ketiga

11 2 1
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

***


Suasana malam berganti pagi, bunga-bunga bermekaran untuk mengindahkan bumi. Seorang gadis yang  siap untuk menjalani hari-harinya dengan penuh semangat.

Tak butuh waktu lama, ia segera beranjak meninggalkan kamarnya, menuju ke bawah dimana sepasang suami istri sudah menunggunya sejak tadi.

Ya, kamar nabila berada di lantai dua dan ia harus menuruni tangga untuk pergi ke bawah.

"good morning ayah, bunda. Nabila yang cantik jelita ini mau makan bersama ayah bunda yang cantik kayak nab.. ." sahut nabila yang terpotong oleh bundanya

"sudah nanti saja konsernya, sekarang makan dulu." potong bunda membuat nabila pasrah.

Dan ayah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja melihat kelakuan putri kecilnya itu.

Hanya keheningan yang tersisa disepanjang acara makan berlalu, karna ayah, selalu mengajarkan anak dan istrinya untuk tidak mengeluarkan suara ketika sedang makan.

"alhamdulillah, ayah sudah." sahut ayah yang sudah menghabiskan makanannya.

Tak lama dari itu, bunda dan nabila menyudahi makanannya dan berlanjut untuk memberesi piring-piring yang kotor. Nabila yang baru saja selesai mencuci piring pun pergi menghampiri ayahnya yang sedang membaca majalah. Ia ingin memberitahukan keputusannya yang sudah ia pikirkan matang-matang tadi malam.


"ayah, nabila mau ngomong." sahut nabila tiba-tiba.

"eh nabila, anak ayah mau ngomong apa? Tanya ayah yang melihat putrinya sudah duduk dihadapannya.


Nabila yang masih bingung ingin memulai dari mana itu pun sedikit gugup, karna ia takut kedua orangtuanya tidak menyetujuinya.

"tapi jangan marah ya!" ucap nabila yang diberi anggukan sang ayah.

"it...itu nabila mau masuk pesantren" gagap nabila sedikit takut

Seketika ayah yang masih terpokus dengan majalahnya itu pun sedikit kaget, mendengar putrinya ingin masuk pesantren. Karna sudah beberapa kali dirinya menawarkan untuk memasukannya ke pesantren namun nabila selalu menolaknya.

Dan sekarang nabila sendiri lah yang meminta ayahnya untuk memasukkannya ke pesantren.

"ha... ayah ga salah denger kan, bun bunda anak kita mau ke pesantren katanya bun." girang ayah seakan tak percaya akan yang diucapkan anaknya.

"alhamdulillah, bunda senang dengernya nak" sahut bunda yang seketika merangkul putrinya itu.

"ih ayah sama bunda kok gitu sih" cetus nabila meliahat reaksi kedua orangtuanya.

"lagian sekian lama ayah sama bunda nunggu baru ini kamu mau, coba dari dulu." sahut bunda.

"yakan itu mah dulu bun!" celetuk nabila dengan memanyunkan bibirnya.

Ada sebuah alasan untuk nabila menolak tawaran kedua orangtuanya dulu, tapi untuk kali ini ia iklas dan menyerahkan semuanya kepada sang pencipta. ia tak mau terlalu berlarut-larut dalam keadaan.

"sudah-sudah, besok pagi kita pergi ke pesantren milik teman ayah" sahut ayah.

"emng tidak kecepatan yah" ucap nabila sedikit kaget.

"nabila, kan lebih cepat lebih baik" ucap ayah dengan senyumnya.

"benar kata ayah" sahut bunda dengan senyumnya, yang dibalas hangat oleh putrinya.

-
-
-

"assalamualaikum, ini bunda." panggil bunda dengan mengetuk pintu kamar putrinya.

"waalaikumsalam, masuk aja bun pintunya ga dikunci kok!" jawab nabila dengan sedikit berteriak.

Bunda yang melihat kamar anaknya yang sudah tak tertata lagi pun membantunya untuk membereskan kembali.

"ini yang mau dibawa nabila" tanya bunda yang diberi anggukan olehnya.

"iya bun" jawab nabila.

"bunda, nanti bunda sama ayah harus sering jengukkin nabila ya" ucap nabila dengan mata sendunya.

"gimana ya, gak mau ah!" ketus bunda yang membuat nabila memanyunkan bibirnya.

"ih bunda kok gitu sih! bunda ga sayang ya sama nabila?" celetuk nabila dengan menyilangkan tangan di bawah dadanya.

"kata siapa, bunda selalu sayang sama nabila. nabila itu peri kecil yang selalu ada di hati bunda." ucap bunda dengan lembut dibarangi senyum manis yang terarah pada nabila dilanjutkan dengan pelukan dan dibalas hangat oleh nabila.

Walaupun didalam hatinya terasa perih namun ia harus berusaha menahan itu semua dihadapan anaknya. Ibu mana yang tak sedih jika lau ia harus berpisah pada anaknya.

Tak terasa cairan bening yang sudah menetes di bawah kelopak matanya, membayangkan jikalau putri semata wayangnya harus pergi menimpa ilmu ke salah satu pondok pesantren kerabat suaminya itu.

Nabila yang sudah menyadari bundanya menangis pun semakin mengeratkan pelukannya.

"nanti nabila disana harus jaga diri ya, harus patuh ga boleh ngelawan, di kurangin nakalnya, dan yang lebih penting niatkan untuk menimba ilmu karna الله bukan karna siapa-siapa atau apupun itu, dan satu lagi di sini ayah sama bunda gak bakal pernah berhenti untuk mendoakan nabila, berikan yang terbaik untuk ayah sama bundanya." ucap bunda yang merasa tak ikhlas jika ia harus berpisah dengan putrinya.

Jangan pernah kalian pikir nabila itu anaknya yang pendiem, kalem dan sebagainya. Justru malah sebaliknya.

Pertahanan yang dari tadi ia tahan pun roboh seketika, saat mendengar kata demi kata yang dilanturkan bundanya. Ia takut, ia tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kedua orangtuanya.

"iya bunda, insya allah nabila bakal inget selalu pesan bunda. Nabila akan memberikan yang terbaik untuk ayah sama bunda. Nabila sayang bunda." ucap nabila yang membuat suasana menjadi semakin sendu.

***

Assalamualaikum wr.wb
Apa kabar? Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa comen & vote ya.
Kalian bisa temuin aku di instagram nya ku (knz-nbla)🌷.

See you next part💐

Selasa 19 November 2023.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nabila nur-hanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang