Awal dari segalanya.•••
Seorang gadis berusia 9 tahun dengan langkah sempoyongan menyusuri jalan sambil sesekali mengelap keringat yang terus bercucuran di keningnya menggunakan ujung kerudungnya, tak jarang ia berjalan setiap harinya saat pulang sekolah, ia juga ingin seperti teman temannya lang lain saat pulang sekolah mereka dijemput oleh orang tuanya, tapi orang tuanya selalu saja tak punya waktu untuk menjemputnya, alhasil ia harus berjalan, terkadang ia juga dapat tumpangan dari orang tua temannya. Jarak yang cukup jauh tetap ditempuhnya meskipun harus merasakan lelah, baginya menuntut ilmu memang harus butuh perjuangan
namun saat akan melangkah ke pekarangan rumahnya, telinganya mendengar suara tangisan yang berasal dari dalam sana, jantungnya seketika berdegup kencang, gadis itu segera berlari masuk, dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah beling yang bertebaran dimana mana, matanya memanas kala melihat mama dan omanya yang berpelukan, entah apa yang sudah terjadi dirumahnya, perlahan ia melangkah mendekati mamanya
"mah" panggil gadis itu
"Hanum sayang" bukan mamanya yang menjawab, melainkan omanya yang beralih memeluk tubuhnya
"jangan tinggalin oma sayang" ucap wanita paruh baya itu dengan sesegukan sambil mencium pucuk kepala cucunya
gadis itu tak menjawab, ia hanya bisa menangis di pelukan omanya, ia bingung, apa sebenarnya yang terjadi
"Hanum disini aja yah sama oma" mohonnya
gadis itu melirik ke arah mamanya yang menatap ke arah lain dengan air mata yang terus mengalir, lalu beralih menatap sang adik yang sedari hanya berdiri seperti patung sambil memeluk bonekanya
"kenapa kopernya banyak sekali?" tanya gadis itu saat melihat ada beberapa koper besar disamping mamanya berdiri
tak ada yang menjawab pertanyaan gadis itu, semua orang memilih bungkam
"mah" lirih Hanum mendekat ke arah manya
"Maura, pikiran sekali lagi, sebelum mengambil keputusan ini" ucap mertuanya berharap ia mengubah keputusannya
"keputusan aku sudah bulat mah, aku sudah capek sama semua ini"
"bagaimana dengan anak anak kalian, pikirkan masa depan mereka"
"anak anak akan ikut bersamaku"
perempuan paruh baya itu tidak bisa berbuat apa apa lagi, ia hanya bisa pasrah dengan takdir pernikahan anak dan menantunya, mungkin ini memang jalan terbaik untuk mereka
"Han, ikut mama yah" ucap Maura
"kita mau kemana mah?"
"kita pindah"
"kenapa pindah mah, Hanum mau tinggal disini aja"
"gak bisa Han, kita harus pergi"
"papa mana?"
"papa gak ikut sama kita"
"kenapa papa gak ikut mah?"
"Han, jangan banyak bertanya, mama capek, ikuti saja perintah mama" ucap Maura dengan nada sedikit membentak karena tersulut emosi
mendengar itu membuat Hanum bungkam
"oma"
"sini sayang" Hanum kembali memeluk omanya sambil terisak
"Hanum harus nurut kata mama yah, jangan bikin mama marah" ujar omanya
"Hanum mau sama oma"
"Ayo Hanum, kita berangkat sekarang" ucap Maura saat mendengar suara klakson mobil didepan rumahnya
Hanum semakin terisak saat omanya memeluknya begitu erat
"Hanum jaga diri baik baik yah, jaga Hima juga, Hanum gak boleh nakal"
"Hanum sayang oma"
"oma juga sayang sama Hanum"
"Hima sayang" wanita itu beralih memeluk adik Hanum
gadis berusia 5 tahun itu ikut menangis di pelukan omanya
"Hima jangan lupain oma yah" gadis kecil itu hanya mengangguk sebagai jawaban
"sering sering kesini yah sayang" ucap wanita itu pada kedua cucunya
Maura sungguh tak tahan melihat pemandangan menyedihkan itu, ia tak ingin semuanya terjadi, tapi ia tak punya pilihan lain lagi, Maura sudah cukup tersiksa dengan pernikahannya, ia telah dibohongi oleh suaminya selama 3 tahun lamanya, diam diam pria itu bermain perempuan lain dibelakangnya, sungguh menyakitkan bagi Maura jika harus terus bertahan dengan rumah tangganya
Hari ini, ia memutuskan untuk berpisah tetapi suaminya menolak hingga terjadi cekcok antara keduanya, suaminya tidak ingin berpisah alasannya karena anak, karena Maura yang bersikeras untuk berpisah, Dirga memilih pergi untuk melampiaskan amarahnya.
"mah, aku pamit yah" pamit maura lalu memeluk mertuanya sangat erat
"Maafin mama yah, kamu jaga diri baik baik, ingat anak kalian"
"mama juga baik baik disini"
"jangan pernah lupain mama yah"
"makasih mah untuk semuanya, maafin Maura juga"
kedua wanita itu sama sama terisak dalam pelukan
"Hanum, Hima ayo" ucap pria berjas hitam
"iya om" ucap Hanum sambil menerima uluran tangan pria itu
pria itu sudah lebih dulu memasukkan koper koper milik kakak perempuannya lalu mengajak kedua keponakannya masuk kedalam mobil
"dah oma" ucap Hanum dan Hami saat mobil akan berjalan
detik itu juga air mata wanita itu runtuh melihat cucu kesayangannya pergi meninggalkannya, ia menatap mobil itu yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya.
"tolong bahagiakan mereka tuhan" gumam wanita paruh baya itu sebelum melangkahkan kaki meninggalkan rumah anak dan menantunya, sebelumnya ia telah menelfon seseorang untuk datang membersihkan rumah itu yang berantakan oleh pecahan kaca.
🥀🥀
pada akhirnya perpisahan
memang selalu menjadi hal yang paling menyakitkan dalam hidup ini.•••
KAMU SEDANG MEMBACA
HANGATNYA ARUNIKA
Teen Fiction"kenapa kamu tidak ingin menikah?" "gak ada alasan" "kamu takut dengan pernikahan orang tua kamu?" "enggak" "berhenti membohongi dirimu sendiri, jangan memojokkan perasaan itu" gadis itu tersenyum remeh mendengar ucapan pria disampingnya "seseorang...