Hari demi hari terus terlewati. Yang Jeno ketahui tentang Jaemin, istrinya itu mulai menerima Jisung di dalam kehidupan mereka. Mengurusnya setiap hari, tak pernah sedikitpun mengeluh seperti sebelum-sebelumnya. Dan yang pastinya, ibu muda itu tak memiliki niat lagi untuk melenyapkan buah hatinya.
Itu yang Jeno tau. Tetapi kenyataannya bukanlah itu. Jeno hanya akan berada di rumah ketika malam hari. Dikarenakan sudah pasti pagi ia akan sekolah dan sorenya akan melanjutkan bekerja di kantor milik sang ayah.
Otomatis Jaemin yang memutuskan untuk meminta izin libur sekolah itu hanya akan berduaan dengan bayi mungil yang selama ini selalu dibawanya kemanapun ia pergi itu. Terkadang saat Jisung tengah tertidur, Jaemin sering memperhatikannya.
Beberapa kali terbesit pemikiran untuk segera melenyapkan bayi mungil itu selagi ayahnya tidak berada didekatnya. Akan tetapi Jaemin selalu menepis pikiran-pikiran konyol itu dari otaknya. Ia tidak mau Jeno marah padanya.
Seperti saat ini, Jisung yang sedang tertidur Jaemin letakkan di ranjang miliknya dan Jeno. Mengamati bayi yang tidur terlentang dengan damai tersebut.
“Pengen banget rasanya gue singkirin, tapi nanti Jeno marah sama gue. Tapi dia juga yang udah bikin Jeno sampai bentak gue beberapa hari lalu.”
Ting!
Lamunan Jaemin buyar mendengar suara alarm dari ponselnya. Pukul 3 waktunya anak Jeno itu untuk mandi. Jaemin beranjak kemudian menyiapkan keperluan-keperluan untuk Jisung mandi.
Setelahnya menghampiri si mungil Jung itu dan menepuk pelan pantatnya. Bertujuan agar si kecil segera bangun. Namun pada dasarnya Jaemin adalah orang yang tidak sabaran segera melucuti pakaian yang bayi itu kenakan.
Mengangkat tubuhnya, dan langsung memasukkannya kedalam bak berisi air hangat. Jisung yang terkejut pun sontak menjerit, tangisannya mengeras ketika Jaemin mengguyurkan segayung kecil air ke kepalanya.
“Diem Jisung! Nanti Jeno ngiranya gue mau bunuh lo lagi! Sialan!” gerutu Jaemin kesal.
Membalurkan sabun cair khusus bayi itu secara merata, tak mempedulikan tangisan yang kian lama semakin mengeras itu. Ditambah Jisung yang beberapa kali terbatuk itu, terlintas dipikirannya untuk melepaskan cekalannya pada tubuh Jisung.
Jaemin tersenyum, membuat kematian Jisung seolah-olah kecelakaan adalah sebuah ide bagus yang terlintas lagi dalam benaknya. Ia hanya perlu mengatakan kepada Jeno jika ia tak sengaja meninggalkan Jisung ketika anak itu tengah mandi.
Jika saja Jeno bodoh mungkin ia akan langsung percaya dengan alasan yang dikatakan oleh Jaemin. Tetapi Jeno adalah pemuda cerdas, ia adalah seorang juara umum di sekolahnya. Bayangkan saja, bayi mana yang baru saja berumur 7 hari mandi sendiri? Dan dengan tak sengaja Jaemin meninggalkannya? Yang benar saja.
“ASTAGA JUNG JAEMIN! APA YANG KAU LAKUKAN?!” Teriak Taeyong histeris.
Nyonya Jung itu berlari memasuki kamar mandi, niat awalnya adalah mengajak cucu pertamanya itu jalan-jalan agar Jaemin dapat beristirahat. Putra keduanya mengatakan jika sang istri jarang berisitirahat karena si buah hati yang seringkali rewel dan minta digendong.
Namun apa yang baru saja ia lihat?
Sebelum Taeyong datang, Jaemin benar-benar melepaskan tangannya dari tubuh mungil Jisung. Menertawakan Jisung yang menangis karena air mulai memasuki rongga hidung dan mulutnya. Melihatnya saja tanpa ada niatan untuk segera mengambil bayi mungil yang mulai tenggelam itu.
“Kau gila! Kau mau membunuh anakmu sendiri hah?! Ibu macam apa kau ini?!” Taeyong segera menggendong Jisung, membalut tubuh dingin Jisung dengan handuk dan membawa keluar menuju rumah orang tua Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Jisung
General FictionJisung tidak mengerti mengapa Jaemin seolah-olah tidak menyukai keberadaannya. Start: 17 des 2023 Finis:-