Chapter 2

56 5 2
                                    


"Ini apa?"

Uluran tangan menyambut sosok mungil yang sedari tadi berjongkok di sebuah taman rooftop. Jemari itu sesekali terjulur berharap hewan yang terbang didekatnya hinggap dan menetap.

"Kupu-kupu alvanka." Balasnya tanpa menoleh.

"Alvanka? Namanya itu?" Ujar pria dengan jaket hitam yang juga ikut berjongkok disampingnya.

"Entahlah, ada yang menamainya itu. Cuman aku gak tau kupu-kupu yang mana."

Seulas senyum kian tercipta, gadis itu terlihat sangat tenang dan mungkin sedikit membaik. Jauh daripada sebelumnya, dimana keluarganya sulit untuk menenangkannya.

"Kau mau kue?"

"Hmm??"

"Kau mau kue? Ini hari ulang tahunmu."

Gadis itu terdiam, sorot matanya menjadi kosong. Tatapannya sendu, dan lagi wajah cerah yang sedari tadi tercipta kini tenggelam.

"Aku ingin.. Ketua Alpha!"











°°°°°°




"Pak, sate nya satu."

Abercio memarkirkan motornya di sebuah warung sate yang ada di pinggiran jalan. Ia beralih masuk setelah helmnya di lepas dan berdiri di samping pemilik makanan khas Madura itu lalu mematok-matok beberapa tusuk daging yang ada di gerobaknya.

"Oh nak Cio, lama gak ketemu. Gimana kabarnya?"

"Baik pak, cuman lagi laper aja." Tukasnya dan memilih beberapa daging yang ia suka.

Warung sate Pak minto adalah tempat langganan Cio. Hampir setiap kali dalam seminggu ia akan berkunjung kesini dan makan di warung ini. Makanya, dia juga sudah terbiasa mengambil dan memilih sendiri tusuk sate yang ia inginkan.

"Itu kenapa dengan tanganmu?!"

Pak minto, pria paruh baya yang berumur sekitar 55 tahunan itu beralih mengangkat lengan Cio dan memunculkan balutan perban pada tangan kanannya. Sosok yang menjadi sasaran pertanyaan hanya tertawa canggung.

"Biasa pak, habis balapan." Ujar Cio dan kembali menutup lengannya dengan jaket yang sebelumnya ia lepas.

"Hei nak Cio, balapan boleh tapi harus hati-hati. Kamu kebiasaan!"

Cio hanya mengusap tengkuknya, yah mau bagaimana lagi. Resiko balapan ya gitu, lagian lukanya juga tidak seberapa.

"Satu aja, nak?"

"Iya, pak." Balas Cio dan beralih mengambil uang yang ada di dalam dompetnya.

"Tumben satu, teman-teman mu gak ada yang mau ini?"

"Mereka itu.. entahlah. Aku juga gak tau, daritadi aku tanya gak ada yang balas. Ntar kalo dia mau suruh datang sendiri aja lagi." Tukas Cio dan kembali bermain dengan ponselnya.

Satu pesan masuk pada ponselnya, pesan atas nama Aegis berhasil membuatnya sedikit bersemangat.

"Udah pulang, ya dia." Gumam Cio.

"Siapa? Apa temanmu jadi mesan?"

"Tambah aja pak, lima lagi. Samain aja semua."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang