1🍃

4 1 2
                                    

1—Awal berjumpa

Bismillahirahmannirrahim

***

Seorang gadis cantik dengan blouse putih berpita pada kerahnya yang dipadukan dengan skirt jeans selutut melangkah anggun menuju sebuah rumah sambil menyeret koper di tangan kanannya.

"Permisi." Ucapnya setelah menekan bel rumah megah di depannya. Tak lama pintu besar itu terbuka, menampkkan wanita paruh baya yang tersenyum ketika melihat bahwa dirinyalah yang datang.

"Ya ampun Shena! Kamu ternyata. Tante udah nungguin dari tadi!" Ucap Vanya– memeluk lengan atas Shena.

"Ayo ayo masuk! Kamu pasti capek!" Lanjut Vanya. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah.

"Kamu duduk dulu tante buatin minum ya? Kamu mau minum apa?"

"Gak usah tan, aku gak haus kok."

"Masa gak haus sih kamu kan habis dari perjalanan jauh. Tante bikinin jus jeruk aja ya?"

Shena mengangguk. Vanya melenggang menuju dapur untuk membuat minuman. Sambil menunggu tante Vanya Shena melihat lihat rumah megah itu. Matanya tertuju pada figura foto yang terpampang besar di tengah -tengah figura-figura foto kecil di samping kanan kirinnya. Ia menghampirinya, mengamati foto itu.

Di sana terdapat foto Vanya bersama seorang pria paruh baya yang merupakan suaminya–Romi. Ia tahu karena papahnya merupakan sahabat dekat Romi, dan Shena pernah beberapa kali bertemu dengannya. Juga ada seorang gadis belia yang mungkin masih duduk di bangku SMP. Terakhir ada seorang pemuda tampan yang sekiranya seusia dengannya. Ia mengamati foto itu dengan seksama. Mengingatkannya dengan keluarganya yang berada nan jauh di sana.

"Siapa lo?" Shena terkesiap. Menoleh ke belakang dan menemukan seseorang yang tiba-tiba bertanya tadi. Pemuda  yang ada di foto itu–batinnya.

"A-aku--"

"Ren!"

Belum sempat Shena menjawab Vanya datang sambil membawa nampan berisi minuman. Meletakkannya di atas meja lalu menyuruh Shena dan Naren–Pemuda tadi untuk duduk.

Vanya memegang tangan Shena yang duduk di sebelahnya, lalu menatap sang putra. "Naren ini Shena, anak sahabat ayah yang bunda ceritain tadi."

Naren hanya diam.

Lalu Vanya mengalihkan pandang kepada Shena dan tersenyum. "Dan Shena, ini putra tante satu-satunya namanya Narendra."

Shena tersenyum menanggapi. Kemudian mereka berbincang-bincang ringan. Tidak, hanya Vanya yang berceloteh dengan Shena yang menanggapi seadanya. Sedangkan Naren dia hanya diam.

"Ren tolong bawain koper Shena ke atas." Perintah Vanya kepada sang putra.

"Eh tan gak usah aku bisa sendiri." Tolak Shena karena merasa tak enak kepada Naren yang mungkin tidak mau karena raut wajahnya yang sedari tadi datar tak berekspresi.

"Ish apaan sih, kamu kan cewek!  Lagian ini tuh berat harus dibawa ke atas lagi." Ucap Vanya menggebu.

"Ren bawaain dong!  Gak peka banget kamu!" Suruhnya yang dituruti oleh Naren.

"Kamarnya di sebelah kamar Cheryl!" Teriak Vanya ketika Naren sudah menaiki tangga.

"Maaf ya anak tante ini emang gitu sifatnya, tapi dia baik kok. Ya udah gih sana kamu ikutin Naren. Kamu langsung istirahat aja." Kata Vanya ramah mengusap bahu Shena lembut.

"Iya tante makasih banyak." Ucap Shena kemudian menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di depan kamar, Shena menemukan Naren yang hendak keluar setelah meletakkna kopernya di dalam.

HARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang