✧ Day 3

54 7 4
                                    

7 Days.

-

Happy reading~

-

:::::::::

Kun menatap bosan layar ponselnya. Jarinya membuat gerakan bergeser dari bawah ke atas, menjelajahi laman sosial media nya. Di dalam kamarnya yang gelap, begitu sunyi. Namun berbeda dengan keadaan ruang keluarganya, terdengar suara teriakan dari sana di barengi pecahan barang terkena lantai. Kun muak dengan bisingnya suara itu, ia mendecak sebal. Ia bangkit dari kasurnya dan menyambar Hoodie abu-abunya yang menggantung. Berbekal beberapa lembar uang dan ponsel, ia keluar dari rumahnya melewati jendela kamarnya.

Setelah melompat dari lantai dua lewat jendela, ia berjalan keluar dari rumahnya dengan kupluk Hoodie yang menutupi kepalanya. Malam hari ini begitu dingin menusuk kulit putihnya, Kun memasukkan kedua telapak tangannya kedalam saku Hoodie. Ia berjalan melewati beberapa rumah, keluar dari komplek perumahan tempat tinggalnya. Di saat keadaan keluarganya yang lagi-lagi kacau, Kun selalu pergi keluar rumah. Sampai Ayah dan ibunya pergi dari rumah. Keadaan itu membuat Kun sakit dan muak, tak nyaman dengan keadaan begitu Kun lebih baik kabur dari rumah.

Biasanya ia bisa menginap di rumah Jun lebih dari 3 hari, apakah kedua orangtuanya peduli? Tentu saja tidak. Belum makan apapun dari pulang latihan tadi, Kun memutuskan untuk membeli makanan cepat saji di minimarket terdekat. Disana ia memilih makanan yang sekiranya menahan rasa lapar. Saat membuka lemari pendingin minuman, tangannya tak sengaja bertabrakan dengan tangan lain ketika ingin memilih minuman. Kun berhenti lalu berbalik, menatap pemuda lain di sebelahnya. Mereka saling pandang, lalu keduanya terkejut.

"K-kapten..?" Itu Yangyang, dengan wajah polos penuh keterkejutan, Kun yang semula datar tatapannya berubah menjadi sumringah. Seperti anak kecil melihat ratusan permen di depannya. Kun menarik kupluknya, hingga terlihat wajah tampannya yang begitu bersinar. Tak seperti biasanya, Kun saat ini tidak tersenyum menyeringai. "Oh~ bocah? Kau mau memilih duluan?" Yangyang memalingkan wajahnya, menatap lemari pendingin kembali. "Tidak, kapten saja dulu."

Kun terkekeh, "Etika mendahului yang lebih tua dulu ya?" Tangannya meraih minuman yang ia inginkan, "Kalau begitu duluan." Setelah mendapatkan minuman yang di inginkannya, Kun berjalan sembari menepuk pucuk kepala Yangyang sekilas. Sang empu yang mendapatkan perlakuan tersebut hanya diam mematung dengan bola mata membola, jauh dari lubuk hatinya masih tetap kesal. Mengingat insiden di roof top tadi. Tumben kapten tidak menyebalkan. Tiba-tiba Yangyang merasa ada yang aneh dengan Kun.

Yangyang membayar total belanjanya di kasir, lalu keluar minimarket. Di teras minimarket disana ada Kun tengah menikmati makanannya di tempat duduk, yang memang di sediakan. Yangyang ragu, apakah dia ikut makan disana atau tidak? Pasalnya yang membuat ia ragu karena rasa kesalnya masih belum reda. Setelah lama menimbang Yangyang memutuskan untuk langsung pulang ke kostnya, kebetulan Kun membelakangi dirinya jadi tak sadar.

"Bocah."

Langkah Yangyang terhenti, lalu berbalik badan. Padahal dia tidak sadar aku sudah keluar minimarket atau belum. "Ya, kapten?" Kun berbalik menatapnya. "Tidak ikut makan bersama? Tampaknya kau juga makan malam dengan makanan cepat saji." Tawar Kun. Yangyang tersenyum kikuk, ia memalingkan wajah. Lagi-lagi perasaan ragu, kali ini di tambah rasa tak enak. Jika ia memutuskan untuk pulang rasanya tidak sopan, mengingat Kun adalah senior dan kaptennya. Di samping rasa kesalnya, rasa tak enak lebih besar pada dirinya. Jadi Yangyang memutuskan untuk makan bersama.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang