1. Pertanda Apa?

580 23 2
                                    


Hidup karena memang harus hidup. Bertahan karena waktunya belum berakhir. Bukannya gembira karena memiliki status istri dari pemeran utama laki-laki, Yena malah dirundung gelisah karena tahu bahwa dia menjadi Yura sang istri pemeran utama laki-laki.

Hidupnya akan berakhir sebentar lagi. Suaminya dalam waktu satu bulan dari sekarang akan bertemu dengan pemeran utama perempuan, Shiena. Jatuh cinta lalu berusaha mendapatkannya. Entah dengan cara bersih maupun kotor.

Pernikahannya belum berjalan lama, baru menginjak usia 3 bulan. Dalam waktu seumur jagung itu pun tidak ada perkembangan dalam hubungan mereka. Meskipun begitu Yena merasa sedikit tenang karena Yura memperlakukan Leon, sang tokoh utama dengan baik.

"Padahal kamu nggak berbuat aneh-aneh tapi kenapa dibunuh?" Yena menyuarakan keingintahuannya sebab kematian Yura hanya ditulis dalam satu kalimat,

... mungkin karena merasa terganggu dengan kehadiranku, Leon memilih membunuhku.

"Emangnya kamu ngapain?" Yena masih merasa resah, ketakutan akan kematian masih sangat menghantuinya. Ingatannya kembali pada satu minggu sebelumnya, tepat saat jiwanya memasuki raga Yura. Mengingatkan Yena alasan dia mati.

Selama tujuh hari dia menjalani hidup sebagai Yura, Leon sama sekali tidak tahu menahu perubahan yang terjadi pada istrinya. Tidak tahu bahwa istrinya tidak lagi menggigit kuku ketika gelisah, tidak lagi minum susu coklat hangat dipagi hari saat sarapan, bahkan kebiasaan kecil seperti tidak lagi mengucapkan selamat malam kepadanya.

Leon mungkin merasa aneh tapi dia sama sekali tidak memedulikan hal itu, pernikahan ini baginya hanyalah hitam diatas putih. Semua sudah tertulis sesuai kontrak. Menjalani pernikahan selama tiga tahun lalu bercerai. Begitulah isi dari kontrak pernikahan mereka.

"Nyoya, waktunya makan malam." Suara pelayan didepan pintu kamarnya berhasil menyadarkan Yura dari lamunannya. Kakinya bergegas turun menuju ruang makan.

Hari ini pun Yura makan malam sendirian, menerima laporan bahwa Leon lembur di kantor jadi tidak bisa makan malam bersama. Yura tidak peduli, jujur dia lebih suka makan sendirian daripada harus bersama orang asing seperti Leon. Sejak menjadi Yura, sekalipun mereka tidak pernah makan malam bersama.

"Nyonya, kedengarannya mobil tuan telah datang. Apa anda mau menyambutnya?" Pelayan itu bertanya dengan senyum sumringah. Yura yang tengah berjalan menuju tangga terhenti kemudian bersuara tanpa menoleh kebelakang, "Tidak." Jawaban dingin yang membuat suasana hati para pelayan suram.

Kaki Yura terus melangkah menuju kamar tanpa peduli dengan ekspresi para pelayan. Hah, aku ngantuk. Hampir aja kelepasan nguap depan pelayan.

"Akhir-akhir ini nyonya agak pendiam, apa tuan dan nyonya ada masalah?" Salah satu pelayan menyuarakan isi hatinya yang mendapat gelengan kepala dari teman-temannya.

Tanpa mereka ketahui, kalimat itu mengganggu Leon. Seharusnya tidak begini. Seharusnya semua orang melihat mereka sebagai pasangan paling romantis dan bahagia. Jika terus begini, bisa saja orang tuanya mendapat kabar tentang hubungan mereka yang hanya pura-pura. Kalau begitu, kemungkinan warisan keluarganya tidak akan pernah Leon dapatkan. Dan bagian terburuknya adalah, warisan itu hanya akan jatuh ditangan kakaknya.

Kaki Leon menaiki tangga dengan tergesa, dia harus segera membicarakan ini sebelum ada rumor buruk tentang hubungan mereka. Tanpa perlu repot mengetuk pintu, Leon bergegas membuka pintu kamar mereka.

"Yura-" Kalimatnya terhenti ketika melihat Yura tengah terlelap nyaman di kasur. Apa benar dia sudah tidur, secepat itu? Satu hal lagi perubahan yang tidak Leon sadari adalah kini istrinya dapat tidur dengan cepat seperti orang mati.

Hanya FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang