2

300 41 0
                                    


Haechan dibawa oleh pemuda bernama Jaemin ke depan sebuah pondok.

"Ini tempat untuk membersihkan diri," ucap pemuda itu. Pemuda itu membuka pintu dan mengajak Haechan masuk. Haechan melihat isi pondok itu sementara pemuda itu berkata, "Aku sudah menyiapkan airnya." Pemuda itu menunjuk ke sebuah tumpukan kain. "Itu baju gantimu."

Mendadak Haechan tersadar. Ia melihat pakaiannya sendiri. Ini bukan miliknya.

"Itu pakaian ibuku dulu. Maaf, aku tidak punya pakaian perempuan lain selain milik ibuku," ucap pemuda itu.

"Di manakah ibumu?" tanya Haechan.

"Ibuku sudah meninggal. Ayahku juga. Aku tinggal sendiri di sini."

"Maaf," ucap Haechan.

Haechan mendadak merasa malu. Berarti pemuda ini yang memakaikan pakaian ini ke tubuhnya.

Setelah itu pemuda bernama Jaemin itu mempersilahkan Haechan untuk membersihkan diri.

Haechan berendam dan menutup mata.

Pagi tadi ia berkenalan dengan pemuda bernama Jaemin. Setelah itu, pemuda itu mengajaknya sarapan. Pemuda itu sudah mempersiapkan sarapan. Barusan pemuda itu juga sudah mempersiapkan pakaian untuknya.

Mengenai pemuda itu, Haechan belum pernah melihatnya. Melihat dari lokasi kediaman pemuda itu, Haechan merasa ini jauh dari rumahnya. Kediamannya juga terlihat terpencil. Ia tidak melihat adanya rumah ataupun orang lain. Ia hanya melihat pemandangan alam saja.

Setelah selesai mandi, Haechan masuk kembali ke dalam rumah. Ia melihat pemuda bernama Jaemin sedang minum dari gelas.

"Kau sudah selesai?" tanya pemuda itu.

Haechan mengangguk. "Sudah."

"Baiklah. Mari berangkat."

Haechan dan pemuda itu keluar dari rumah. Pemuda itu mengarahkan Haechan untuk naik ke atas kuda. "Perjalanannya jauh. Kau juga masih lemah," kata pemuda itu. Setelah Haechan naik, pemuda itu ikut naik juga dan menunggang kuda.


Ada tiga tahap pengikatan. Hari perburuan sudah dilewati. Berarti hari ini adalah hari pemberkatan. Haechan masih memiliki harapan. Ia bisa meminta pemuda ini untuk membatalkan tahap pemberkatan. Ia masih memiliki harapan untuk bersama dengan Jeno. Lagipula, pemuda ini terlihat bersahabat. Haechan rasa ia bisa diajak bicara baik-baik. Maka dari itu, Haechan berkata, "Jaemin, boleh aku bicara mengenai ritual selanjutnya?"

Pemuda itu memperlambat laju kuda. "Boleh," ucapnya.

"Aku ingin kau membatalkannya."

Pemuda itu menghentikan laju kuda. Pemuda itu menghadap belakang, ke arah Haechan. "Kenapa?" tanyanya. Haechan bisa merasakan rasa tidak suka dari nadanya.

"Karena aku sudah memiliki orang yang kuinginkan untuk hidup bersama," jawab Haechan.

Pemuda itu turun dari kuda. Setelah menapak tanah, ia berkata, "Turunlah."

Haechan dibantu turun dari kuda itu.

"Kau bisa mengingatnya," ucap Haechan. "Aku berlari terbirit-birit kemarin ketika melihatmu. Aku lari karena aku tahu kau bukan orang yang kutunggu. Kau ingat?"

"Ya. Aku ingat kau berusaha kabur dariku."

"Itu karena aku sudah memiliki orang yang kucintai," ucap Haechan dengan yakin. "Aku dan kekasihku sudah merencanakan semuanya, termasuk titik lokasi bertemu di dalam hutan. Aku sedang menunggunya, tetapi kau datang dan mengejarku."

IkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang