I

48 8 0
                                    

Jantungnya berdetak cepat. Dia menghitung dalam batin. Menutup matanya, konsentrasi. Hingga gendang telinga menangkap suara pintu terbuka dari unit sebelah. Kakinya langsung berjinjit, mengintip dari lubang pintu.

Sosok lelaki dengan rambut sedikit panjang, lewat di depan pintunya. Mengendong tas di bahu kirinya, sambil membawa bola basket di tangannya. Terus melangkah hingga masuk lift. Setelah sosok lelaki itu hilang, barulah sosok gadis tadi keluar dari apartemennya.

"He's gone, time to hunt!" Gumamnya melangkah menuju lift.

Menggenggam erat kamera yang mengalungi lehernya. Langkahnya terhenti di balik tembok tak jauh dari dari parkiran mobil apartemen.

Tangannya terangkat, membidik kamera pada sosok lelaki tadi. Ia sedang menaiki mobil Sedan-nya. Melaju menuju jalan raya. Gadis itu bergeming, menatap kepergiannya.

" Astaga! Aku lupa, ini valentine day!"

Gadis itu bergegas menaiki mobilnya, membelah jalan menuju sekolah. Walau dia tergesa-gesa, dia cukup santai mengendarai mobil, bahkan sambil mendengarkan musik. Sesekali mantap pantulan dirinya lewat kaca depan.

Sekolah kaa itu ramai, apalagi sekarang hari valentine. Banyak laki-laki yang mendapatkan cokelat atau surat. Banyak juga yang berakhir menjadi pasangan kekasih. Bahkan tak malu berciuman di tengah keramaian.

Sebuah lengan merangkul pada bahunya, membuat gadis itu menoleh.

" Kau tidak memberikan cokelat atau apa, untuk nya?" Tanya seorang lelaki bersurai hijau, yang di pangkas pendek dan rapi.

" Belum saatnya. Bila sekarang, semua benda itu akan di buang. Dia hanya mau menerima cokelat, itu pun langsung dimakan tanpa makna apa pun. Hanya menganggap makanan gratis."

" Ya sudah, berikan saja cokelat, yang sudah pasti di makan." Balasnya acuh.

" Yang benar saja!" Lengan lelaki itu langsung ditepis dari bahunya. " Aku ingin berbeda dengan yang lain, dan di anggap bermakna."

Lelaki berambut hijau itu mendengus. "Merepotkan. Apa yang hendak kau kasih?"

"Sepucuk surat seperti biasa dan voucher makanan dengan porsi besar. Dia tak mungkin menolak itu, walau dia bergelimang harta." Yakinnya, tersenyum.

"Whatever, kau harap dia menerima- nya. Apa tak ada hadiah untuk tenan baikmu ini?"

Gadis itu menyeringai. Menyodorkan paper bag yang ia siapkan dari kemarin.

"Jangan sampai ketahuan pihak sekolah, dan jangan sampai mabuk. Bika mabuk, telfon aku." Gadis itu berlalu pergi, meninggalkan temannya.

Sepeninggalannya, lelaki itu mengintip isi paper bag. Seringai langsung terbit pada bibirnya.

"Satu botol sake dan permen cokelat ya? Aku tak butuh formalitas dengan permen ini. Dasar (name) gila, ini hadiah paling menarik yang kudapat."

Dia beranjak pergi, mencari tempat sepi untuk mabuk sebelum pelajaran di mulai. Dia tak bisa menunggu untuk nanti bila berurusan dengan minuman alkohol satu in.

Di tempat lain, (name) sudah berdiri di depan lokernya, yang menyatu dengan loker lain dalan satu lorong. Melepas kardigan nya dan ia gantung di loker. Tangannya terhenti saat ada sosok yang berdiri tepat di loker sampingnya.

Secret on you | Portgas D AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang