasia umum lagi jika Marica adalah sahabat Arin. Sebelum Arin mengeceknya, Arin beralih pada grup chat teman sekelasnya. Ramai sekali, ada apa?


Arin menarik ulur layar ponselnya dan ternyata kasus bunuh diri Marica telah sampai ke berbagai media. Ya wajar saja, saat itu sekolah mereka mengadakan Event besar, banyak sponsor besar hingga influencer datang meramaikan acara tersebut.


Tapi, kenapa,....


-


"Jadi kasus si Caca dibuka lagi sama ayahnya?"


Arin dan Adel bertatapan satu sama lain. Senang? Sedih? Mereka harus apa?


Arin berbisik kepada Adel, "Del, bukannya om Adam dan tante Fadel yang nyuruh kita ikhlas? Dan bilang kalau itu pilihan si Caca? Kenapa dibuka lagi ya? "


Adel menyikut lengan Arin, "Manusia itu pikirannya berubah-ubah, Rin."


SHINE STEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang