Waktu mengubah segalanya

8 1 0
                                    

Jika waktu mengubah segalanya kamu bisa berubah menjadi sosok yang seperti apa? Berjalan saja tidak usah terburu-buru memikirkan kita akan jadi seperti apa nantinya. 

-----

Angin menghantam wajahku sehingga aku memejamkan mata menikmati betapa sejuknya angin malam yang berhasil membuatku kedinginan. Lampu reklame, lampu kendaraan yang saling menyorot, lampu lalu lintas, lampu dari aprtemen yang membuat kota begitu ramai belum lagi kelaksonan para kendaraan yang tidak mau sabar ingin cepat-cepat sampai tujuan.

Benar hidup berubah ketika kita merasakan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan akan kita rasakan. Seperti rutinitas baru Leya di malam senin ini, ia harus berangkat mengejar kereta ke kota perataunnya. Karena ia memasuki era menjadi mahasiswi rantau. Banyak hal yang ia harus terima mentah-mentah untuk hidup tetap berjalan seharusnya.

Papaku mengemudikan kendaraannya dengan secepat kilat. Aku tetap ingin dirumah menikmati kenyamanan kamarku yang tidak bisa dirasakan disana. Waktu begitu berjalan dengan cepat ketika aku dirumah dan waktu berjalan sangat lambat ketika diperantauan.

Aku mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan ketika aku berada di are tunggu kereta KRL yang dimana di depan ku sekarang adalah rel kereta. Tersadar dari lamunan ketika klaksonan kereta yang begitu nyaring masuk kedalam telingaku. Ia tetap duduk dibangkunya itu buka kereta tujuannya. Orang-orang masuk dengan terburu-buru agar tidak ketinggalan padahal tidak apa kalau kita pelan pelan saja masinis juga menunggu penumpangnnya.

Ia melihat itu sambil memikirkan, apa aku seperti mereka masuk ke dalam kereta dengan terburu-buru agar tidak ketinggalan atau mengincar sebuah bangku agar perjalanan tidak terlalu melelahkan. Ternyata kita tidak perlu terburu-buru untuk memaksakan apapun toh hidup sudah diatur, buktinya mba yang tadi masuk dengan terburu-buru juga tidak mendapatkan kursinya dan mas-mas yang memasuki kereta dipintu yang berbeda dengan langkah yang santai beliau bisa mendapatkan kursinya. 

Tidak apa semuanya sudah diatur, kalau kamu tidak duduk disalah satu stasiun bukan berarti kamu tidak duduk sampai tujuan akhir kan? begitu pun hidup kalau kamu melakukan kesalahan diawal ngga selamanya kamu selalu salah.

"Hallooooo,"

"Yaya udah sampe mana?"

"Aku baru sampai rumah nih,"

Ucap seseorang di telfon yang berkontak 'Kin si manusia bawel'. Leya yang mendengar panggilan dari suara itu mengembangkan senyuman selebar samudra.

"Masih di Bekasi, nunggu keretanya belum datang," ucapku menjawab.

"Berani beraninya dia ditunggui kamu malah ga dateng. Aku iri deh!" ucapnya kesal tetapi diiringin dengan tertawa kecil diakhir.

"Mulai dehh," ucapku dengan nada malas, Leya tentu sudah hapal ketantruman laki laki si penelfon itu.

"Hahaha..." tawanya.

"Bersih-bersih dulu terus istirahat nanti aku kabarin kalau udah sampe," ucapku kepadanya.

"Bener ya! nanti telfon aja takutnya ketiduran," ucapnya dengan bawel.

"Siaapp kinn bawel. Udah ya keretenya udah dateng," ucapku mengakhiri obrolan.

"Hati-hati cantik," ucapnya memutuskan panggilan.

####

Jam menunjukan pukul 9 malam. Leya sudah berada di kostnya yang sudah ditinggalkan selama 4 hari itu. Ia telah memegang sapu untuk menyapu lantai yang terlihat tidak ada kotoran tetapi ia masih melanjutkan aktifitasnya. Melihat sekitarnya hanya ada kesepian disekelilingnya, hidupnya sekarang hanya bisa ia semangati oleh dirinya sendiri. 

Leya membersihkan kostnya mulai dari menyapu, mengepel, menyikat kamar mandi, dan mengganti bajunya untuk bersiap tidur dengan ditemani series drakor yang hampir tamat. Tidak ada lagi seseorangan disampingnya kecuali dulu hampir tiap malam pasti ada seseorang yang selalu menemaninnya.

"Halloooo," suara parau, serak bangun tidur.

"Kamu sampe kost baru aja atau gimana?" tanyanya seperti orang yang bersuara di mimpi.

Aku tahu pasti Kin bertanya sambil memejamkan mata.

"Udah dari jam 9, kamu ga liat jamnnya ya aku ngabarin tadi," ucapku sambil bersandar di dinding.

"Aku aja bangun kaget udah jam setengah 11 mana gaada yang nelfon aku," ucapnya menyindir diriku.

"Tapikan aku udah ngabarin kamu," ucapku merasa tersindir.

"Iya, tapikan aku minta tadi kamu telfon aku kalau udah sampai," ucapnya tak mau kalah.

"Yaudah aku yang salah nih," ucapku mengusilinya.

"Nggaaa, aku yang salah ketiduran sihh," ucapnya sambil menepuk jidatnya pelan terdengar dipanggilan itu.

Leya tertawa kecil disini. "Maaf ya, aku tau kamu ketiduran chat aku aja tadi ga dibaca, jadinya aku gamau ganggu kamu tidur."

"Sekali lagi kamu ngomong aku gamau ganggu kamu, kost kamu aku boom dari sini ya," ucapnya berultimatum.

Aku sungguh tidak tahu lagi harus menanggapi kata kata orang aneh itu kecuali dengan tertawa.

"Udah tidur lagi aja kin ngelantur gitu ngomongnya," ucapku.

"Emang kamu mah gamau banget telfonan sama aku," ucapnya dengan nada ngambek.

"Terus aja teruss," ucapku tidak memperdulikan perkataaanya.

"Gimana hari ini?" ucapku memulai obrolan.

"Sedih, sedih minggu ini aku gabisa ketemu sama kamu padahal kamu di Bekasi tapi akunya lagi sibuk banget. Bukannya aku ga mau ketemu kamu atau gabisa nyempetin ketemu kamu, tapi aku bener-bener ga punya waktu buat aku sendiri aja kurang. Maaf yaa..." ucapnya mulai bercerita.

"Ishh, pasti kamu mikirinya kemana-mana ya. Kan aku udah bilang kalau emang ngga bisa ketemu ya gapapa kan masih banyak waktu," ucapku memenangkan si bawel.

"YA TAPIKAN AKU YANG NGGA GAPAPA, AKU PENGEN KETEMU KAMU TAUU NGGA??" ucapnya kesal. 

Aku tersenyum simpul mendengar itu. Suara itu hilang, kembali aku berdelusi.

>>>>>

Secret Of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang