9

850 73 3
                                    

“Haechan  sayang kami titip adikmu Yang Yang, ya sayang. Maafkan eomma dan appa sudah tidak bisa menjaga kalian. Sayangi adikmu ya, Haechan.
Anggap dia sebagai adik kandungmu dan jagalah dirimu baik-baik.
Tetaplah hidup.”

“Ah!”

Peluh keringat serta air mata yang bercucuran membasahi wajah omega manis ditengah bangun tidurnya. Wajah yang menyamping dengan tangan digenggam hangat oleh seseorang, Haechan mengatur nafasnya yang memburu layaknya seperti usai lari maraton. Lagi dan lagi omega cantik itu harus menerima mimpi buruknya semalaman. Menghabiskan beberapa menit untuk mengumpulkan nyawanya setelah bangun dari tidur ia menyadari yang dipandang kini adalah Yang Yang yang masih tidur pulas sambil menggenggam tangannya.

Belum ada hitungan detik omega sampingnya itu terbangun mengolet kecil merenggakan jari jemari kakinya lucu. “Umhh~..”

“Uh? Hyung kau sudah bangun?”
Haechan diam tak berkutik, dirinya langsung mengambil posisi duduk lalu menatap tangannya yang masih digenggam. Seraya sedikit takut karena telah lancang, Yang Yang melepaskan genggamannya seraya gugup. “M- maaf hyung. Aku semalam mendengar kau pingsan dilantai setelah bibi membawakanmu makan malam mu. Lalu aku memutuskan untuk menemanimu hingga kau sadar, tapi malah aku ketiduran.”

“Aku benar-benar minta maaf..” Sambung Yang Yang masih dengan suara serak khas bangun tidur.

“Keluar.”

“Hyung kita sarapan bersama yuk, lihat! Aku kemarin mencoba memasak sup daging sapi namun tanganku kena pisau saat memotong bahan.” Ucap Yang Yang bersemangat lalu bersedih menunjukan tiga goresan luka pisau ditangannya. “Aku jadi tidak masak sup daging sapi karena pelayan tidak memperbolehkanku mendekati dapur lagi. Tapi walau begitu aku sudah menyiapkan bahan kimchi pedas untuk kita sarapan!  Ayo hyung kita sarapan bersama!”

Haechan diam tak merespon, namun kakinya melangkah lebih dulu menuju ruang makan-- mau memasakan ataupun tidak ia acuh tak menggubris ocehan Yang Yang dipagi hari. Yang Yang memasang ekspresi semangat kemudian langsung turun dari kasur tergesa-gesa mengikuti Haechan dari belakang.

Tangan para pelayan sibuk menata makanan berjejer rapi ketika Haechan dan Yang Yang sudah menduduki kursi meja makan. Dengan telaten pelayan mengambilkan irisan buah serta makanan lainnya dihadapan meja Haechan dan Yang Yang.

“Ini kimchinya hyung, cobalah!” ujar Yang Yang mengambilkan kimchi diatas nasi Haechan menggunakan sumpitnya. Para pelayan menunduk setelah usai dengan pekerjaanya lalu kembali ke dapur.

Suara batuk membuat Yang Yang sedikit terkejut melihat Haechan memakan kimchi buatannya. Kedua mata yang sempat melotot itu tanpa menunggu lama langsung mencicipi masakannya sendiri dan alhasil ia pun ikut terbatuk.

Oh sial!

“Ah! Uhuk! Pedas banget! Maaf hyung aku tidak tahu jika sepedas ini.”
“Uhh- j-jangan dimakan hyung kalau tidak suka.” Sambung Yang Yang, melihat Haechan yang sibuk sarapan dirinya begitu senang sekali setelah kian lama tidak sarapan bersama apalagi sejak bangun tidur hyungnya tak menjauh ketika didekatnya.

Hari yang begitu menyenangkan bagi Yang Yang walau hanya hitungan menit. Belum sampat menghabiskan sarapannya omega terbilang menggemaskan itu tak dapat berhenti mengoceh. “Hyung, kau tahu? Aku sekarang sudah libur semester. Tapi aku sedih karena selalu sendiri dan tidak punya teman.” Ucap Yang Yang sedikit melirik Haechan takut lalu kembali fokus sarapannya.

“Mereka semua ikut piknik. Aku sangat sedih hyung tidak membiarkanku pergi. Tapi tak jadi masalah buatku! Kuharap hyung mau bermain denganku atau sekedar jalan-jalan keluar rumah.”

Hening.

Lagi lagi Yang Yang mendengus pelan, Haechan begitu dingin terhadapnya celetuk yang terucap tak sengaja membuat Haechan naik pitam.
“Andai saja disini ada eomma atau appa mereka pasti menandatangani formulir piknik itu.”





PYAAAAAAAAAARRR!!!!!!!!!!!!

Pipi tirus Yang Yang seperti dihantam batu tubuhnya seperti terseret arus bersama kursi yang didudukinya. Haechan menonjok Yang Yang tanpa ampun, meja makan yang penuh makanan dengan bahan kaca berserakan dimana-mana.

BAJINGAN SIALAN! KAU MENGHARAPKAN APA DARI EOMMA DAN APPA?!! MEREKA SUDAH MATI!!  MEREKA SUDAH MATI KARENA KAU BOCAH SIALAN!!!”

“Ap- apa?...”

“Tuan! Hentikan! Hentikan Tuan kumohon!!”

Tak menghiraukan luka sobek di sudut bibir, Yang Yang tak menggubris para pelayan yang mencoba menghentikan kekacauan Haechan tetap menghajar brutal Yang Yang tanpa henti. Air mata lolos membasahi pipi Yang Yang, mata kemerahan tak sanggup menahan rasa pedih menerima perlakuan serta  mendengar kematian orang yang disayanginya dari mulut Haechan.

“Tuaan kumohonn! Hiks..!” Beberapa para pelayan ikut menangis menatap Yang Yang yang sudah penuh darah dimulutnya mereka begitu kesulitan melerai Haechan, kekuatannya sia-sia melepaskan tubuh Haechan menjauh dari tangan yang meremat kaos hingga mencekik leher Yang Yang.
“Haechan hentikan!”

Jika saja Jeno terlambat sedikit saja nyawa Omega tak berdaya itu sudah menghilang. Tangan kekar itu sigap menarik lengan Haechan yang mencekik adiknya. Suasana kacau balau diruang makan cukup membuat Jeno yang baru saja datang syok seketika. Bagaimana bisa seorang seorang omega membuat meja itu seperti berkeping-keping?

Jeno langsung menarik Haechan keluar  dari mansion nya membawanya untuk menghentikan aksi omeganya itu. Mobil Jeno melaju, tangannya terus mengusap pipi Haechan menyadari kekasihnya mulai menangis begitu dalam.

“Kita ke rumah ya.” Ucap Jeno namun tak terdengar oleh Haechan. Omega itu menangis sesenggukan membuat Jeno menghentikan mobilnya kepinggir jalan.

“Sayang.. Hei..” tak ada respon. Alpha itu langsung memeluk Haechan dengan erat, mengelus kepala dan punggungnya dengan lembut. “Kita ke rumah ya?” akhirnya Haechan mengangguk pelan sebagai jawaban. Mimpi semalam terngian-ngiang di kepalanya. Walau tak dapat melihat dengan jelas rupa kedua orang tuanya namun ucapan sang ibu membuatnya semakin terpukul.

“Berhenti menangis Haechan, aku tidak suka.”

Seperti yang diharapkan Omega itu berhenti menangis walau terbilang cukup lama, mata sembab kemerahan dengan hidung serta bibir ranum yang juga memerah malah semakin membuat wajah Omega itu tampak terlihat seksi.

Sebuah penthouse yang begitu besar, Jeno dan Haechan telah sampai dalam kurung waktu dua setengah jam. Omega yang tengah membalas tautan bibir dipangkuan sang alpha membuat susana hatinya kini sedikit lebih membaik. Cahaya pagi yang masih menyinari menyorot jendela kaca belakang Haechan di ruang tengah Jeno melepaskan tautannya memberi ruang bernafas untuk sang omega jantan tersebut.

Belaian pipi terasa begitu hangat, kulit kasar dengan tangan yang kekar dan juga berurat Haechan semakin dibuat terbuai memejamkan matanya meletakan kepalanya di bahu Jeno sembari merasakan sensasi lembut yang diberikan sang alpha.

“Sayang bagaimana jika kita keluar negri? Tinggalah bersamaku disana.”

“Tidak. Aku suka disini.”

“Aku tau kau menyukai pesta minuman, tapi aku yakin kita akan menemukan hal semacam itu yang lebih bagus disana. Bagaimana?”

“Kenapa? Kenapa Jeno? Apakah ada yang mengincarku disini?” celetuk Haechan sembari membuka matanya perlahan, jawaban yang terdengar spontan tak sadar membuat Jeno sedikit tercengang. Ingin sekali alpha itu mengiyakan jawaban Haechan namun raut wajahnya sebisa mungkin untuk terlihat baik-baik saja walaupun isi otaknya sedang berkecambuk untuk menyeret Haechan pergi sejauh mungkin.
Bagaimana tidak? Hyungnya sudah membeberkan beberapa fakta tentang lokasi keberadaan Haechan di hadapan keluarganya kemarin malam.


⚝⚝⚝

𝐓𝐇𝐄 𝐅𝐄𝐀𝐑𝐋𝐄𝐒𝐒 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang