Ke 1

2.2K 120 3
                                    

Jaemin menatap datar sang ibu yang sedang menggendong bayi laki laki yang baru saja ia lahirkan beberapa jam yang lalu. Kemudian netranya beralih menatap sang suami yang tampak acuh.

"Namanya siapa?"

Jaemin menoleh ke arah Winwin ketika dirasa pertanyaan itu tertuju kepadanya. Melirik sekilas ke arah Jeno sang suami. "Jung Jisung."

Winwin mengangguk, kemudian mulai mengecup pipi Jisung. Dan entah mengapa Jaemin merasa Winwin tak perlu melakukan hal menjijikan seperti itu.

"Gue mau pergi dulu, nanti bubu sama Daddy kesini." Jeno berucap, mengecup kening Jaemin sebentar kemudian pergi setelah berpamitan pada Winwin.

Jaemin memandang Winwin yang menimang Jisung. Berjalan kesana kemari guna meredakan tangis si kecil. Jaemin mengernyit ketika Winwin berjalan kearahnya. Dan duduk di kursi yang berada tempat di samping ranjang pasien.

"Kenapa?" Tanyanya pada Winwin.

Winwin menyerahkan Jisung pada Jaemin. Jaemin hanya diam setelah Jisung berada di pangkuannya. "Kasih asi Na, jangan di liatin aja." ucap Winwin ketika Jaemin hanya diam.

Dengan malas Jaemin membuka tiga kancing baju pasien yang ia kenakan. Mengarahkan puting kanannya pada mulut kecil Jisung. Meringis pelan ketika Jisung menyedot kuat putingnya.

Winwin tersenyum, mengelus surai coklat Jaemin. "Bunda mau ke kantin dulu beli makanan, kamu mau nitip apa?"

Jaemin menggeleng, menolak tawaran sang ibu. Winwin beranjak dari duduknya, mengelus pipi Jisung kemudian pergi menuju kantin rumah sakit.

Setelah Winwin keluar, Jaemin tampak membelai rambut Jisung yang begitu lebat. Menelisik wajah bayi yang berada di pangkuannya. Sangat mirip dengan Jeno.

Kemudian Jaemin berpikir, mungkin jika Jisung tidak hadir saat ini dirinya pasti masih berada di sekolah, melakukan hari hari seperti biasa tanpa adanya seseorang yang akan mengganggunya.

Click~

Jaemin mengangkat wajahnya ketika mendengar suara pintu terbuka. Menghela nafas pelan ketika mengetahui siapa yang datang.

"NANA YUHU! MANA PONAKAN GUE?!"

Yang barusan berteriak itu Haechan, salah satu sahabat dekat Jaemin di sekolah. Haechan gak dateng sendirian, dibelakangnya ada Renjun yang udah siap mukul Haechan pakai sendalnya.

Renjun menaruh bawaannya pada meja disana, kemudian menatap Haechan yang udah antusias pengen gendong si Jisung.

Jaemin melepas mulut Jisung yang menempel pada putingnya. Tak peduli jika Jisung belum puas menyusu kemudian menyerahkan Jisung yang menangis pada Haechan.

Renjun menatap bingung Jaemin yang seakan tak peduli pada Jisung yang menangis. "Gendongnya nanti aja bisa gak? Ponakan gue belum puas nyusu tuh." ucapnya pada Haechan yang sibuk menenangkan Jisung.

Haechan tersenyum kaku. "Jaem, kasih asi dulu deh ponakan gue."

Jaemin berdecak kesal. "Tadi katanya mau gendong Jisung. Yaudah, kenapa lo kasih lagi ke gue?"

Haechan menatap tak percaya ke arah Jaemin. "Jaemin, lo kenapa sih?"

"Lo kok kayak gak peduli sama anak lo sendiri?" Renjun heran saja dengan perilaku Jaemin terhadap Jisung.

Jaemin menggeram marah. "Urus aja sendiri, gue mau tidur. Terserah mau kalian apain dia." Jaemin berbaring, menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya. Kemudian memejamkan matanya.

Renjun di buat kesal dengan sikap Jaemin. "Lo tuh sebenernya kenapa gue tanya? Lo gak suka sama Jisung? Terus kenapa lo dulu nyiptain dia bego!"

"Lo gak tau rasanya jadi gue njun, mending lo diem aja gak usah ikut campur." Jaemin berbicara tanpa membuka matanya.

Renjun mendengus kesal. "Kok lo jadi gini sih? Kaya bukan adek gue."

"Udah woi udah! Ini Jisung masih nangis nyariin lo Na! Gendong atau apa kek gitu nih." Haechan menyela ketika melihat Jaemin yang hendak membalas perkataan Renjun.

Jaemin menatap datar Haechan yang meletakkan Jisung di ranjang bayi. Kemudian menarik Renjun agar ikut dengannya. "Kita pulang dulu Na, permisi."

Renjun menggerutu di sepanjang koridor rumah sakit. "Jaemin apa apaan sih sama anak sendiri? Dia kok kelihatan benci banget ya sama Jisung. Harusnya kan Jisung yang benci dia bangsat!"

Haechan melepaskan tangannya dari tangan Renjun. "Gue juga kaget anjir liat sikapnya kaya gitu, kemana woi Jaemin yang kita kenal? Jaemin yang suka banget sama anak kecil kok jadi gini sih?"

"Loh Renjun, Haechan?"

Keduanya spontan berhenti dan menoleh. Mendapati Winwin dan Yuta yang baru saja datang dari arah Kantin.

"Bunda sama ayah dari kantin?" Renjun bertanya seraya menghampiri orang tuanya dan ikuti Haechan.

Yuta dan Winwin mengangguk. "Kamu dari ruangan adik kamu?" Kini giliran Yuta yang melontarkan pertanyaan.

Renjun mengangguk. "Iya, tapi aku sekarang mau pulang. Ayo Chan." Renjun berjalan terlebih dahulu meninggalkan Haechan dan orang tuanya.

"Duluan ya tan om." sapa Haechan dan menyusul langkah Renjun.

Winwin mengangguk kemudian menggandeng lengan Yuta. "Yaudah ayo sekarang kita liat cucu kita, Jung Jisung."



















Tbc.

Jung JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang