4

226 28 19
                                    


Haechan mendengar langkah kaki berpijak pada kayu di luar pintu. Haechan bangkit berdiri. Ia membuka pintu. Haechan melihat Jaemin sekilas kemudian menyapanya sambil menunduk. Laki-laki itu membalas sapaannya sambil menutup pintu.

Haechan berbalik. Ia hendak berjalan ke meja untuk mengambil gelas berisi air untuk Jaemin minum, tetapi Jaemin menahannya terlebih dulu. "Tatap aku," ucap laki-laki itu." Haechan menggeleng. Ia melepaskan pegangan tangan Jaemin dari pergelangan tangannya. Jaemin melepaskannya, tetapi sambil berkata, "Tatap aku. Aku tahu kau menangis. Benar, kan? Kau habis menangis."

Haechan masih menunduk. Ia berkata, "Maafkan aku."

"Haechan, aku merasa buruk mengetahui bahwa aku hanya membuatmu menangis. Kupikir aku sudah melakukan segalanya, tetapi aku gagal melihatmu seperti ini."

Mata Haechan yang sudah kering mulai basah kembali. Tidak bisa ia pungkiri bahwa dirinya tidak bahagia. Semua yang ia lakukan, semua yang terjadi setelah hari perburuan, semua langkah pengikatan itu salah. Semua itu seharusnya ia lakukan bersama dengan Jeno. Itu adalah mimpinya, itu adalah impiannya bersama dengan sang kekasih. 

Dahulu, Haechan tidak pandai memasak. Ia tidak cekatan di dapur. Namun, demi hidup melayani Jeno, ia belajar. Ia selalu meminta ibu dan saudaranya untuk mengajarinya. Tangan terkena tungku panas, terciprat air mendidih, tangan tergores, itu semua adalah usahanya untuk ditunjukkan kepada Jeno, kekasihnya. Demi mereka makan bersama di atas meja dengan sukacita, demi pujian yang diberikan kekasihnya kepadanya, demi menghargai hewan buruan yang dipersembahkan kekasihnya padanya. Bukan demi laki-laki yang baru ia kenal, yang merenggutnya dari mimpinya, dari takdir bahagia yang semestinya ia jalani bersama dengan kekasih hati.

Benar Haechan tidak bahagia. Setelah berurusan dengan seluruh urusan rumah, Haechan akan duduk di depan kotak kenangan. Haechan menggenggam barang-barang kenangannya dari sang terkasih, Jeno, yang tidak bisa ia lupakan. Mata berair mengingat bahwa laki-laki itu, jauh di sana, sedang kesakitan. Ia terbaring lemah dengan banyak luka di tubuhnya. Luka-luka itu karena dirinya, demi mempertahankannya. Jeno mengusahakannya. Hal itu membuat Haechan merasa terpukul. Ia menyalahkan dirinya sendiri.

Haechan mengingat hari perburuan itu. Haechan ingat ketika ia sudah digigit, Jeno datang untuknya. Jeno berkelahi untuknya. Haechan masih mengingat raut khawatir kekasihnya. Dan, Haechan mengingat saat Jeno menatapnya, kepalanya dihantam oleh serigala jantan berbulu abu-abu. Dia, yang berada di hadapannya kini.

Malam itu, keheningan menyelimuti kediaman Haechan dan Jaemin. Lalu seperti biasa, Haechan tidur memunggunginya.



Saat pagi, Haechan pergi ke kebun untuk mengambil beberapa bahan makanan yang hendak dibuatnya. Mereka sudah sarapan. Bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk persiapan makan siang.

"Haechan," panggil Jaemin. Laki-laki itu berjalan ke arah Haechan.

"Ya?" jawab Haechan. Ia meletakkan keranjang di tanah lalu bangkit berdiri.

"Apa kau ingin ke desa?" tanya Jaemin. "Aku ingin menukar lilin. Mau ikut bersamaku?" ajaknya.

Haechan belum pernah kembali ke desa sejak ritual pemberkatan. Ia hanya berada di wilayah kediaman laki-laki itu. Haechan ingin ke sana. "Aku mau."

Jaemin tersenyum. "Baiklah. Aku akan mengambil kuda."


Ketika sampai di desa, Haechan melihat keramaian. Jaemin membawanya ke pasar.

Haechan dan Jaemin turun dari kuda. Mereka berdua berjalan kaki dan Jaemin menggenggam tali kekang kuda, menuntun kuda itu di sampingnya.

Sepanjang jalan, Jaemin mengajak Haechan mengobrol. Jaemin mengenalkannya pada orang-orang yang dikenal Jaemin. Jaemin juga memberitahu rutinitasnya di desa. Dari situ, Haechan mengetahui bahwa Jaemin hanya ke desa apabila ada keperluan saja, misalnya untuk menukar lilin, menukar keperluan rumah lainnya, dan mengurus catatan sipil. Jaemin biasa sendiri di kediamannya, di rumah pinggir danau itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang