II

31 7 1
                                    

"Kau bawa kamera, kan?"

(Name) mengangguk saat ditanya oleh ketua klubnya. "Aku selalu bawa."

" Bagus. Karena hari ini ada pertandingan basket antara kelompok Ace dan musuhnya. Aku meminta kau untuk memfotonya. Itu pasti akan menjadi berita hangat di sekolah kita."

Sekali lagi (name) mengangguk setuju. Kalau begitu, dia leluasa memfoto Ace tanpa dikira stalker.

"Baik, berangkatlah. Cari sesuatu yang menarik untuk diberitakan. Jangan pulang sebelum mendapatkan sesuatu!" Perintah ketua klub dengan semangat membara . (Name) bangkit dari duduknya.

"Aku berangkat dulu, Ketua." pamit (name) di ambang pintu.

"Lakukan tugasmu, (name)! Kau berkuasa di balik layar itu." Suara ketua klub jurnalistik tertinggal di belakang. (Name) mengikat rambutnya agar tak menganggu. Melangkah kaki menuju gedung lapangan basket.

Baru saja sampai di ambang pintu, keramaian di dalam sudah terdengar. Mengekang kan telinga. Seruan yel-yel dar balon tepuk dari kedua kubu yang berbeda makin nyaring. Tribun penuh sesak. (Name) bahkan terbawa arus manusia, dia berusaha menyelamatkan kameranya agar tak jatuh terinjak.

Hingga sebuah tangan menariknya, lepas dari arus manusia itu. "Kau sudah tau kecil, jangan mengikuti arus. Bisa mati terinjak nanti." Ujar Zoro, menarik lengannya. Melewati kaki-kaki penonton di tribun.

"Sudah ku siapkan kursi agar kau bisa melihat seluruh lapangan." lanjutnya. (Name) tersenyum simpul, mengucapkan terima kasih.

Pertandingan berlangsung di bawah sana. Para pemain mulai mendribble bola basket. Kamera (name) terangkat, membidik para pemain basket. Terutama Ace, dia menjadi sasaran utama bidikannya.

Zoro menyenggol bahunya. "Jangan terlalu banyak, nanti dimarahi oleh ketua klub mu." (Name) berdecih, tau saja dia. Kamera bergulir ke arah pemain lain, menjalankan tugasnya sebagai fotografer jurnalistik.

Ponsel (name) berdengung pelan. Tangannya merogoh saku celana jeans-nya. Mendapat notif dari sang ketua.

Leader

Tolong sorot Isuka dan Ace, kedekatan mereka cukup menarik perhatian.

Bibirnya mengeluh. sial! Kenapa dia harus melakukan hal yang dia benci? Dia senang saja menyorot Ace, tapi tidak dengan Isuka.

Tribun berseru riuh saat Ace berhasil membobol bola ke ring lawan. Dia bertos ria dengan kawannya. Membuat (name) tersenyum tipis, kembali mengarahkan kamera ke mereka. Ace tampak tersenyum bahagia.

Senyum (name) luntur saat Ace mendekati pinggir lapangan. Di sana sudah berdiri sosok Isuka dan Yamato. Berpelukan dengan Ace secara bergilir. (Name) termenung. Tangannya mencengkram kameranya.

"(Name)." Dia tersadar dari lamunannya. Menatap Nami yang tadi memanggilnya. " Tolong foto kan aku dan Robin."

"Ya, tentu saja." Lensa kamera mengarah pada dua wanita cantik itu. Mereka berpose di tengah tribun, mengalihkan matanya dari pemandangan tak enak itu. (Name) menghitung mundur, lensa menangkap foto mereka.

"Boleh lihat?" Pinta Nami. (Name) mengangguk, menyerahkan kameranya agar mereka leluasa melihatnya.

Perasaanya masih gundah, memutuskan izin kebelakang setelah sesi melihat fotonya selesai. Persetanan dengan tugasnya sebagai fotografer klub jurnalistik. Dia bisa menanyakan Zoro hasil akhirnya nanti. Perasaanya lebih penting dari semua tugas itu.

Karena melangkah tergesa-gesa tanpa melihat sekitar. Tak sengaja dia bertabrakan dengan seseorang. Membuat kameranya jatuh. (Name) menjerit tertahan, tangan orang itu tangkas menangkapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret on you | Portgas D AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang