Jeno menggeliat dari tidurnya ketika mendengar suara tangisan lirih. Duduk kemudian menguap kecil, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Udara yang masuk melalui jendela yang terbuka membuat Jeno bergidik.
Perlahan Jeno bangkit kemudian menutup jendela yang terbuka. Baru setelah itu menghampiri jagoan kecilnya yang sepertinya kedinginan. Terbukti dari selimut yang Jeno pakaikan tadi sudah terjatuh ke lantai akibat makhluk mungil itu terus menendangnya.
Jeno mengangkat manusia kecil itu kedalam dekapan hangatnya. Tentunya setelah melepas selang oksigen yang terpasang di hidung si kecil. Senyum kecil tersungging dari bibir tipisnya, bagaimana tidak Jisung menduselkan wajahnya pada dada bidang sang ayah. Seolah tengah mencari sesuatu disana.
“Hei hei, kau mencari apa hm? Tidak ada susu disana Jie” Jeno berucap seraya menggesekkan hidungnya pada hidung mancung Jisung. Sangat-sangat gemas dengan makhluk yang merupakan hasil kerja rodinya dengan Jaemin.
Rengekan terdengar tak lama setelah itu. Rupanya makhluk mungil itu benar-benar merasa haus. Jeno terkekeh, tangannya terayun menimang sang anak agar tidak meledakan suara emasnya.
“Jangan menangis Jie, bagaimana jika ayah akan menelfon buna mu? Tetap tenang okey anak manis selagi ayah akan menghubungi ibumu” Jeno menggendong Jisung dengan satu tangannya. Sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk mencari kontak Jaemin di ponsel miliknya.
Ceklek
Jeno yang baru saja hendak memencet tombol panggilan menoleh kearah pintu yang dibuka. Sejurus kemudian mata Jeno menatap tak percaya siapa yang telah membuka pintu. Orang itu menutup pintu kembali, kemudian berjalan kearahnya dan mengambil alih Jisung dari gendongannya.
“Sayang? Kesini sama siapa tadi?” tanya Jeno kepada Jaemin yang berjalan ke arah sofa yang tersedia dan duduk disana.
Jaemin diam, karena saat ini ia tengah sibuk membuka tiga kancing kemejanya dan memberikan apa yang Jisung mau. Setelahnya menatap Jeno yang menatapnya khawatir.
“Sendiri” jawabnya singkat.
Jeno duduk disebelah Jaemin, merapatkan tubuhnya pada sisi kanan tubuh Jaemin. Dan meletakkan dagunya di pundak kanan istrinya itu.
“Kenapa gak telfon aku? Atau gak suruh anterin Renjun kesini” Pasalnya sebelum kesini Jeno meminta kepada kakak Jaemin itu untuk menemani adiknya ketika ia menyusul Jisung.
Jaemin menggeleng. “Renjun tidurnya nyenyak banget, gak tega aku banguninnya cuma buat minta anter”
“Lucu ya” ucap Jeno yang menatap Jisung yang juga tengah menatapnya.
Jaemin berdehem. Mengusap pipi si mungil dengan ibu jarinya. Membelai wajah Jisung yang sangat mirip dengan sang ayah.
“Mirip kamu”
Jeno terkekeh mendengar ucapan Jaemin. “Jelas dong, nanti kita buat lagi yang mirip sama kamu”
Jaemin tak membalas, entahlah ia merasa Jeno hanyalah bercanda. Karena lelaki yang menempel padanya itu tau, ia sama sekali tak memiliki minat untuk menambah lagi kehadiran seorang bayi dalam kehidupannya.
Saat keduanya sama-sama tengah menyelami wajah damai sang anak tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang terdengar ricuh mendekat ke arah mereka.
Brak!
“BANGSAT! Gue kira ilang di gondol tuyul, ternyata nangkring disini! Kalau mau pergi tuh bilang dong, mana hp kagak dibawa lagi!” sungut Renjun.
Beberapa saat yang lalu ia terbangun di ruang tamu sang adik ketika merasakan angin yang berhembus dengan kencang dari arah pintu utama. Padahal ia sudah menutup bahkan menguncinya setelah Jeno berpamitan pergi kerumah sakit.
Berjalan dengan gontai untuk menutup pintu. Kemudian mendongak, mengernyit mendapati pintu kamar sang adik terbuka lebar. “Tuh anak udah bangun? Perasaan tadi pintunya ketutup”
Sesekali menguap lebar, Renjun menaiki tangga seraya menggaruk perutnya yang terasa gatal. Melongok kedalam, mencari keberadaan sang adik.
“Jaem? Lo dikamar mandi?” Renjun membuka pintu kamar mandi, dan Jaemin tidak ada disana.
Setelahnya berlari pulang, berteriak di dalam rumah jika Jaemin tidak ada.
Renjun merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di samping Jeno dan Jaemin. “Gue mau tidur, jangan ganggu ya sat”
Renjun melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Mengabaikan tatapan tajam Jeno, pasalnya Jisung menangis akibat terkejut akan dobrakan pintu yang disebabkan oleh Renjun yang menendangnya.
“Dasar setan! Kalau bukan kakak ipar gue udah gue banting lo pendek” sungut Jeno.
“Yayayaya”
Tbc
Double up tuh, seneng kan lo?😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Jisung
General FictionJisung tidak mengerti mengapa Jaemin seolah-olah tidak menyukai keberadaannya. Start: 17 des 2023 Finis:-