No Mission [4]

6.4K 443 3
                                    

"Faro kita akan ke mana?" Tanya Kara. Faro yang mendengarnya segera memasang seutas senyum di wajahnya. "Aku akan mengantarmu pulang. Ngomong-ngomong aku tidak menerima penolakan dan segera hubungi sahabatmu itu takut mereka hawatir dan masih ada di sekolah sampai malam."

Kara segera teringat dengan orang-orang itu. Pasti mereka semua hawatir. Tapi kara segera ingat kalau ponselnya ketinggalan di tas. "Faro bisa kara pinjam ponselmu? Kara lupa kalau ponsel kara ketinggalan di tas."

Faro tanpa banyak bicara segera menyerahkan ponselnya kepada si manis untuk menghubungi sahabatnya atau apalah. Kara segera menelepon no Lio karena baru no itu yang ia hapalkan.

"Halo Lio, ini kara."

"Kara? Kau di mana saja? Kami khawatir. Kau baik-baik saja kan?"

"Kara baik Lio.. sekarang Lio dan kak liot tunggu kara di rumah aja. Nanti biar kara bicarain semuanya ketika di rumah."

"Baiklah, syukurlah jika kara baik-baik saja. Sampai jumpa di rumah ya."

"Iya, udah dulu ya. Bye!"

"Bye, pulang dengan hati-hati."

Panggilan telepon kini terputus. Kara segera mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya. "Makasih ya Faro. Udah minjemin ponsel, ah sama udah nolongin kara."

"Sama-sama, gimana kalau kita mampir bentar ke cafe itu?" Kara melirik ke arah sebuah cafe yang ditunjukkan oleh Faro. "Hum oke, tapi jangan lama-lama ya."

"Iya. Yasudah yuk!" Dengan menarik perlahan lengan kara. Faro membawanya ke arah cafe tersebut. Mereka berdua memasuki cafe yang terlihat tidak terlalu ramai. Ketika mereka masuk, tercium aroma vanilla yang menenangkan dan membuat nafsu makan mereka meningkat.

"Kita duduk di sana saja." Kali ini giliran kara yang menarik lengan Faro. Mereka berdua pun kini duduk di meja paling pojok karena pemandangan cafe yang rapi itu bisa terlihat jelas dari sana. Tidak lama muncul seorang pelayan cafe menghampiri keduanya.

"Permisi, kalian berdua ingin pesan apa?" Tanya pelayan cafe dengan ramah kepada keduanya. "Um kara pesan satu potong Red Velvet cake sama susu strawberry nya satu. Ah dan satu puding coklat ya."

"Baiklah, lalu anda?"

"Aku satu porsi puding kopi saja." Pelayan itu mengangguk kemudian pergi untuk menyiapkan pesanan kedua orang itu. Entah mengapa saat melihat menu yang beragam membuat kara jadi ingin merasakan semuanya. Namun perutnya memiliki kapasitas yang terbatas jadi kan bisa besok lagi hehehe.

"Jadi kara, bisa jelaskan kenapa kau bisa ada di situ? Karena jujur saja aku baru melihatmu saat tubuhmu dibawa masuk oleh si tua Bangka itu ke gudang." Tanya Faro. Sejujurnya kara juga tidak mengerti dengan apa yang baru saja menimpanya.

"Kara tidak tahu. Awalnya kara sedang mencuci tangan kara di toilet tapi mendadak ada yang mendekap hidung dan mulut kara Makai kain yang kara yakini ada obat bius. Lalu kara tidak tahu setelahnya." Tutur kara dengan jujur. Faro mengangguk paham mendengar semua itu.

"Aku curiga kalau ada orang yang membencimu dan sengaja menyewa tua Bangka itu untuk menculikmu dan memperkaos mu. Apa kau curiga dengan seseorang? Siapapun itu?" Kara kini berpikir. Benar juga perkataan faro, tidak mungkin kalau tidak ada dalang di balik semua ini.

"Kara mencurigai satu orang." Gumam kara yang masih bisa didengar Faro. "Siapa?"

"Clarissa Anggelina Vlyston." Ucap kara. Faro diam-diam berjanji dalam hatinya kalau ia akan mencari tahu sampai mendapatkan bukti kalau memang orang yang kara curigai memanglah pelakunya. Kalau benar, ia tidak akan segan-segan untuk membuang orang itu ke kandang serigala miliknya.

"Permisi, ini pesanan kalian."

.................

Setelah sampai di rumah. Kara segera di sambut dengan hangat oleh sang mommy. "Kara sayang. Kau sudah pulang? Ayuk ganti pakaian mu dan kita makan."

Kara mengangguk kemudian pergi meninggalkan mommy Dea sendirian. "Syukurlah kara baik-baik saja." Saat mengetahui kalau kara hilang, Lio segera menghubungi keluarganya saat mereka memang tidak menemukan kara di manapun. Saat itu mommy Dea menjadi panik dan khawatir. Daddy mereka bahkan akan lapor ke polisi tapi untungnya kara menelpon.

...............

Saat ini kara tengah menonton TV ditemani oleh mommy Dea dan juga anak bungsu di rumah ini aka Glen atau lebih lengkapnya Glenka Aliendra. "Ish itu si suaminya bikin kesel aja. Istri lagi hamil malah dia selingkuh."

"Benar mom. Mana selingkuhan nya kayak air comberan lagi. Masih cantikan istri sah nya kalik." Seru Glen melengkapi. Yah sedari tadi ibu dan anak itu sibuk ngata-ngatain film suara hati istri yang sedang mereka tonton. Kara sendiri hanya diam karena ia masih menatap fokus ke arah film.

Omong-omong ia sudah menceritakan semuanya saat setelah mereka selesai makan malam. Lio dan Elliot sedang belajar di kamar mereka masing-masing. Sedangkan kara yang tidak punya kerjaan alhasil diajak gabung nonton film sama mommy Dea.

Sang Daddy yang melihat kegiatan istri dan anaknya hanya geleng-geleng. Apalagi melihat kara yang fokus sekali hanya menatap film itu. Ia yang sedang berkerja memutuskan untuk ikut gabung meski nanti dicuekin.

Beberapa saat kemudian, kantuk mulai menyerang kara. Mommy Dea yang melihat kara menguap pun paham kalau sang dedek sudah mengantuk. "Kara tidur gih kalau ngantuk."

Kara mengangguk pelan, kemudian beranjak dari tempatnya. Ia berjalan ke arah kamar miliknya. Kemudian segera membaringkan tubuhnya saat setelah sampai di kamar dan sudah mengunci pintunya.

Kara pun langsung terlelap tidur begitu saja. Yah sudah kebiasaan bocah satu ini kalau sudah menyentuh kasur bawaannya jadi ngantuk berat dan tidur. Selamat malam, dan semoga mimpi indah Alkara.


..............



..............

To be continued

Transmigration of Rogue PartiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang