Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian yang mungkin akan memicu pembaca.⚠️. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.
___________________🦋🐺__________________
⚠️
Dia pun membuka hapenya, dan segera notifikasi bermunculan masuk. Ada sekitar 20 kali panggilan tidak terjawab dari Abah dan 15 kali dari Abang Idris anak Abah yang dekat dengan Joel. Belum lagi ada beberapa pesan masuk yang pasti hanya dari mereka berdua. Ahhh mereka marah deh ke aku, kata Joel dalam hatinya. Dibacanya satu persatu pesan itu, yang membuat riak wajah Joel berubah-ubah. Joel menarik nafas panjang. Dan langsung mendudukkan dirinya di kursi makan.
Hanenda yang melihatnya sungguh penasaran. Ia ingin bertanya tapi dirinya segan. Jadi dia hanya bisa melihat dan memperhatikan gelagat Joel yang agak berubah pagi hari ini.
"A'."
Joel hanya mengaduk-aduk nasinya saja tanpa menyuapi dirinya ataupun melihat kearah Hanenda. Dirinya seperti diliputi oleh banyak pikiran negatif. Membuat Hanenda makin bertanya-tanya.
"Iya Joel"
"A', boleh tidak, itu, mmm tsk"
"Joel, liat ke Aa' kalau lagi bicara. Tidak sopan kalau kaya gini Joel. Apa hmm, apa yang mau Joel bicarakan?"
Joel pun menatap kearah Hanenda, terlihat ada kecemasan diraut wajah Joel. Cemas takut marah menjadi satu. Hanenda pun yang tadinya duduk berhadapan dengan Joel, sekarang mendudukkan dirinya disamping Joel. Guna memberikan moral support ke kasihnya, karena Hanenda sadar, apa yang akan dibicarakan oleh Joel ini sangat penting.
"A'. Adek bisa minta tolong untuk nginap disini, hanya semalam lagi A'. Kasian Abah dirongrong ama manusia tidak jelas. Padahal mereka yang kaya binatang itu harusnya malu ke Abah."
"Adek, kalimatnya kenapa begitu. Tolong jelasin Dek".
"Maaf A' tapi mereka emang binatang A'. G guna. Mereka itu manusia berwujud anjing"
"Joel, language. Aa' tau kamu lagi marah. Tapi Aa' mohon perkataannya jangan kasar begitu. Kamu kenapa, mereka itu siapa, kenapa dengan Abah, tolong dijelasin biar Aa' tidak salah paham"
"Maaf A' tapi kalo aku ingat kelakuan mereka tuh langsung teringat binatang guk guk, pengen aku lempari batu kali, biar kaing kaing mati dah sekalian"
"Astaghfirullah Joel. Tidak boleh begitu. Tidak boleh berpikiran buruk dan mendoakan yang buruk ke orang-orang. Adek sabar."
Joel yang mendengar penjelasan Hanenda pun memicingkan mata, memberikan tatapan yang menyiratkan kebencian dan kemarahan.
"Aku harus sabar? Ogah A'. Aa' mana ngerti. Aa' dari bayi sampai sekarang mana pernah hidup susah. Mana ngerti luka ku. Mana pula Aa' tau penderitaanku. Aa' tidak semuanya manusia beruntung seperti Aa'. Aa' jangan suruh aku bersabar. Ogah A'.
Joel yang makin terpancing emosinya itu memegang sendoknya dengan kepalan yang kuat. Buku-buku tangannya memutih, rahangnya menegang, alisnya menukik tajam.
Hanenda yang melihat itu semua, pun dengan hati-hati memegang dan mengelus tangan Joel. Tangan Joel masih gemetaran menahan emosi yang memuncak. Hanenda yang tidak tau pangkal emosi Joel hanya bisa menemani dirinya, menunggu Joel menjelaskan permasalahan yang ada dihatinya.
"Aa' membunuh Mama dan Bapak itu masuk neraka kan A'?. Tapi Adek g takut mau keneraka sekalian pun g apa-apa, asal mereka berhenti beri penderitaan ke aku A'" Tangannya semakin memutih akibat emosi yang meluap. Pegangannya disendok pun semakin menguat, semisal sendok itu terbuat dari kayu mungkin sudah patah dibuatnya.
"Astaghfirullah Joel, Ya Allah, bukan neraka lagi Joel, tapi kamu bakalan kekal abadi selamanya didalam sana. Semua ajaran agama melarang perbuatan tercela itu m, apalagi mereka itu orang tua mu. Jangan Joel, apapun masalahmu sekarang, emosi meledak kaya begini tidak akan menyelesaikan masalah, Adek, ada Aa' disini."
Hanenda segera memeluk tubuh Joel. Dikecupnya pucuk kepala Joel dengan hati-hati. Dielusnya dengan lembut punggung Joel sambil menyelipkan doa kepada Tuhan. Kiranya Tuhan mengasihi Joel-nya dengan kesabaran dan pengampunan.
"Adek capek A'. Capek sabar. Capek mengalah. Capek hidup seperti ini." Joel pun mulai gemetar menahan tangisnya. Dirinya pun merasakan capek untuk menangisi hidupnya. Penderitaannya.
"Adek. Joel ku, kekasih ku. Mengalah bukan berarti kita kalah. Mengalah tidak akan menurunkan harga diri. Mengalah itu untuk membuat kita sadar, kita itu manusia yang punya hati, tidak seperti mereka yang menyakiti mu. Hidup memang penuh ujian cobaan. Aa' tidak akan pernah bisa merasakan penderitaanmu, Aa' akui itu. Aa' hidupnya tidak sama seperti hidupmu. Aa' juga akui Dek."
"Tapi sekarang Aa' ada disini, mencoba merengkuhmu, menjadi kesatuan dengan kamu. Mencoba menghalau deritamu, sekuat tenaga Aa'. Kamu sabar yah sayang, tidak lama lagi, tidak lama lagi Aa' akan ciptakan dunia untuk kita, hanya ada Adek sama Aa', Aa' akan ciptakan untuk mu surga yang hanya ada kebahagiaan."
"Sabar yah sayang, jangan berpikir aneh-aneh lagi. Kamu untuk sementara disini sama Aa'. Aa' malahan senang kalau kamu tinggal disini, kalau perlu kamu tidak usah pulang kerumah kamu lagi, kamu disini saja, pindah dan tinggal sama Aa'. Jangan kemana-mana. Jangan berbuat sesuatu yang akan Adek sesali. Adek sayang Aa' kan? Adek mau kan dengar Aa'? Adek mau kan bersama Aa' kita buat dunia kita sendiri?".
Joel yang mendengarkan itu akhirnya bisa luluh dan melonggarkan emosinya. Menangis terisak dipelukan kekasihnya. Setidaknya saat ini, meski hidupnya bermandikan penderitaan, ada kekasihnya yang akan selalu ada disisinya, menenangkannya, memeluknya, mengasihinya. Setidaknya sekarang Joel bisa melihat sedikit, setitik cahaya dikelamnya kehidupan yang ia jalani. Berharap rangkulan ini, kasih sayang ini bisa bertahan beberapa saat walaupun dia tau tidak ada yang namanya keabadian.
"Mama ku.. hiks.. kata Abang Idris kemarin datang mengamuk dirumah, mencari Adek, mencari akta rumah Kakek katanya hutang dia dimajikannya sudah banyak harus dibayar dengan menjual rumah Kakek, hiks.. karena kalo g, Mama akan dipenjara, padahal kata Bang Idris hutang itu karena suami barunya suka main judi online, g ada bedanya sama Bapak, trus tidak lama Bapak datang juga mengamuk memukul Mama, karena Bapak sudah tau Mama selingkuh punya suami baru lagi. Bapak hampir saja membunuh Mama kalau g ada tetangga Joel yang misahin A' hiks."
"Bapak yang masih dalam keadaan emosi dan mabuk datang mengamuk ke warung Abah A', mengira ada Adek disembunyikan diwarung Abah, saat warung Abah lagi banyak pelanggan. Abah hampir saja kena lemparan gelas kalau g ada Kang Ali bisa aja Abah..Abah, kalau sampai Abah kenapa-kenapa, Adek g akan maafkan mereka berdua A', meski mereka yang lahirin Adek, Adek g akan sesali tangan ini akan bunuh mereka."
"Mereka bukan orang tua ku A', mereka tidak pernah ngaasih Adek kasih sayang, mereka hanya ngasih penderitaan. Apalagi Bapak, Bapak yang jual aku, Bapak hina aku. Adek malu nyebut mereka orang tua Adek. Adek g sudi mereka orang tua Adek. Seandainya Bang Idris dan Abah g ngelarang Joel untuk pulang, mungkin sekarang mereka sudah habis A', Adek sudah capek mengalah, Adek sudah capek sabar A'."
Hanenda yang mendengarkan kisah pilu Joel, hanya bisa ikut menangis memeluk Joel sangat erat. Dirinya tidak habis pikir, ada orang tua yang berlaku dzalim kepada anaknya. Anak titipan Tuhan, harta karun Tuhan yang akan memberikan berkah dari Tuhan.
Kenapa bisa ada orang tua menyiksa, menghina, mencaci maki bahkan dengan teganya menjual anak mereka hanya untuk keegoisan mereka sendiri. Tuhan, cobaan hidup Joel sangatlah berat. Hanenda yang mendengarkan saja tidak sanggup membayangkan. Hanenda yang dari kecil disayang diberi curahan kasih seluas jagad raya itupun bergidik ngeri membayangkan perilaku orang tua Joel.
🦋🐺

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.