Terjebak dan Penyelesaiannya

24 2 0
                                    

"Lagi nyariin anjing lo ya?" Aku berbalik badan dan menemui seorang cowo sedang menatapku.

"Iya. Kok kamu tahu?" Cowo itu hanya tertawa kecil lalu tersenyum padaku. Senyumnya lumayan juga. Ah, bukan saatnya kamu menilai cowo ini Rit, Pollex lagi terancam bahaya sekarang.

"Mau gue temenin nyari? Tadi gue sempet lihat anjing lo lewat sini, tapi dia pergi lagi." Jantungku mencelus saat itu juga. Pollex ada disini tadi lalu dia pergi? Dia pergi kemana?

"Kamu tahu dia pergi kemana?"

"Tahu."

"Kemana?"

"Ikut gue, biar gue tunjukkin jalannya." Cowo itu berjalan mendahuluiku. Aku pun mengikutinya dari belakang sambil mencari kemana Pollex pergi.

Kami berjalan memutari sekolah lalu melewati beberapa gang kecil. Aku sempat melihat bayangan seekor anjing namun ternyata itu bukan Pollex. Aku terus berjalan membiarkan cowo berjalan didepanku, membimbing arah.

Tiba-tiba cowo itu berhenti membuatku menabrak punggungnya. Aku mendongak saat ingin bertanya kenapa dia berhenti namun dia sudah mendahuluiku berbicara.

"Tadi gue lihat anjing lo jalan ke arah sini."

Aku melirik sekelilingku dan mendapati jalan buntu didepanku. Selama aku melihat sekeliling ini tak sekali pun aku mendapati bayangan Pollex, bahkan anjing liar ataupun kucing pun tidak ada. Hanya tongsampah besar yang ada.

Apa mungkin cowo ini bohong?

"Pollex gak ada disini, apa mungkin kita salah jalan?"

"Lo gak salah jalan." Aku membalikkan badanku dan mendapati ketua geng sialan itu dengan keronconya sudah memblokir jalan keluar gang ini.

Bahkan cowo yang tadi membawaku kesini pun sudah ikut bergabung dalam barisan geng mereka. Betapa bodoh dan mengenaskannya nasibku ini. Aku ternyata sudah dijebak oleh cowo sialan itu.

"Aku harus pergi mencari Pollex. Minggir." Aku berusaha menerobos mereka namun seperti yang kuduga aku didorong sampai jatuh.

"Gak secepat itu, nerd. Urusan kita belum selesai dan sekarang gue kesini dengan baik hati ingin menyelesaikan urusan kita." Kata ketua geng itu. Bagaimana jika kita memanggilnya dengan julukan 'cewe centil' aja. Lebih cocok untuk dia.

"Aku tak punya waktu untuk itu karena sekarang aku harus mencari Pollex. Jadi, kumohon minggir."

Sekali lagi cewe centil itu mendorongku hingga punggungku menubruk tembok belakang.

"Jangan pikir lo bisa pergi sebelum lo bilang siapa cowo yang nganterin lo tadi pagi."

"Apa urusanmu dengan cowo itu? Apa yang akan kamu lakukan jika aku memberitahu siapa cowo itu?"

"Jelas dia ada berurusan dengan gue karena dia udah mencuri hati gue dan menutup mata gue untuk melihat pria lain."

Aku semakin bertekad untuk tidak memberitahu identitas Kak Paul. Tak bisa kubayangkan bagaimana nasib Kak Paul jika mempunyai cewe centil begini. Gak, itu gak akan pernah terjadi.

"Sayangnya dia sudah punya pacar." Alasan yang sangat bodoh Rita.

"Dia pasti meninggalkan pacarnya jika sudah melihat gue." Kak Paul gak serendah itu cewe centil.

"Aku yakin dia tidak akan meninggalkan pacarnya karena pacarnya jauh lebih baik dari kamu."

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipiku. Betapa kasihannya pipiku yang sudah berciuman dengan tangan jahanam wanita ini.

"Lebih baik lo bilang siapa cowo itu sekarang sebelum gue memukul lo lagi."

PollexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang