Hidup selama 17 tahun di lalui Joel bersama bundanya, tak pernah sedikitpun ia tahu keberadaan sang ayah walaupun sedari kecil dirinya selalu berharap ayahnya akan datang menemuinya. Harapan kecil itu tak pernah Joel inginkan lagi, dirinya sudah ter...
Jalanan yang padat tak dapat di hindarkan, para pengemudi berlomba lomba menyalakan klakson membuat kepalanya pening bukan main, mulutnya sudah gatal ingin sekali memaki maki tapi ia coba tahan tak ingin membuat keributan.
Netra serigalanya coba alihkan pandangan tak sengaja terfokus pada sekumpulan pelajar dengan logo sekolah yang berbeda dari dirinya, mungkin memang seluruh sekolah di bubarkan terlihat dari banyaknya para pelajar dengan logo sekolah yang berbeda beda sedang terjebak dalam kemacetan sama seperti dirinya.
Memberengut sebal menahan rasa bosan, Joel menelisik menatap arloji di pergelangan tangan kanan menimbang berapa menit lagi ia harus terjebak dalam kemacetan ini, apalagi jarak dari sekolah menuju restoran sang bunda cukup jauh karna lokasi restoran tersebut berada di tengah kota.
Akhirnya setelah menunggu kemacetan yang lumayan memakan waktu motornya bisa bergerak tak ingin terjebak kembali, ia tancapkan gas dan mulai menambah kecepatan berkendara membelah lautan pengemudi yang lain.
Sampailah ia pada tempat tujuan, Joel memarkirkan motornya di parkiran yang tersedia, membuka helm full face dan merapihkan rambutnya yang acak acakan.
Memasuki restoran dengan furnitur bergaya lama bernuansa vintage, ruangannya didekorasi secara simple, menggunakan kayu alami menonjolkan warna kayu coklat keemasan dan warna hijau pepohonan.
Sesaat ia mengingat seutas kenangan lama saat restoran ini ada, restoran ini sudah berdiri sejak Joel berumur 9 tahun, ia ingat pada saat itu bundanya selalu pulang malam, sosok cantik itu tak pernah lupa mengatakan kata maaf jika ia marah karena merasa tak di perhatikan.
Hatinya sakit jika mengingat perjuangan bundanya membesarkan dirinya tanpa keluhan bahkan senyuman hangat tak pernah luntur dari paras indahnya. Joel menyayangi bundanya dan ia merasa kasih sayang bunda sudah lebih dari cukup. Sosok malaikat tanpa sayap yang selalu ia kagumi bernama Helena Addison, bundanya, hidupnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Helena Addison)
Joel berjalan menuju kasir, dirinya sudah lama tak berkunjung kesini bisa di hitung jari berapa kali ia menginjakan kaki di restoran milik Helena.
"Hai kak" sapa Joel pada penjaga kasir yang terlihat begitu fokus menulis sesuatu.
Penjaga kasir itu alihkan perhatian pada nota dan pandangi siapa yang menyapa, kedua matanya membulat sempurna, terkejut. Anak dari atasannya sudah beranjak dewasa dan sangat tampan.
"Mau ketemu ibu Helena ya, ibu ada di ruangannya" jawabnya dengan senyuman canggung.
"Kalau gitu aku ke atas ya kak" wanita itu mengangguk kecil, Joel beranjak menuju ruang pribadi bundanya.
Pintu dengan cat berwarna merah itu ia ketuk sekali "Bun, aku masuk ya".
Lalu membukanya di saat Helena sudah memberikan ijin, Helena merentangkan kedua tangan ingin mendekap putranya yang dia rindukan, meletakan tas pada meja Joel menghampiri sosok cantik yang berdiri menghadapnya dengan kedua tangan terentang, pelukan hangat pun terjadi.
"Anak bunda lagi kecapean ya?" Joel hanya mengangguk sebagai jawaban, ia terlalu larut dalam dekapan hangat Helena, sangat nyaman. keduanya melepas peluk dan duduk bersisian pada sofa.
"Adek, disini ada menu baru loh mau nyobain?" Helena tampak antusias menawarkan menu baru kepada sang putra.
"Enggak deh Bunda, adek masih kenyang" ucap Joel sehalus mungkin, ia tak bohong perutnya memang masih kekenyangan.
"Tadi di sekolah adek makan apa?, Bunda gak suka ya kalau adek makan sembarangan" selidik Helena, dia takut Joel makan sesuatu yang tak sehat.
"Makan bento, tadi Hares traktir adek"
"Eh Hares, Gara, sama Niko udah jarang main ke rumah. Lain kali adek ajak, nanti bunda masakin makanan enak."
"Iya Bunda, Nanti adek ajakin main ke rumah"
hening sejenak, Joel yang memejamkan mata dan Helena yang sedari tadi mengusap lembut surai sang putra.
"Nanti mau langsung pulang atau jalan jalan dulu"
"Jalan jalan dulu boleh?, sekalian beli sepatu." Joel mendongak menatap Helena.
"Boleh dong sayang". Helena berikan kecupan pada kening sang putra, merasa gemas bukan main. Meskipun anaknya sudah remaja tapi dimata Helena Joel hanyalah anak kecil yang manja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.