Apa yang akan mereka lakukan saat bertemu mate? Benar, bergerumul dengan panas di atas ranjang. Mendekatkan diri satu sama lain, saling membaui untuk mengklaim kepemilikan satu sama lain.
Jeno menarik diri dengan cukup keras, napasnya memburu tajam. Matanya menatap Jaemin yang terengah dengan mata terpejam dibawah kungkungannya.
Jaemin membuka matanya perlahan, dan dia bisa melihat betapa kacaunya Jeno sekarang. Tatapan birahi itu tidak bisa ditutupi, mungkin Jeno juga bisa melihat kilat birahi dimatanya dengan sangat jelas.
Jeno berusaha menarik napas dengan perlahan, mengulangi beberapa kali untuk membuatnya cukup tenang. "Kita tidak bisa melakukannya sekarang."
Jaemin mengangguk. "Aku tahu."
Jeno menggulingkan tubuhnya kesamping, dan mengambil posisi terlentang di samping Jaemin. "Aku tak bisa membayangkan reaksi mereka jika tahu apa yang terjadi diantara kita."
Jaemin menoleh kearah Jeno. "Kau pikir aku bisa?"
Jeno ikut menoleh menatap Jaemin. "Tapi apa kau sendiri bisa menerima takdir ini? Mate bagi bangsa mu itu harga mati. Sedangkan bagi bangsa ku, tertidur lima ratus tahun itu bukan masalah besar."
Jaemin terdiam untuk beberapa saat. "Namun jika itu memberatkan bagi mu, aku tidak ingin hidup diatas keterpaksaan. Jika memang kau tidak ingin, maka tak apa. Aku akan menghadapi apapun risikonya."
Jeno menatap mata bulat itu, tidak ada keraguan saat mengatakan hal yang kemungkinan besar berujung dengan kematiannya sendiri. Dan itu membuat dadanya sesak, reaksi alami terhadap ancaman akan ditinggalkan. "Jaemin." Panggilnya pelan.
"Hm?"
Tangan Jeno terangkat untuk membelai pipi pasangan hidupnya itu. "Ingin berjuang bersama? Aku tahu kedepannya tidak akan mudah, tapi kita tidak bisa berpasrah pada keadaan bukan?"
Jaemin memejamkan matanya, menikmati belaian tangan Jeno dipipinya. "Jangan pernah mundur ditengah jalan, aku tak ingin berjuang untuk hal yang sia-sia."
Jeno tersenyum simpul. "Kita cari solusinya sama-sama." Dia menarik Jaemin mendekat, memeluknya dengan erat.
Insting alami saat betemu dengan pasangan hidup, tidak akan ada kecanggungan ataupun keraguan. Egois karena tidak pernah ingin berbagi, protektif akan apa yang menjadi miliknya.
"Tidak ingin bertemu dengan ku, Jeno?" Itu suara Xena.
Jeno terkekeh pelan, nada usil Xena itu terdengar lucu ditelinganya. Dia menunduk untuk menatap Jaemin yang juga sedang mendongak menatapnya. "Boleh?"
Jaemin mengangguk dan segera turun dari ranjang, menarik sedikit bagian kerah kemejanya yang melorot karena beberapa kancingnya lepas akibat perbuatan Jeno. "Kau harus menyediakan vacum cleaner setelah ini."
"Kau pikir buluku rontok!" Protes Xena.
Jaemin memgendikan bahunya. "Siapa tahu kan?"
Jeno yang sudah duduk diatas ranjang hanya bisa terkekeh pelan, Jaemin dan Xena sama seperti dia dan Sungchan. Senang saling menjahili satu sama lain.
Jaemin menarik napas cukup dalam sebelum kemudian retakan tulang terdengar saat dia menggeliat dan berganti sift dengam Xena.
Jeno menatap serigala besar didepannya dengan tatapan takjub, dia tersenyum dan menepuk ranjangnya pelan. "Kemari."
"Awas ranjangnya roboh." Usil Jaemin.
"Aku bukan serigala obesitas sialan!" Dia menlangkah pelan menaiki ranjang, mengabaikan Jaemin yang kini tengah terbahak didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED MATE [NOMIN] (ABO)
RandomVampir dan Serigala itu musuh, namun takdir membuat lelucon dengan menjadikan mereka mate.