Warning!! Banyak dialog mengumpat. Mohon jangan ditiru.
Leon dengan tergesa menaiki tangga, membuka pintu hingga matanya menemukan apa yang ia cari. Menatap Yura yang tengah terlelap dengan nyenyak. Kakinya berjalan pelan menghampiri kasur lalu duduk di pinggirnya.
"Yura.. " Panggil Leon dengan suara pelan.
"Kau mencintaku, kan? Kau tidak akan meninggalkanku, kan, Yura?" Kini tubuh Leon mendekat, mencoba memeluk Yura. Mendekapnya dengan erat hingga Yura melenguh dalam tidur.
Kegelisahan Leon seakan menguap, bibirnya menyunggingkan senyum dengan tenang. "Yura, kau tidak boleh meninggalkanku. Kau kan mencintaiku. Benar, kan Yura?" Bisikan Leon berikan pada Yura yang tengah terlelap.
Setelah puas memeluk Yura, Leon beranjak pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri kemudian berbaring di samping Yura. Tangannya reflek bergerak memeluk Yura. Sekarang Leon sudah lupa pada kekasihnya, yang ada dipikirannya hanya Yura, Yura, dan Yura.
Semua keanehan ini... Tidak tidak. Ini bukan keanehan. Satu hal yang tidak Yena sadari, novel yang ia masuki ditulis dalam sudut pandang Yura.
Suasana berbeda terasa di kamar sang kekasih Leon. Ya benar, dialah Shiena.
"Dasar bajingan! Aku kekasihmu. Aku yang berhak atas hidupmu, kan? sialan." Kamarnya kini sungguh berantakan. Pecahan vas, barang-barang yang tercecer berserakan dan kaca riasnya yang telah retak.
"Dasar keparat. KAU ITU MILIKKU!" Shiena berteriak melengking, menakuti semua pelayan disana. Tangannya memukul apa saja di dekatnya menyalurkan amarah.
"Kau itu milikku, Leon. Jangan tinggalkan aku." Kini Shiena menangis, menelungkupkan kepalanya.
"Dasar sampah, jangan berisik. Aku ingin istirahat." Seorang lelaki paruh baya mendobrak pintu kamar Shiena. Berjalan dengan penuh amarah menuju Shiena lalu menjambak rambut anaknya hingga kepalanya mendongak.
"Ma-maafkan aku, Ayah." Shiena bergetar memohon ampun. Dia tidak tahu jika sang ayah ada dirumah, perasaan menyesal dan ketakutan langsung menyergapnya hingga tubuhnya makin bergetar.
"Dasar tidak berguna. Mati saja kau." Kini sang ayah memukulnya hingga kepalanya menyentuh lantai. Tubuh sang ayah kini berdiri tegak. Berjalan menuju pintu, namun sebelum keluar,
"Kalau kau tidak bisa menikahi Leon, setidaknya dapatkan uangnya, bodoh." Tangan sang ayah menutup pintu dengan keras, meninggalkan keheningan menyakitkan bagi Shiena.
Kepala Shiena mendongak terkejut ketika melihat suara pintu terbuka, takut jika ayahnya masih belum puas bertindak kasar. Ternyata matanya malah menangkap sosok sang kakak, berjalan pelan dengan tersenyum lalu berjongkok didekatnya.
"Kau butuh itu lagi?" Sang kakak bertanya dengan lembut sambil tersenyum. Awalnya Shiena merasa ragu namun pada akhirnya mengangguk dengan cepat.
"Bagus. Kalau Leon semakin tidak terkendali, berarti kau harus berikan lebih banyak. Tapi kau tau kan, itu artinya kau harus berikan bayaran yang sepadan?" Sang kakak bertanya dengan lembut sambil mengelus kepala Shiena.
"Iya, kakak. Tolong berikan padaku lebih banyak. Leon harus jadi milikku." Shiena memohon sambil menggenggam erat lengan baju sang kakak.
"Baiklah. Besok datanglah ke kantorku." Setelah mengatakan itu sang kakak berjalan keluar lalu menutup pintu dengan pelan.
"Dasar menjijikkan."
Bersambung....
Maaf ya guys banyak bgt umpatannya😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Figuran
Short StoryYena masuk ke novel sebagai istri male lead. Tidak, dia bukan female lead. Dia hanya figuran yang akan dibunuh suaminya sendiri karena dianggap pengganggu. Namun, satu hal yang tidak Yena sadari. Novel itu ditulis dari sudut pandang Yura. "Kau menc...