Cemas dan Keingintahuan yang Memburuk

3 0 0
                                    


Hari-hari berlalu, namun rasa ingin tahu tentangmu semakin menjadi-jadi di dalam diriku. Aku, yang sebelumnya hanya terbiasa dengan keheningan dan ketidakpastian, kini merasa cemas setiap kali berpapasan denganmu di koridor sekolah. Mungkin rasa ini adalah campuran antara kegembiraan dan kekhawatiran, karena setiap tatapan yang kita bertukar terasa seperti melibatkan lebih dari sekadar mata yang berpapasan.

Di dalam kelas, aku mulai memperhatikan perilakumu dengan lebih teliti. Ada momen-momen ketika kamu terlihat cemas, seolah ada beban berat yang kamu pikul, namun kemudian senyummu kembali muncul, menyembunyikan setiap ketidaknyamanan. Aku bertanya-tanya, apa yang terjadi di balik senyuman itu? Apa yang sedang kamu rasakan?

Ketidakpastian tentang perasaanmu terhadapku semakin membuat hatiku gelisah. Aku bertanya-tanya apakah kamu merasa risih dengan keberadaanku di sekitarmu. Setiap kali aku mencoba untuk mendekatimu, aku merasa seakan ada dinding tak terlihat yang menghalangiku. Meskipun kita berbicara lebih banyak sekarang, tetapi rasa-rasa itu masih mengendap di dalam diriku.

Apakah aku salah untuk merasa tertarik padamu? Apakah aku seharusnya menyerah dan menjaga jarak? Pikiran-pikiran ini menghantui malam-malamku. Aku ingin tahu perasaanmu, tapi takut untuk bertanya. Aku ingin merentangkan tangan ke arahmu, tapi takut untuk memasuki wilayah yang mungkin tidak kamu inginkan.

Suatu hari, ketika kita duduk bersama di perpustakaan untuk mengerjakan proyek kelompok, aku merasa cemas yang tak tertahankan. Akhirnya, dengan tekad yang kuat, aku mencoba membuka percakapan yang lebih dalam. "Apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirimu?" tanyaku dengan ragu-ragu.

Kamu terdiam sejenak, seolah-olah merenungkan jawaban yang tepat. "Aku...," ucapmu pelan, "aku hanya sedang menghadapi beberapa masalah di rumah." Mataku menatap matamu yang tampak terlihat lelah. Aku merasa seperti mendapatkan sepotong puzzle yang hilang. Namun, kamu tidak melanjutkan pembicaraan itu lebih jauh.

Setelah itu, suasana di antara kita kembali menjadi hening. Aku tahu bahwa aku harus memberikanmu ruang untuk menyelesaikan masalah-masalahmu sendiri, tapi hatiku merasa berat. Aku ingin membantumu, mendukungmu, tapi aku juga takut akan menyerobot privasimu.

Seiring waktu berlalu, kekhawatiran ini semakin menumpuk. Setiap kali aku melihatmu tampak cemas atau sedih, hatiku ikut merasa sakit. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa kamu andalkan, tapi aku juga takut untuk terlalu mendekat.

Bahkan ketika kita berbincang-bincang, ada saat-saat ketika kamu terlihat begitu jauh, seolah-olah pikiranmu melayang ke tempat yang sangat jauh. Aku bertanya-tanya, apa yang sedang kamu pikirkan? Apakah ada sesuatu yang membuatmu merasa tertekan atau bahkan bahagia?

Keingintahuanku semakin berkembang menjadi kecemasan yang mendalam. Aku mencoba mengatasi perasaanku dengan mencari tahu lebih banyak tentangmu tanpa membuatmu merasa terbebani. Aku menyelinap ke duniamu melalui buku-buku yang kamu baca, lagu-lagu yang kamu dengarkan, dan senyumanmu yang selalu terukir di wajahmu.

Namun, semakin aku mencoba mendekati mu, semakin terasa jauh. Setiap usaha yang kulakukan terasa seperti pukulan di udara. Aku takut merusak apa yang sudah kita bangun, tapi aku juga tak tahan dengan ketidakpastian yang semakin menggelayut di dalam hatiku.

Aku mencoba mencari jawaban di dalam diriku sendiri. Apakah perasaanku ini berlebihan? Apakah ini hanya karena keingintahuan biasa atau sesuatu yang lebih dalam? Aku terjebak dalam labirin pertanyaan tanpa jawaban yang pasti.

Ketidaknyamanan ini semakin merajalela setiap kali kita bertemu. Kadang-kadang, aku berharap kita bisa kembali ke waktu ketika kita hanya sebatas teman sebangku yang tak pernah saling tegur dan sapa. Setidaknya pada waktu itu, aku tidak perlu merasa cemas dan bingung seperti sekarang.

Namun, aku tahu bahwa aku tidak bisa mundur. Aku harus menghadapi perasaan ini dan mencari jawaban, entah itu di dalam dirimu atau di dalam diriku sendiri. Bagaimanapun juga, pertemuan kita yang tak terduga ini telah membawa ke dalam hidupku berbagai perasaan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan. Dan entah bagaimana, aku merasa bahwa ini hanya awal dari kisah yang jauh lebih kompleks dan penuh misteri.

Harmoni di Antara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang