05

42 21 0
                                    

Karala berjalan di Koridor tidak lupa dengan senyum yang selalu ia tunjukan kepada semua orang. Senyum yang selalu bahagia hingga tidak ada satu orang pun yang tau bahwa gadis itu sudah hancur 12 tahun lalu.

Berjalan dengan menenteng paper bag di tangannya. Ketika sedang bersenandung ria ada suara yang memberhentikan nyanyian dan langkahnya. Melihat siapa yang memanggilnya, ah ternyata Thania. Karala tersenyum ketika Thania sudah berada di sebelahnya.

"Selamat pagi Araaa." Sapa Thania dengan riang, seperti biasa.

"Pagii jugaa niaa." Karala terkekeh melihat tingkah Thania yang sangat lucu menurutnya.

Menurut Karala, Thania itu lucu. Kadang polos namun kadang juga sedikit agak dewasa. Kadang gadis itu mampu membuat ia dan Amara kesal namun tidak biasa marah. Pokoknya Thania itu pelengkap mereka bertiga deh.

trio piyik ku lucu bgt dehhlova

"Widiii Ara bawaa apaan tuhh."

Karala langsung melihat paper bag yang ia bawa dan tersenyum manis.

"Pasti untuk Bragas yaa ciee ciee." Goda Nia dengan menolak colek dagu Karala.

"Ih geli tauu." Karala menghindar dari colekan maut Thania sambil tertawa.

"Ara, kalau Ara di apa-apain sama Bragas jelek bilang ya sama Nia." Ucap Thania sambil menatap Karala.

Karala menghentikan tawanya dan menatap Thania balik. Menatap dengan seolah-olah mengatakan 'aku selalu kenapa-napa Nia.' Mengangguk dan menggenggam tangan Thania sambil terus berjalan ke arah kelas.

"Emangnya kamu berani sama Bragas?."

"Berani lah, nanti kalo Ara di nakalin Bragas biar Nia pukul pake panci punya Mama."

"Masa pake panci sihh."

Kedua gadis itu terus tertawa sambil berjalan dan bergandengan tangan bersama hingga mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang melihat benci ke arah salah satu dari mereka. Dengan seringai dan kekehan  remeh sosok itu berbicara lirih.

"Silahkan tertawa dengan puas Karala, setelah ini gue pastiin tawa itu berubah menjadi jerit pilu."
.
.
.
10.30

kringgg kringgg

Seluruh siswa berhamburan keluar kelas menuju ke kantin dan kemana-mana, bahkan ada yang mengobrol saja di kelas.

Karala keluar kelas dengan paper bag yang ia bawa tadi pagi tadi. Berjalan dengan sedikit agak cepat agar lebih cepat sampai ke tempat yang akan ia tuju. Sampai itu suatu kelas yang bertuliskan '12 IPS 3'.

Berdiri di depan pintu dan menarik nafasnya agar menetralisir kegugupan yang ia rasakan. Masuk ke kelas itu yang lumayan sudah sepi hanya menyisakan 4 orang murid lelaki di sana. Entahlah tumben sekali mereka belum keluar dari kelas, biasanya mereka tidak pernah masuk kelas, kecuali satu orang pemuda yang pasti kalian sudah tau itu siapa.

"Halo Karala cantik." Sapa Bastian saat Karala telah masuk kedalam kelas itu.

"Pasti mau ketemu Bragas ya? nih anaknya molor dah kaga tau tumben-tumben amat tepar begini." Celetuk Eros dengan kekeh nya.

Karala tersenyum tipis dan mengangguk. "Dia tidur? ga usah di bangunin kayanya dia kecapean deh. Aku cuman mau nganterin bekel doang kok."

"Woi cok bangun ada cemceman lo nih elah malah ngebo." Bastian menepuk pundak Bragas tanpa mendengarkan ucapan Karala.

Yang di bangunkan pun merasa terganggu dan mengangkat kepalanya. Menatap Bastian dengan tajam karena tidurnya terganggu.

"Gue bilang jangan ganggu tidur gue bangsat!."

DIA KARALA [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang