Tiga hari berlalu, Jaemin mulai membatasi diri dari sekitar saat dirasa heatnya akan segera datang. Dia hanya akan mengambil satu kelas untuk hari ini.
Untuk hubungannya dengan Jeno, mereka sudah sepakat untuk tidak memberitahu pihak keluarga masing-masing. Kecuali Jeno mungkin, karena dia membutuhkan bantuan Eric. Interaksi mereka di kampus juga sama seperti sebelum mereka mengetahui jika mereka sepasang mate, hanya saling tahu satu sama lain.
Seperti sekarang, mereka bahkan tidak melirik satu sama lain saat berpapasan di cafetaria. Jaemin menghampiri Renjun yang sudah menunggunya disalah satu meja. "Dosen menyebalkan!" Dia menggerutu saat sudah duduk.
Renjun hanya menaikan satu alisnya. "Salah sendiri bolos."
Jaemin mendengus seraya menyambar minuman Renjun begitu saja, tak peduli akan tatapan tajam yang sahabatnya layangkan.
"Besok kau ambil kelas?" Tanya Renjun, memilih merelakan minumannya untuk Jaemin.
"Sepertinya tidak, suhuku sudah mulai naik turun."
"Jangan lupa supersant mu."
Jaemin hanya mengangguk, entah dia akan meminumnya atau tidak kali ini. Usianya sudah matang untuk melakukan mating oke? Apalagi dirinya sudah bertemu dengan matenya.
"Jaemin." Suara Jeno tiba-tiba terdengar di telinganya.
"Uhuk!" Jaemin tersedak.
"Karmamu." Dengus Renjun.
"Sialan." Dia meletakan tempat minuman Renjun yang sudah kosong diatas meja dengan kasar. "Kau membuatku terkejut."
"Maaf, datang ke alamat yang aku kirim. Kita bertemu disana."
Jaemin segera memeriksa ponselnya, ada satu pesan dari Jeno yang belum dia baca rupanya. "Untuk apa?"
"Nanti kau akan tahu."
Jaemin mendengus. "Jangan membuatku penasaran!"
Kekehan Jeno menggilitik telinga Jaemin. "Cukup datang saja, hati-hati saat menyetir."
"Hm."
Renjun menyaksikan tingkah Jaemin dalam diam, dia sudah terbiasa bila Jaemin tiba-tiba diam. Hanya ada dua kemungkinan, dia berbicara dengan Xena atau memang sedang ingin diam.
*
*
*Sesuai permintaan Jeno, Jaemin datang ke alamat yang dikirim oleh Jeno melalui pesan. Salah satu gedung apartemen yang tak jauh dari apartemen Jeno ternyata.
"Aku sudah sampai."
"Naik ke lantai empat, pintu nomor 112."
"Kau ingin mempertemukan kami dengan siapa?" Tanya Xena.
"Nanti kau juga akan tahu."
Sampai di depan pintu yang dimaksud, tanpa membunyikan bel, pintu sudah dibuka terlebih dahulu oleh Jeno. "Kau membuatku penasaran." Ujarnya setelah Jeno menutup pintu dibelakanngnya.
Jen tersenyum simpul seraya meraih pinggang Jaemin dan mengecup pelipis sang Mate sekilas. "Maafkan aku." Dia menuntun Jaemin untuk masuk.
"Oh, hay Jaemin." Sapa Eric yang duduk di sofa saat melihat keduanya muncul.
Jaemin menatap Jeno dengan pandangan bertanya. "Apa maksudnya ini?"
Mendengar nada bicara Jaemin mulai defensif, Jeno langsung menggenggam tangan Jaemin. "Kita membutuhkan bantuan untuk hidup kedepannya, dan aku tak mungkin meminta bantuan keluarga ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED MATE [NOMIN] (ABO)
AcakVampir dan Serigala itu musuh, namun takdir membuat lelucon dengan menjadikan mereka mate.