Bab 2

16 2 0
                                    

   "Tuan Putri! Huwaah!" tangis yang menggelegar dari bibir Flora.

   "Cukup, sudah. Beberapa bulan lagi, aku akan kembali," ucap Eirlys, menenangkan.

   "Setelah ini Pangeran Kedua akan kembali. Kami pasti akan ditugaskan untuk menjadi pelayan beliau," tambah Lea sembari memijat kepalanya sendiri.

   "Bukankah bagus jika kalian menjadi pelayan Pangeran Kedua?" alibi Eirlys.

   "Tidak!" jawab mereka berempat, kompak.

   Mereka saling bertatapan sejenak. Kemudian salah satu dari mereka, Flora membuka suara.

   "Konon katanya Pangeran Kedua selalu memperlakukan pelayannya dengan buruk. Bahkan ada beberapa pelayan yang kembali dalam keadaan tubuh lebam dan lain sebagainya. Tuan Putri! Ayo selamatkan kami!"

   "Tenang saja, kalian masih tetap pelayan pribadiku." Eirlys tersenyum.

   "Meskipun begitu, jika kami menjadi pelayan beliau secara sementara, hidup kami pasti akan tersiksa," pendapat Miya.

   "Pangeran Kedua adalah kakakku. Jika dia berani menyakiti kalian, akan kupukul dia," ujar Eirlys dengan yakin.

   "Klik.." Pintu kamar Eirlys dibuka oleh seorang. Pria dengan kemeja putih serta jas hitam yang menutupi tubuhnya membuat Eirlys terkejut.

   Putri Eirlys berdiri dari duduknya. Bagai anak kecil yang ketahuan memakan permen. Suasana yang semulanya sendu menjadi acak, tak karuan. Pangeran kedua telah berada di hadapannya. Tatapan dingin dari pria itu membuat keempat pelayannya ketakutan.

   "Putri Eirlys, kakak ingin bicara secara empat mata." Suara berat milik pria itu terdengar menakutkan.

   "H-hah? Iya, baik, tunggu." Seketika Eirlys gelagapan.

   "Kalian selesaikan dulu ya.. Aku keluar sebentar," pamit Eirlys sambil bergegas menghampiri Pangeran kedua.

...

   "Pangeran Kedua itu benar-benar tampan dan Tuan Putri sungguh cantik. Tapi sifat mereka berdua bertolak belakang," celetuk Miya.

***

   Banyak yang mengatakan bahwa kakak dan adik itu pasti penuh dengan keributan. Terkecuali golongan bangsawan hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Nyatanya hal itu bukanlah fakta.

   "Mustahil! Mana mungkin Ibu membiarkan kamu pergi tanpa ditemani olehku?" ucap Pangeran kedua. Namanya Jaydelion Wheanderthal.

   "Sudahlah.. biarkan saja, Ion." Eirlys tak begitu peduli.

   "Tidak, tidak, tidak! Sedewasa apapun, Eily tidak boleh keluar tanpa aku!" tegas pangeran Jay.

   "Pfft.. Ion mengkhawatirkanku ya?" goda Putri Eirlys sembari melingkarkan tangannya pada lengan pangeran Jay.

Putri Eirlys terus mempercepat jalannya. Berusaha menyamakan tempo kakinya dengan langkah sang kakak.

   "Ion.. berhentilah. Sesekali jangan menentang Ibu," kata Eirlys.

    "Huft, baiklah. Tapi aku harus berbicara dengan pria yang dipercaya untuk menjadi pengawalmu," ucap pangeran Jay dengan melangkahkan kaki menuju istana utara, bagian istana yang dikhususkan untuk para tamu.

    Tak lama kemudian, mereka menemukan sosok yang dicari. Pangeran Arthur sedang membaca buku di taman. Dengan cekatan, pangeran Jay menepuk pundak Arthur.

   Dunia yang dibangun oleh pikiran Arthur pun hilang. Berganti dengan dunia yang memang seharusnya dihadapi oleh dirinya. Pria itu langsung berdiri dan menunduk, memberi salam.

The Escape DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang