"Gimana Aria? Dimana putri mu Ara?" Tanya Anya. Ara kini menuruni tangga rumah nya perlahan. Ia menatap ruang tamu, layak nya orang yang malas Ara berjalan dengan wajah datar menatap Arvin tajam.
"Cantik sekali calon mantu bunda" Ara tersenyum kecil. Di sisi lain Arvin yang mendengar nya membuang wajah nya malas.
"Sini Ara duduk sebelah bunda" Ara mengangguk ia duduk di sebelah Anya, layak nya orang formal Ara hanya diam. Ia terus memainkan jari-jemari nya sendiri seraya menatap sang bunda tengah berbisik-bisik kecil dengan Tante Anya.
"Tumben sekali anak ini nurut" gumam Aria bertanya tanya. Sebab semalam Ara sudah memberontak.
"Gimana kalau kalian berdua menghabiskan waktu dengan jalan jalan membeli cincin pernikahan?" Ujar Anya mengusulkan, Anya berharap dengan berjalan berdua kedua nya akan mulai cukup akrab di perjalanan.
"Arvin?."
"Iya."
Arvin bangkit dari posisi duduk nya ia menjulurkan tangan nya berusaha meraih tangan Ara. Ara menatap tangan Arvin, dengan terpaksa Ara memegangi tangan Arvin yang akan mengajak nya keluar.
"Kami permisi."
"Iya, mereka sangat cocok ya?."
"Hahaha, benar sekali mereka cocok- by the way dimana Mas Azka?."
"Dia ada urusan di luar negeri untuk beberapa hari."
Arvin menatap Ara yang hanya diam, di dalam mobil pun mereka tidak saling berbuka topik pembicaraan. Sampai depan toko perhiasan Ara juga hanya menatap cincin cincin yang sudah di keluarkan untuk Ara lihat.
"Silahkan dilihat lihat, ini ada cincin terbaik dari toko kami dengan berlian terbaik" Ara memegangi cincin itu. Cincin yang menurut nya tidak begitu menarik.
Ara menatap cincin yang lain, sementara Arvin kini hanya menatap nya heran padahal Ara baru saja lihat cincin berlian mahal.
"Kenapa gak cincin berlian yang tadi?" Tanya Arvin heran.
"Gak. Gue gak suka berlian."
"Kamu pikir saya gak mampu beli?."
"Lo yang bilang, gue gak bilang apa apa. Gue cuman bilang gak suka berlian, gue mau cincin yang simpel" Ucap Ara yang kini terlihat tertarik dengan salah satu cincin di tengah tengah cincin berlian. Ara mengambil nya.
"Gue mau yang ini"Ujar Ara dengan menunjukan cincin yang ia pilih, cincin yang terlihat simpel dan indah. Bagi Ara tidak perlu membeli cincin mahal mahal terlebih lagi harus sebuah cincin berlian, untuk apa mengenakan cincin mahal untuk pernikahan nya toh pernikahan nya juga hanya pernikahan terpaksa.
"Ini? Kamu yakin? Ini terlalu- berapa harga nya?" Tanya Arvin.
"Seratus juta Pak, cincin ini sudah di lapisi dengan perak murni dan di tengah cincin ini terdapat perak murni mahal. Calon istrinya pintar sekali memilih hal yang unik."
Arvin berdeham, ia kini mengeluarkan kartu atm milik nya dari dompet, "Siapkan dua yang seperti ini dan dengan kotak berwarna merah."
"Tunggu sebentar, kami akan siapkan."
"Sekarang apa?" Tanya Ara.
"Kita cari makan" Ara berdeham. Ia kini duduk di meja makan berdua bersama calon suami nya. Ara menatap daftar menu.
"Kamu mau apa?."
"Gue mau nasi goreng dan minuman nya jus jeruk saja."
"Kalau saya nasi goreng jangan pakai timun dan tolong tomat nya di jadiin kecil kecil dan saya juga ingin memesan teh hijau dan tolong teh hijau nya jangan terlalu banyak gula."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Husband [ SUDAH TERBIT ]
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT | PART TIDAK LENGKAP 🦋 Terbit di playbook dan play store bersama Eternity Publishing Kehidupan Ara kini berubah setelah ia terpaksa menerima sebuah perjodohan dari sang CEO. Masa SMA nya kini berubah menjadi masa pernikahan. ©My Future...