No Mission [6]

3.8K 246 2
                                    

Keesokan harinya, Kara bangun dengan seluruh bagian tubuhnya yang remuk, ah jangan lupakan banyak bekas gigitan dan bercak merah di sekujur tubuhnya. Ia memejamkan matanya berulang kali sebelum akhirnya tersadar sepenuhnya. Melihat ke sampingnya tidak ada siapa-siapa membuat suasana hati kara tambah drop.

"Mereka bukannya tanggung jawab malah kabur kemana dah? Setidaknya bantu berdiri juga nggak apa. Lah ini? Huhh, sudahlah!" Kara terus mengomel apalagi ketika dia bangun dari kasur dan merasa amat sakit di bagian bawah nya.

"Maunya enaknya aja tuh dua orang." omel kara kembali sebelum menutup pintu kamar mandi. Kara segera menyelesaikan acara mandinya dengan cepat setelahnya dia keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.

.............

"Loh, kok sepi?"

Kara menuruni anak tangga terakhir. Ia melihat sekelilingnya sepi. Memutuskan untuk mengecek di dapur. Tapi saat di sana juga tidak ada siapa-siapa. Hanya ada makanan yang tertata rapi di atas meja.

Ting!

Kara segera meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Melihat dua nomor yang sudah tidak asing, melihat pesan yang dikirim. Kurang lebih, kedua pesan dari nomor berbeda itu mengatakan hal yang sama.

Lio
Aku berangkat duluan karena ada urusan mendadak, maaf.

Elliot
Maaf, aku berangkat duluan.

Suasana hati kara menjadi lebih buruk. Apa karena semalam? Apa mereka sudah bosan dengannya setelah bisa mencicipi tubuh nya?

"Nafsu makan ku, menghilang seketika." ucap kara. Dia segera beranjak dan mengambil tas nya yang tergeletak di sofa, kemudian berniat untuk berangkat segera.

Ting tong!

"Huh, siapa?"

Kara bergegas untuk membukakan pintu. Saat pintu sudah ia buka, ia melihat sosok pemuda tinggi nan tampan. "Selamat pagi."

"Ah, pagi. Faro kenapa ke sini?" tanya Kara. Ya, sosok itu adalah Faro yang mengenakan seragam sekolahnya dengan ransel yang dia jinjing di salah satu pundaknya.

"Aku? Aku ke sini ingin menjemput Ratu di hatiku." jawab Faro. "Siapa? Di sini tidak ada siapapun selain aku."

"Ya, dan satu-satunya orang yang ada di hatiku." ucap Faro tiba-tiba. Wajah Kara seketika memerah. "I-ih, apaan sih?"

"Hahaha, kau sangat lucu." Faro mengusap lembut kepala Kara. "Yasudah, yuk berangkat."

"Oh, oke."

...............

Kara sampai di kelasnya tepat sebelum bel masuk berbunyi. Ia melihat Elliot yang duduk seorang diri. "Kak Liot, Selamat pa_"

"Maaf aku ada urusan." Elliot berlalu meninggalkan kara yang membeku di tempatnya. Zael segera mendekat ke arah Kara yang masih terdiam.

"Sudahlah, mungkin Elliot memang sedang ada urusan, Kara. Oh ya, Pr mu sudah belum?" tanya Zael untuk mengalihkan topik.

"Belum."

"Mau melihat milikku?" tawar Zael pada seseorang yang sudah berhasil memikat hati nya. Seketika suasana hati Kara membaik. Dia segera mengangguk dengan semangat.

"Mau!"

"Baiklah, tapi bagaimana jika aku jelaskan saja? Sepertinya jam pertama ini akan kosong."

"Ya!"




...............

Jam ke 4-5 saatnya pelajaran Olahraga. Kara dan teman-teman sekelasnya sudah menggunakan olahraga milik masing-masing yang sama-sama berwarna Silver.

"Baiklah, pelajaran kali ini adalah bermain bola Basket. Pertama-tama saya akan menilai gerak menggiring bola kalian. Nilai akan bertambah jikalau kalian berhasil memasukkan bolanya ke dalam ring. Siap semuanya?" ucap pak guru olahraga kara.

"Siap pak!"

"Baiklah, dimulai dari absen pertama. Alexa Robertino!" Alexa yang namanya dipanggil pun segera mengambil bola nya. Dia memperaktekkan gerakan yang sudah diajari berulang kali oleh Ayahnya dengan sangat baik.

Sekarang, gantian Kara untuk penilaian. Ia menggiring bola dengan sangat baik. Sampai, tiba saat untuk melempar bola ke dalam ring.

Kepalanya terasa amat sakit. Pandangan nya berkunang-kunang sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.




.............

.............

To be continued

Transmigration of Rogue PartiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang