1

425 53 0
                                    


Haechan menatap kekasihnya, Jeno. 

Jeno menggenggam kedua tangan Haechan. "Hati-hati," ucap Jeno. Ia menarik Haechan dan memeluknya.

Haechan membalas pelukan Jeno. Ia menepuk punggung Jeno dengan pelan. "Kau juga. Menjauhlah ketika kau melihat yang lain," sahut Haechan.

Pewara memanggil para perempuan untuk bersiap memasuki area yang telah ditentukan. Haechan melepas pelukan Jeno dan berjalan menuju area tersebut.

Pewara membacakan aturan bagi para perempuan. Di tempatnya, Haechan berdiri dengan gugup. Ketika pewara mulai berhitung mundur, Haechan bisa merasakan detak jantungnya sendiri.

"...tiga, dua, satu!"

Hitungan mundur selesai. Haechan segera berlari menuju hutan. Sebelum masuk ke hutan, Haechan mengubah wujud tubuhnya sembari berlari. Dengan wujud serigalanya, Haechan masuk ke dalam hutan.

Wujud serigala Haechan adalah seekor serigala betina dengan bulu berwarna cokelat. Bulu-bulunya memiliki sedikit warna hitam di bagian atas tubuhnya, tetapi secara keseluruhan tubuhnya didominasi oleh balutan bulu warna cokelat kemerahan.  Tubuhnya ramping. Moncongnya cukup runcing. Telinganya tegak, tetapi ujung telinganya tidak terlalu runcing. Ujung telinganya sedikit melengkung. Matanya berwarna kuning kecokelatan. Bulu ekornya cukup tebal.

Haechan berlari, berlari, dan terus berlari. Ia berlari ke arah tempat yang telah direncanakan olehnya bersama dengan sang kekasih. Ketika sampai di tempat itu, Haechan melihat-lihat sekitar. Ia harus memastikan tidak ada yang lain berada di daerah itu juga. Setelah memastikan bahwa tempatnya aman, Haechan menunggu di sana.

Jarak yang diberikan antara waktu para perempuan dan para laki-laki masuk ke dalam hutan adalah satu jam. Haechan merasa bahwa ia berlari tidak lebih dari setengah jam. Jadi, ia tahu ia harus menunggu dan berjaga.

Ketika menunggu, Haechan merasakan adanya kehadiran yang lain. Ia mendengar suara. Haechan pergi ke arah suara tersebut dengan berhati-hati. Jaraknya hanya sekitar dua puluh meter dari awal tempatnya menunggu. Haechan melihat ada serigala lain. Ia tahu itu adalah serigala betina melihat dari ukuran dan sekilas rupanya. Haechan menggeru, menyuruh serigala itu untuk pergi. Serigala itu pergi. Haechan mengawasinya hingga rupanya tak terlihat lagi. Setelah itu, Haechan kembali ke tempatnya menunggu.


Beberapa waktu telah berlalu. Langit sudah hampir menjadi gelap. Haechan memperkirakan bahwa beberapa menit sebelumnya seharusnya para laki-laki sudah mulai memasuki hutan. Oleh sebab itu, Haechan bersembunyi. Ia masuk ke dalam suatu lubang di tanah di mana ada kayu di atasnya. Lubang itu cukup luas di dalamnya.

Haechan memantau keadaan luar dari mulut lubang. Ia harus melihat apakah Jeno sudah datang untuknya. Selain itu, Haechan juga harus memantau apabila ada serigala lain. Haechan berharap tidak ada serigala lain ke tempatnya karena jika itu terjadi, ia harus segera keluar dari lubang dan berlari menghindari serigala yang datang. Ia tidak bisa bersembunyi di dalam lubang karena biar bagaimanapun aromanya bisa diketahui serigala lain dalam jarak dekat. Tujuan ia bersembunyi di lubang adalah untuk menyembunyikan diri dari serigala lain yang masih dalam jarak jauh agar tidak melihatnya.

Haechan masih memantau keadaan luar. Ia melihat pepohonan, kayu, ranting-ranting, dedaunan yang telah gugur, langit, dan tanah yang dapat dilewati.

Jeno masih belum datang. Haechan menjadi cemas. Ia takut Jeno bertemu dengan serigala jantan lain dan berkelahi dan terluka. Atau, Jeno terperosok dan jatuh hingga terluka. Bayangan-bayangan buruk berusaha ia tepis. 

Hari semakin gelap.


Tiba-tiba, Haechan melihat seekor serigala bertubuh besar di kejauhan. Dari ukuran tubuh dan rupanya, Haechan tahu itu adalah serigala jantan. Akan tetapi, itu bukan Jeno. 

IkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang