Bab 129. Kaget Beno

1.1K 137 2
                                    

Beno senang dengan sikap mamanya malam ini. Dia tidak menyangka bahwa mamanya langsung bisa akrab saat menyambut keluarga Sandra. Dia berharap pertemuan ini menjadi awal yang baik, dan dia bisa mewujudkan harapan dan impiannya, menikah dan memiliki keluarga bahagia dengan perempuan yang dia sayang.

Baru saja Beno selesai menyalami keluarga Sandra dan mengajak mereka masuk ke dalam ruang makan, Beno melihat ada sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumahnya. Dia langsung mengetahui bahwa mobil tersebut adalah salah satu mobil keluarga Rubiantara, tapi dia tidak mengundang mereka atau salah satu di antara mereka. Dia bahkan tidak mengundang Keenan, meskipun dia telah menceritakan tentang kedatangan keluarga Sandra ke rumahnya malam ini ke Keenan.

"Hikam?" Beno terkejut melihat sosok Hikam yang ke luar dari mobil, lalu berjalan memutar menuju pintu penumpang bagian depan.

"Ah," Beno juga terkejut melihat Bening yang sangat rapi dan cantik, berjalan beriringan dengan Hikam.

"Mas Beno," sapa Bening setengah menunduk dan menyalami Beno yang terbengong-bengong. Seketika pikiran Beno dipenuhi pertanyaan-pertanyaan, apalagi dia melihat Hikam dengan santai mendekap pinggang Bening dengan sedikit mendorong agar memasuki rumah, karena ternyata Dinar sudah berdiri di depan pintu rumah. Gadis itu berteriak histeris gembira melihat kedatangan Bening, sampai dia tidak menyadari ada yang menemani Bening.

Beno mendekati Hikam dan wajahnya berubah, menahan senyum dengan pikiran yang dipenuhi kecurigaan.

"Aku akan jelaskan kepadamu setelah acara keluargamu selesai. Dan maaf, aku datang tanpa undangan."

"Hikam. Kamu dan Bening—"

"Ya."

Beno menggeleng tertawa, ada dua hal yang membuatnya sangat terkejut, cerita dari Bik Ndari mengenai istri mendiang Wak Tatang yang ingin menemuinya terkait harta-harta peninggalan papanya yang direbut, kini hubungan Hikam dan Bening. Namun, dengan kehadiran Hikam di rumahnya, Beno merasa ada angin segar dan menambah semangat.

Adanya tamu tidak diundang yang bernama Hikam mengundang banyak tanya keluarga Beno. Akan tetapi Beno tetap bersikap biasa dan dengan tenang mengajak semua makan di ruang makan.

Terutama Sandra, sepertinya dia ingin acara makan malam ini selesai dengan segera, dan dia langsung menghubungi Winda tentang kedatangan Hikam di rumah Beno bersama Bening yang sangat cantik malam ini.

"Sabar, aku saja terkejut dan belum mendapatkan kejelasan," ujar Beno berbisik, dia tahu Sandra sudah tidak sabar. Dia juga tidak tahu apakah ini kabar buruk atau bagus.

Akan tetapi sepertinya Sandra tidak bisa menahan diri, dia mengirim pesan pendek ke nomor Winda.

Win, ada Abang Hikam di rumah Beno. Dia datang berdua dengan Bening.

Sementara itu Dinar juga tidak sabar ingin mendengar cerita Bening, dia sudah curiga bahwa Bening memiliki hubungan khusus dengan Hikam. Bening belum bercerita atau mengiyakan karena Dinar belum memiliki kesempatan bertanya karena sibuknya malam itu. Terutama Beno yang harus melayani calon mertuanya, membicarakan tentang keseriusan hubungan dia dengan Sandra. Dia juga melibatkan mamanya yang tampak senang dan bahagia malam ini.

Bening, kamu pacaran dengan Pak Hikam?

Iya.

Lo, kan Pak Hikam sudah menikah

Dia sudah cerai, Dinar.

Dinar menoleh ke Bening yang duduk di sampingnya sambil memainkan ponsel. Perlahan senyumnya mengembang lebar, dan Bening memberi anggukan kecil penuh makna.

Acara makan malam sudah selesai, Hikam merasakan ponselnya terus bergetar dan dia sudah bisa menebak bahwa Sandra pasti sudah memberitahu keluarganya atau setidaknya Winda tentang kehadirannya di rumah keluarga Beno. Dia tahu Winda yang menghubunginya, terdengar dari bunyi seringnya.

Keluarga Sandra tampak puas dengan sambutan hangat keluarga Beno, terutama Beno sendiri. Mereka pun pulang dengan hati senang, dan sepakat akan mengadakan acara balasan minggu depan di rumah mereka.

Beno sempat berduaan dengan Sandra di sudut ruang tamu sebelum melepas Sandra pulang.

"Nanti pasti aku ceritakan, aku yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang Hikam dan Bening. Kita mengenal Hikam, 'kan?"

Sandra mengangguk, dia sebenarnya belum ingin berpisah dari Beno dan ingin berbagi banyak hal. Terlebih, adanya Hikam di rumah Beno membuatnya ingin segera tahu tentang apa yang terjadi dalam rumah tangga Hikam.

Beno mengecup bibir Sandra sekilas, sebelum mengantar Sandra ke luar rumah sampai ke mobil yang sudah siap membawa keluarga Sandra pulang. Setelah memastikan mobil keluarga hilang dari pandangannya, barulah Beno kembali ke rumah dan dia mendapatkan Hikam yang sudah duduk di kursi teras depan.

"Hikam. Apa yang terjadi?" tanya Beno yang ingin bebas dari rasa penasaran.

"Aku sudah bercerai, dan aku ingin menikah dengan Bening," jawab Hikam tanpa ragu, tapi matanya melirik ke sana ke mari, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan Beno.

"What the f**k," carut Beno. "Jangan sampai Bening terlibat masalah apapun, Hikam. Aku tandai kamu." Beno sontak merasa kacau. Dia tidak mau terlibat lagi dalam masalah keluarga Keenan dan itu sangat melelahkan.

Hikam mengeluarkan ponselnya, lalu jari tangannya menyentuh layar ponsel, membuka sebuah file. "Ini. Akta ceraiku." Hikam menunjukkan sebuah sertifikat tertulis ke Beno.

Mata Beno langsung tertuju ke tanggal dokumen tersebut. "Jadi ... pernikahanmu hanya tiga minggu dan kamu langsung menjadi duda?" Beno menggeleng tidak percaya. Akan tetapi, beberapa saat kemudian dia menyadari bahwa Hikam yang memiliki banyak uang yang tidak terbatas, urusannya pasti akan terselesaikan sesuai keinginan.

"Dua minggu, Beno dan aku langsung menuntut cerai. Dia hamil anak orang lain."

"Fu*k." Lagi-lagi Beno mencarut, masalah Hikam ternyata sangat berat. "Dan Bening—"

"Aku menyukainya. Dia bekerja sangat baik di rumahku dan Hilda langsung mengandalkannya."

Beno menatap Hikam tidak percaya. Hikam bukan orang biasa dan dia adalah pengusaha besar, dan sekarang dia mencintai gadis sederhana dan pendidikan yang biasa.

"Hikam ... dia yatim piatu."

"Ya, aku sudah tahu itu."

Beno menghela napas panjang, "Jangan sakiti dia."

Hikam menoleh ke arah Beno dan dia justru senang akan perhatian Beno terhadap Bening. "Aku nggak akan menyakitinya, aku akan membuatnya bahagia. Percayalah. Dia hanya bahagia dengan aku."

Beno terkekeh pelan.

"Terima kasih, Beno. Kamu sudah mengirimkan malaikat kecil cantik ke dalam hidupku. Aku nggak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya," ujar Hikam.

"Hikam—"

"Setelah ini, aku mau pulang ke rumah, ingin menceritakan semuanya tentang keadaan rumah tanggaku, sekaligus memperkenalkan Bening. Aku nggak mau menunda lagi."

Beno mengangguk-angguk. Tiba-tiba wajahnya berubah, mengingat akan satu hal, "Hikam, aku memerlukan bantuanmu."

Bersambung

Pilihan SulitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang