Hujan yang Menghapus Jarak

0 0 0
                                    

Hari-hari berlalu tanpa kabar darimu, dan aku merasa seolah waktu berjalan begitu lambat. Kita hanya berbicara sebentar, meskipun itu cukup untuk membuatku merindukanmu. Meski jarak yang tercipta di antara kita semakin terasa, aku berusaha menjaga hubungan ini, bahkan jika hanya dalam bentuk pertemanan.

Begitu banyak hal yang ingin kubicarakan padamu, begitu banyak cerita yang ingin kubagikan. Tapi setiap kali aku membuka ponselku, rasa ragu dan kekhawatiran muncul. Aku takut mengganggu kehidupanmu yang mungkin sudah berbeda dari sebelumnya. Aku bertanya-tanya, apakah diriku masih punya tempat di hatimu seperti dulu?

Hari ini, langit begitu kelabu, dan hujan turun dengan lembut. Aku duduk di jendela kamarku, memandang setiap tetes hujan yang menetes di kaca. Seperti perasaanku yang tak bisa terelakkan, hujan ini membawa kesan melankolis yang menghiasi ruang kesendirianku.

Aku mencoba mengingat kembali momen-momen ketika kita masih saling berdekatan. Ketika senyumanmu bisa membuatku melupakan segala kekhawatiran, dan canda tawamu menjadi pelipur lara di saat-saat sulit. Namun, sekarang sepertinya semua itu hanyalah kenangan yang semakin memudar seiring berlalunya waktu.

Bukankah kita berdua pernah bersumpah untuk tetap dekat, untuk saling menguatkan di kala satu sama lain rapuh? Namun, mengapa rasanya kita semakin menjauh, seolah tak ada lagi ikatan yang menghubungkan? Mungkin ini adalah ironi dari waktu dan keadaan.

Aku tahu kau sibuk dengan hidupmu, dengan orang-orang baru yang mungkin telah mengisi hari-harimu. Aku tak ingin menjadi beban, tak ingin mengganggu ketenanganmu. Tapi, di sisi lain, hatiku meronta ingin tahu, ingin tahu apakah masih ada tempat untukku di dalam hidupmu, sekecil apapun itu.

Mungkin aku terlalu sentimental, terlalu terpaku pada kenangan yang kini semakin pudar. Tapi, bagaimana aku bisa melupakan segalanya begitu saja? Bagaimana bisa hatiku tidak terus merindukan kebersamaan kita, meski hanya sebatas teman yang berbagi tawa dan cerita?

Hujan semakin deras di luar, dan aku teringat pada saat kita berdua berlindung di bawah payung kecil di taman yang sama-sama kita sukai. Kau berkata bahwa hujan adalah bentuk pelukan dari langit, dan kita tertawa bersama di tengah guyuran air yang tak henti-hentinya. Sekarang, aku bertanya-tanya, apakah kau masih ingat momen itu?

Mungkin ini saatnya untuk mengambil langkah, untuk menghapus jarak yang semakin terasa. Aku ingin tahu, apakah kau masih punya tempat untukku di dalam duniamu? Aku ingin kembali merasakan kehangatan pertemanan kita, meski waktu dan ruang telah membuatnya terasa begitu jauh.

Aku meraih ponselku, berdebat dengan diri sendiri apakah aku harus mengetikkan pesan atau hanya membiarkan segalanya seiring waktu. Tetapi, keinginan untuk tahu akhirnya mengalahkan segala ketakutanku. Aku menulis pesan dengan hati-hati, mencoba menyampaikan perasaanku tanpa terlalu mengejutkanmu.

"Pernahkah kau merasa bahwa jarak ini semakin memisahkan kita? Aku merindukan waktu-waktu kita bersama, dan aku bertanya-tanya apakah masih ada tempat untukku di dalam hidupmu. Mungkin aku terlalu sentimental, tapi aku ingin tahu bagaimana perasaanmu tentang ini."

Aku menatap layar ponselku, menunggu balasan dari pesan yang baru saja kutulis. Hujan di luar semakin reda, meninggalkan aroma segar yang bercampur dengan aroma rindu yang menyelimuti kamarku. Mungkin, balasanmu akan membawa hujan yang menghapus jarak di antara kita atau memperpanjang sekat yang sudah tercipta. Aku hanya bisa menunggu, berharap bahwa hujan ini membawa jawaban yang membuka pintu pada pertemanan kita yang telah lama terabaikan.

Harmoni di Antara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang