"Berhasil? Akhirnya..." gumam Yudha dan ia menghela nafas lega. Lalu beberapa saat kemudian air mulai surut dan para hewan berbahaya memasuki dinding yang terbuka.
Saat aula mulai kosong, Aluna mulai menuruni pilar dan Yudha merasa bahwa rantai yang melilit tubuhnya perlahan longgar dan ia terjatuh.
"ACKK!" teriak Yudha panik lalu Aluna berlari cepat ke arah Yudha dan menangkapnya dengan cara gendong bridal.
"Hup! Are you okay baby?" tanya Aluna sambil tersenyum semeringai yang membuat Yudha jijik dan menjitak kepalanya.
"Ih! Itu untuk apa?? aku udah selamatin kamu loh sayang, kasih cium kek bukan jitak!" seru Aluna merengek.
"Gaya ngomong lo bikin jijik." ucap singkat dari Yudha. "Dih gitu ya," Aluna menyadari ada luka lembab di kedua pipi Yudha. Aluna pun duduk di lantai membiarkan tubuh Yudha di pangkuannya dan ia mengusap pipi Yudha yang lembab.
"Mmh.. S-sakit..." gumam Yudha.
"Ini karena apa sayang? Kamu di lukain sama siapa?" tanya Aluna lembut sambil terus mengusap pipi Yudha.
"Itu karena... orang yang di atas, dia tendang gue sampai kayak gini." jelas Yudha.
Aluna mendecak kesal. "Emang bangsat, awas aja kalau ketemu," ucap Aluna sambil mengendus lalu ia mengelus rambut Yudha dengan lembut.
"Yud, coba bilang ke aku siapa yang bawa kamu ke sini? Kamu di culik?" tanya Aluna.
"Hmm.. gue di culik sama bang Afrin." jawab Yudha.
"Afrin?!" mata Aluna terbelalak lalu ia menghela nafas lega. "Ternyata dia berhasil ya?"
"Hah?" Yudha bingung dengan tanggapan Aluna.
Aluna terkekeh kecil sambil terus mengelus rambut Yudha. "Jadi gini, si Afrin dia berpura-pura buat khianatin aku demi menguak informasi dan bukti dari rival dan... ayahku, ini terdengar cukup aneh tapi aku nggak nyangka dia di tugasin buat culik kamu. Aku pikir dia bakal jadi informan."
"Eh? Jadi kalian rekan?! Anjir! Tau nggak sih kalo bang Afrin itu udah lukain bibi gue!" seru Yudha dengan kesal.
Aluna mengerjapkan matanya berulang kali. "Umm.. dia kebawa suasana kayaknya, kalau gitu aku bakal suruh dia minta maaf dan tanggung jawab. Bibi kamu nggak terluka parah kan?"
"Iya sih, tapi harus bener-bener minta maaf gue nggak mau tau!" seru Yudha.
"Iya sayang, bawel," Aluna terkekeh kecil. "Yaudah, yok pergi dari sini. Aku dah capek banget."
Aluna pun bangkit dari duduknya dan masih menggendong Yudha, tak lupa ia mencari topeng yang jatuh akibat pertarungannya dengan Caesar. Saat topengnya berhasil di temukan, Aluna pun memakai topeng tersebut.
"Kenapa lo pake itu?" tanya Yudha heran.
Aluna tersenyum semeringai. "Bahaya soalnya kalo face reveal di sini, oh ya kamu juga harus tutup muka kamu."
"...pake apa? Kan nggak ada topeng." ucap Yudha.
Aluna terdiam sejenak lalu ia menurunkan tubuh Yudha sejenak. Ia membuka kemeja hitamnya yang membuat wajah Yudha memerah. "Heh! Ngapain anjir!"
"Hm? Aku mau nutupin mukamu pake ini, gapapa kok aku pakai tanktop." usai membuka kemeja hitamnya dan memperlihatkan tanktop hitamnya, Aluna menempatkan kemaja tersebut di atas kepala Yudha yang membuat wajahnya tertutup.
Yudha dapat mencium aroma khas Aluna yang begitu memanjakan indra penciumannya dan wajahnya sedikit memerah. Wangi... batin Yudha.
Aluna kembali menggendong Yudha dengan pose bridal dan mulai berjalan. "L-lo nggak perlu gendong gue." ucap Yudha dengan malu.
"Nanti kamu capek sayang, kaki kamu kayaknya lecet juga tuh. Gapapa ya? Katanya kan kamu sayang aku jadi kamu harus nurut apa yang aku bilang dong." ucap Aluna.
"Sejak kapan gue bilang itu?!" heran Yudha.
"Kamu bilang ke aku kalo kamu masih butuh aku dan sayang sama aku, masa lupa sih sayang."
Kedua pipi Yudha merah merona dan ia mengalihkan pandangannya. "I-itu..."
Aluna terkekeh kecil dan mengecup kening Yudha. "Lucu banget sih, pengen gigit deh."
"Berisik!"Pintu yang ada di hadapan mereka terbuka secara otomatis dan memperlihatkan banyak anggota organisasi yang berada di aula dengan kondisi terluka hingga terkapar di lantai.
Yudha tak bisa melihat pemandangan tersebut kerena wajahnya tertutup oleh kemeja Aluna.
"Ivy!" Panggil Delicia. "Akhirnya lo keluar juga... eh itu siapa?"
Aluna terdiam sejenak lalu berbisik ke telinga Delicia. "Yudha."
"Lah ngapain dia di sini?!" heran Delicia.
Aluna menarik dirinya dan menghela nafas berat. "Gara-gara Caenjing itu, dia di culik sama tuh anak. Malah sempet stalking gue lagi."
"Astaga, umm.. sebelum kita menyita perhatian kita harus buru-buru cari tempat sepi. Dia nggak mungkin ada di kerumunan ini kan?" ucap Delicia.
Aluna mengangguk. "Ke arah cafeteria, karena tempat itu sepi."
"Yaudah ayok." Aluna dan Delicia mulai berlari meninggalkan ballroom yang di penuhi oleh anggota-anggota yang terluka.
Baru saja Aluna dan Delicia pergi, Zayan keluar dari salah satu ruangan seleksi tanpa adanya satu pun luka. Zayan pun mengerjapkan matanya berulang kali. "...mereka kemana?"
-
-
-
-
Caesar batuk-batuk secara terus menerus dan pada akhirnya memuntahkan air yang membuat sesak. "Sialan! Mana mungkin aku bisa kalah semudah ini! Tidak... aku tak akan membiarkan dia pergi dari genggamanku."
"Aidan!" bentak Caesar yang membuat Aidan bergegas menghampiri Caesar. "Iya pak?"
"Cepat siapkan mic dan umumkan apa yang akan aku katakan." ucap Caesar dengan tangannya yang bertumpu di atas meja.
Aidan mengangguk dan segera menyiapkan mic serta perangkat lainnya. Selama ini, Caesar berhasil selamat usai di selamatkan oleh Aidan menggunakan capit besi yang membuatnya masuk ke dalam salah satu dinding, walau pun tubuhnya terluka akibat serangan dari hewan-hewan yang menyerangnya di air waktu itu.
"Aluna...aku tak akan membiarkanmu pergi kali ini...nggak..akan." Dengan nafas memburu penuh amarah Caesar menggepalkan tangannya.
Usai Aidan menyiapkan mic dan lain lain, Aidan pun mulai mengumumkan apa yang Caesar katakan.
"Peringatan untuk seluruh anggota organisasi Dead Flower, terdapat salah satu anggota yang berkhianat dan melibatkan seorang sandera. Harap untuk seluruh anggota mencari anggota tersebut dan membunuhnya atas perintah langsung dari Tuan William Caesar." ternyata pengumuman tersebut merupakan sebuah tuduhan yang dapat menyudutkan Aluna.
Tak lupa, sebuah layar yang menunjukan pakaian apa yang Aluna pakai hari ini dan informasi lainnya tentang Aluna termasuk wajahnya agar para anggota organisasi mudah melacaknya.
Caesar terkekeh sinis dan tersenyum penuh kemenangan. "Kamu tak boleh menang Aluna, karena kemenangan akan selalu jadi miliku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Give | GxB
Roman d'amour[Budidayakan follow sebelum membaca!] Yudha, seorang siswa yang di kenal sebagai 'saksi' atas kasus pembunuhan keluarganya sendiri dan sudah lama menghilang dari publik. Namun pada akhirnya ia kembali bersekolah dan bertemu dengan teman masa keciln...