15

173 4 0
                                    

     Hallo udah 2 bulan aku ga update, tungguin ga?🤣
         Aku update cuyy, gimana kabarnya kalian?

                                                   ****

"Kak Arsen!" panggil Vera. Pagi ini gadis itu akan memberitaukan sebuah kabar untuk Arsen itu. Baik atau pun buruk sudah berada ditangan Vera, karena itu keputusan darinya.

Arsen yang tengah berjalan menuju ke perpustakaan menjadi berhenti melangkah serayu menoleh ditengah jalan. Ternyata, gadis yang ia tunggu malahan mengejarnya.

"Tunggu!" Nafas gadis itu terengah-engah, tubuhnya agak membungkuk dan kedua tangannya menyentuh lututnya. Ramput yang terurai menjadi berantakan.

Arsen melihat itu kekeh kecil. Tangannya itu merapihkan ramput Vera untuk menyela ditelinga, kedua matanya saling menatap, jantung berdecak kencang.

"Sialan jantung gua! Ya Tuhan semoga dia ga denger detakan jantung gua.." pikir Arsen.

"Gue bisa sendiri. Sori gue ngrepotin lo, maaf." ujar Vera. Mendengar hal itu, Arsen langsung menyingkirkan tangannya.

Arsen tersenyum serayu mengangguk. "Sori gue.." jedanya.

"Gapapa, santai aja. Gue tau niat lo baik santai aja, ya? Ohya, lo mau ke perpus, kan?" tanya Vera.

Lagi-lagi Arsen mengangguk sebagai jawabannya.

"Sebelum itu, gue boleh ngomong sebentar sama lo?" izinnya pada Arsen. Ia takut jika menganggu waktunya Arsen, padahal 24/7 bisa untuk Vera.

"Ofc. Tapi jangan di sini. Kita duduk di sana aja, gimana? Di sini panas, kasihan lo." pituturnya dengan lembut. Manisnya ya Tuhan.

Vera menggeleng kepala. "Gausah, kak. Kita di sini aja gapapa, lagi pun ya.. Gue mau ngomong sebentar ga lama. Panas gini ga masalah buat gue,"

"Tapi beneran gapapa, Ver? Gua takutnya lo kenapa-kenapa. Takutnya kaya waktu itu lo pingsan gara-gara Pradhika." tanya Arsen memastikan.

Vera tersenyum sejenak, lalu mengangguk. "Iya kak, gue gapapa. Udah, jangan khawatir. Gue gapapa serius banget."

"Yaudah, kalo lo kenapa-kenapa harus ngomong, ya?" instruksi Arsen pada Vera. Vera mengecungkan jempolnya.

"Kak, gue udah ambil keputusan. Lo mau denger? Lo terima apa pun kan?" Vera mengatakan itu serayu menatap Arsen dengan sendunya.

"Iya, gua terima semuanya, Ver. Itu kan gue yang mau, lo harus jujur apapun sama gue, Ver, gue gamau lo terpaksa atau pun gimana-gimana." dusta Arsen. Nyatanya, Arsen ingin apa yang dia inginkan akan menjadi miliknya, termasuk Vera.

Sebelum mengatakan semuanya, Vera menghelakan nafasnya dengan perlahan. Ia benar-benar gugup dengan semua ini. Apa benar apa yang dia putuskan itu akan baik-baik semuanya nantinya? Pikir Vera.

"Keputusan gue udah bulat kak. Kemarin gue ketemu sama Pradhika, gue udah sama-sama bicarakan semuanya dengan perasaan masing-masing. Jadi tolong apa pun keputusan gue lo itu jangan hancurin persahabatan lo sendiri, ya?"

"Kak, Pradhika itu... Gue gatau benar apa salah, tapi dia sukanya sama orang lain, bukan gue, gue salah benar suka sama Pradhika. Gue tau, gue memang ga sempurna, dan gue salah berharap sama orang, yakan?"

Arsen menggeleng cepat. "Tidak. Lo sempurna, Ver. Lo sempurna banget, jangan bilang kek gitu ya? Lo sempurna banget, manusia itu juga punya kelebihan dan kekurangan, Ver. Jadi tolong jangan bilang seperti itu."

Asal lo tau, Ver.... Gua selalu nungguin lo, tapi gua ga suka lo bilang kek gini di depan gua sekalipun. Lo terluka tapi gua yang sakit.

"Kak,"

"Hm? Lo butuh apa, hm? Butuh senderan atau pelukkan? Gua bisa semuanya, asalkan lo nyaman, Ver."

"Bukan itu!"

"Then?"

Tanpa aba-aba, Vera langsung memeluk Arsen dengan erat. Kemudian ia berkata, "gue butuh lo, gue butuh sama lo, kak. Tolong ya, buka semuanya untuk gue lagi. Gue mohon, gue akan berusaha lebih buat gue suka sama lo, tapi tolong lo bisa kan, kak?"

Arsen tersenyum serayu mengelus-elus puncak ramput gadis itu. "Asal lo tau, hati gua selalu terbuka buat lo, hanya lo, Ver. Gua ga akan ninggalin lo, gua janji, Ver. Gua akan buktiin semuanya kok, ya? Gua ga cuma janji tapi gue akan buktiin semuanya."

Pradhika berada di sana, di perpustakan. Dia melihat semuanya tapi tidak mendengarkan semuanya, ia tersenyum sekilas.

"Vera bahagia gua juga harus bahagia." tegas Pradhika pada dirinya serayu mengangguk.

"Betul, lo juga berhak bahagia apa lagi Vera. Terasanya juga lo kaya gantung dia banget, Dhik." celetuk Kavian.

"Gua ga gantung dia, cuma.. Gua harus ngalah demi Arsen. Arsen udah kehilangan Tara, tapi dia ga boleh kehilangan Vera."

Pradhika rela tidak menerima Vera yang ia cintai demi sahabatnya. Pradhika ingin Arsen bahagia dengan pilihannya, termasuk itu cinta pertama Pradhika. Dia bisa lalukan apa saja demi Arsen dan juga Vera bahagia.

Semuanya belum berakhir. Tapi sudah bertanda jika, awan akan gelap dan hujan akan datang dengan petir.

Bersambung..

VERA & KETOS GALAK { SEGERA TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang