Bab 1. Senang Dinar

3.3K 267 28
                                    

Dinar menjerit bahagia, Keenan mengunjungi rumahnya akhir pekan ini dan akan menginap. Sejak sahabat kakaknya itu menikah, Dinar kurang memiliki waktu yang cukup banyak untuk bermanja-manja dengan Keenan, dan dia selalu dicurigai istri Keenan. Dinar sebenarnya menyukai Keenan sejak dirinya bersekolah di SMP, tapi dia hanya mampu memendam perasaan sukanya itu, karena Keenan sudah dijodohkan dengan Winda, anak dari pengusaha kaya raya.

Dinar berlari menuju ke dapur dan langsung membuatkan minuman hangat untuk Keenan.

"Emangnya Mas Keenan mau menginap?" tanya Ratri, mama Dinar. Dia tersenyum hangat melihat wajah binar Dinar.

"Iya, Ma."

"Tumben."

"Lagi ribut dengan istrinya kali."

"Hush, nggak boleh gitu."

"Habis, aku suka sebel sama istrinya tuh, kalo aku deket-deket sama Mas Keenan, mukanya jutek habis."

"Muka kamu yang jutek!" Tiba-tiba Beno menggetok kepala Dinar dari belakang.

"Ih, Mas ah!" decak Dinar.

"Lo, mana si Keenan?" tanya Ratri ke Beno.

"Lagi istirahat di kamar."

Dinar tampak semangat membawa baki dengan air minum hangat di atasnya, ke luar dari dapur.

"Dasar centil!" goda Beno yang melihat Dinar berjalan berlenggak lenggok ke luar dapur. Dia tahu adiknya itu sejak dulu menyukai Keenan, tapi apa daya Keenan sudah dijodohkan dengan anak pengusaha kaya raya yang bernama Winda dan menikahinya, dan Dinar mau tidak mau menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Lapang dada? Beno menggeleng, tidak yakin Dinar lapang dada, karena adiknya itu kerap menghubungi Keenan walaupun Keenan sudah menikah, bahkan terkadang agak keterlaluan.

"Bukannya kata kamu Keenan ke Palangkaraya?"

"Iya, dia memang dari sana."

Ratri mendelik heran, "Kok malah langsung ke sini? Hm ... ada masalah?" tanyanya kemudian. Dia ikut duduk di kursi makan, sebelah Beno.

"Ya, soal Winda."

"Kenapa lagi dengan Winda?"

Beno terkekeh dan menggeleng. "Masalah lama, Ma. Dinar tuh suka nelpon-nelpon Keenan."

"Halah, Dinar kan emang sudah lama deket Keenan ... kok cemburu sama anak ingusan."

"Idih, Mama. Bilang Dinar anak ingusan, laporin nanti."

"Maksud Mama tuh, kok Winda malah mempermasalahkan kedekatan Dinar dan Keenan."

"Tapi kadang Dinar tuh suka kelewatan, Ma."

"Kelewatan gimana? Pacaran? Nggak kan? Windanya aja yang overthinking. Semua kan tau Keenan itu emang sudah dari dulu sayang sama Dinar."

Beno terkekeh lagi, dia tidak mau memberitahu soal perasaan suka Dinar terhadap Keenan, bisa-bisa mamanya yang overthingking.

Tapi, dalam hatinya dia membenarkan kata-kata mamanya bahwa mungkin saja Winda yang terlalu cemburu, hingga mempermasalahkan kedekatan Keenan dengan adiknya, yang menurutnya masih biasa-biasa saja.

***

Dinar tersenyum melihat tubuh atletis Keenan yang rebah di atas kasur kamar kakaknya. Keenan semakin lama semakin memesona di matanya. Dia sudah mengamati Keenan sejak Keenan muda, dan tidak menyangka dengan penampakan sahabat kakaknya itu yang semakin gagah dan dewasa.

"Terima kasih, Manis."

Dinar duduk di samping Keenan di atas tempat tidur. "Aku pijat ya, Mas?" tawarnya.

"Boleh."

Keenan menyerahkan punggungnya dipijat dua tangan Dinar yang halus dan ramping. Sebelumnya Keenan memang kerap dipijat Dinar, bahkan dia yang lebih dulu meminta. Walaupun hanya pijatan sederhana, tapi cukup mampu menghilangkan penat, terutama pikiran.

"Dari Palangkaraya kok malah pulang ke sini?" iseng Dinar bertanya.

Keenan tertawa kecil, "Pura-pura nggak tau," decaknya.

Dinar tersenyum kecil, dia tahu masalah Keenan dengan istrinya, yang kerap mempermasalahkan kedekatannya dengan Keenan, dan mencemburuinya.

"Emangnya sudah diberi kejelasan tetap masih ngeyel ya, Mas?"

"Ya, gitu deh. Eh, gimana kuliah kamu?" Keenan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Udah selesai ujian, Mas. Ih, kok Mas lupa sih? Kan bulan lalu Mas kasih aku hadiah hape baru, waktu itu aku udah ujian akhir semester, Mas."

"Oh, iya. Sori, Din. Mas lupaan."

Selesai pijat, Keenan minum minuman hangat yang sudah dibuatkan Dinar untuknya. "Hm ... Mas istirahat dulu, ya?" ujarnya.

Itu adalah kode agar Dinar meninggalkan Keenan di kamarnya.

Dinar mengangguk patuh, dan dia pergi dari kamar kakaknya, dengan membawa baki dan gelas yang sudah kosong.

Dinar tidak langsung ke dapur untuk mengembalikan baki dan gelas kosong yang dia pegang. Dia malah meletakkannya di atas meja depan sofa di ruang keluarga yang berdekatan dengan kamar kakaknya di mana Keenan sedang beristirahat. Gadis itu duduk santai di atas sofa dan menyalakan televisi, memilih-milih film serial terbaru.

Setengah jam menonton, tiba-tiba dia mendengar dengkur Keenan dari dalam kamar Beno. Dia beranjak dari duduknya, melangkah menuju pintu kamar Beno, membukanya dan masuk ke dalamnya.

Dinar melepas atasannya hingga hanya menyisakan bra di tubuhnya, lalu duduk di tepi tempat tidur, di sisi Keenan yang masih terbaring dalam keadaan telanjang dada.

Dinar mengambil ponsel dengan posisi selfi, tersenyum ke arah layar ponsel, seolah-olah habis bercinta dengan Keenan.

***

Sandra sudah berkali-kali menasihati sahabatnya, Winda, untuk segera menggugat cerai Keenan, suami Winda yang dekat dengan seorang perempuan yang bernama Dinar. Dinar adalah adik Beno, sahabat dekat Keenan. Namun, Winda sepertinya masih tetap mempertahankan rumah tangganya yang sudah berjalan selama kurang lebih tiga tahun itu dengan alasan mencintai Keenan. Menurutnya Keenan masih bertanggung jawab selama ini. Meskipun beberapa kali melakukan perjalanan bisnis ke luar kota atau ke luar negeri, selama berminggu-minggu, Keenan tetap memberi kabar, juga memberinya nafkah.

"Mau sampai kapan kamu bertahan dengan keadaaan seperti ini, Win? Walaupun papa kamu punya kuasa, tetap saja nggak bisa merubah sikap dingin Keenan." Sandra memainkan gelas kecil berisi anggur sambil mengamati wajah sendu Winda. Winda saat ini mencurahkan isi hatinya kepada Sandra tentang keadaan rumah tangganya dalam beberapa minggu ini bahwa sikap Keenan semakin dingin dan acuh tak acuh. Winda mempersoalkan kedekatan Keenan dengan Dinar, dan Keenan selalu mengutamakan kepentingan Dinar di atas segala-galanya.

Winda tahu bahwa Keenan dan Dinar sudah lama dekat sebelum mereka menikah, Keenan mengaku hanya menganggap Dinar sebagai adiknya dan dia menyayangi Dinar. Tapi bagi Winda kedekatan mereka tidak perlu berlanjut, karena sikap Dinar yang semakin menjadi-jadi dan seperti ingin merebut suaminya.

Winda merasa Keenan selalu mengutamakan kepentingan Dinar di atas segala-galanya dan Winda tidak tahu bagaimana cara menghentikannya. Beberapa kali Keenan harus membatalkan janjinya dengan Winda, demi menemui Dinar yang tiba-tiba merengek ingin ditemani pergi jalan-jalan ke mall misalnya. Keenan juga sering menghadiahi Dinar dengan hadiah mahal jika Dinar berhasil meraih prestasi kuliahnya, membuat gadis itu besar kepala. Winda beberapa kali mempersoalkan tentang Dinar, tapi Keenan selalu membela gadis itu dengan dalih yang sama, telah menganggapnya sebagai adiknya yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Kini Winda sedikit menyadari kenaifannya, dengan mudahnya menerima perjodohan papanya dengan seorang pengusaha muda bernama Keenan. Papa Winda adalah seorang pengusaha kaya di bidang keuangan dan properti, dan Keenan merupakan CEO di salah satu perusahaan papa Winda, sudah bekerja di sana selama lebih dari sepuluh tahun.


Pilihan SulitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang