04

605 42 1
                                    

Gara menggelengkan kepalanya sembari
menghela nafas. Ia tadi sempat berpikir bahwa Joel terjebak macet atau motor yang di kendarainya mogok tapi ternyata seseorang yang membuat ia khawatir malah masih bergelung dengan selimut dan bermimpi indah. Konyol.

Gara menatap seisi kelas dengan bosan tidak ada yang menarik untuk di lakukan, Nicho pergi entah kemana dan Hares si ketua osis juga pergi karena di panggil oleh anggota osisnya.

Sebelah tangannya menopang dagu menatap kesamping tepat pada jendela besar yang menampilkan area lapangan di bawahnya, retina tajamnya menatap dengan fokus.

"Tumben joel belum sampe, sakit?"

Gara menoleh menemukan figur Nicho yang memegang sebuah buku terlihat seperti buku pelajaran.

"Anaknya baru bangun" 

"jam segini baru bangun? buset dah perasaan yang main sampe malem kita. Kok dia yang terlambat" Nicho langsung duduk di samping Gara.

Gara dan Nicho memang duduk di bangku yang sama.

"Terus gimana? Joel masuk atau bolos?" Tanya Nicho.

"Masuk, mungkin sekarang dia lagi di jalan" mendengar gerutuan Joel yang samar di telpon tadi tidak mungkin jika Joel bolos.

Nicho mengangguk ringan mendengar jawaban dari Gara, ia meraba bawah meja dan mengeluarkan buku, lalu membuka lembar baru dan mulai menulis.

"Tadi darimana?" tanya Gara.

"Nyari ketua kelas" jawab Nicho seadannya, ia sedang fokus menulis lebih tepatnya menyalin jawaban.

Gara mengerutkan dahinya "ngapain?"

Nicho menghembuskan nafas lelah, ia menunjukan buku milik ketua kelas tepat di depan wajah Gara.

Gara menaikkan sebelas alisnya, ia melihat pertanyaan yang sudah di isi penuh dengan jawaban yg tersusun rapi per barisan halaman.

"Oh"

"Mau ikut nyontek gak? gue tau lu pasti belum ngerjain tugas" Nicho kembali menulis sesekali dirinya menatap Gara.

"Ga perlu, gue gak bodoh sama pemalas kayak lu" Gara berbalik ke samping kembali menatap luar jendela.

Nicho menendang kaki gara cukup keras di bawah meja, mendengar Gara meringis kesakitan. Itu sudah cukup adil sebagai bayaran setimpal atas ulahnya yang menyebalkan.

"Gue gak bisa ngerjain tugas karena ulah siapa? Jangan pura-pura gak tau"  Nicho mendengus.

Gara mengambil buku ketua kelas yang di jadikan contekan oleh teman sebangkunya, lalu menyerahkan buku pelajaran miliknya pada Nicho yang masih menatapnya dengan raut wajah sinis.

"Nih nyontek ke gue aja"

"Lu merasa gak enak kan, udah memperlakukan gue kayak tadi"

"Bawel. Cepetan nulisnya bell bentar lagi bunyi"












°❀⋆.ೃ࿔*:・















Hari ini Joel merasa keberuntungan telah berpihak kepadanya, karena jalan yang ia lalui mulus tanpa hambatan. Terlihat dari lenggangnya jalan dan tidak terlalu macet, jadi ia bisa bebas melajukan motornya dengan kecepatan untuk mengejar waktu keterlambatan.

Tapi, Joel mengernyit heran sepanjang jalan menuju arah sekolah. Ia tidak melihat ada anak sekolahan yang masih berkeliaran atau bisa di katakan terlambat seperti dirinya. Bibir itu berdecak mengusir pemikiran yang tidak perlu lebih baik sampai terlebih dahulu baru pikirkan apa yang harus di lakukan saat sampai nanti.

Saat telah dekat dengan gerbang ia memberhentikan motornya tak lupa melepas helm full facenya.
Joel menatap keseliling, gerbang sudah tertutup rapat, area sekolah juga sepi.

Bahkan penjaga sekolah yang biasa berjaga di depan gerbang pun tidak ada, Joel mengusak rambutnya kasar.

"Gimana masuknya" Lirih Joel.

"Pak"  teriak Joel tidak terlalu nyaring berharap ada yang mendengarnya dan membukakan gerbang. Tetapi tak ada sahutan berarti di dalam pos memang tidak ada penjaga sekolah/satpam.

Joel mendongak menatap gerbang, mengukur seberapa tinggi gerbang itu. Ia Menelan ludah dengan susah payah gerbang sekolah begitu menjulang tinggi, ide buruk jika ia harus memanjatnya.

Joel menunduk lesu jika ia berdiam diri di sini sia-sia saja perjalanannya dari rumah ke sekolah apalagi jaraknya cukup jauh, padahal tadi itu ia sudah sangat cepat dalam berkendara.

Tidak lama kemudian, Joel melihat penjaga sekolah dari kejauhan tak ingin menyia-nyiakan peluang, Joel berteriak memanggil petugas sekolah tersebut.

"Pak!!!"

Awalnya penjaga sekolah seperti kebingungan mencari sumber suara. Namun, saat menatap ke arah gerbang penjaga sekolah terkejut lalu berlari kecil menuju gerbang.

"Loh kamu ini kenapa terlambat" ujar penjaga sekolah.

"Bapak sih gak jaga di depan gerbang, jadi saya telat" rajuknya.

"Ngeles kamu kurang pinter" penjaga sekolah membuka kunci lalu membukakan gerbang.

"Ayo masuk"

Joel mengangguk lantas berbalik ke belakang menaiki motor dan memasuki area sekolah. Akhirnya ia bisa memasuki area sekolah, perasaan senang memenuhi dirinya.

"Ekhem"

Tiba-tiba saja suara berat menginstrupsinya dari belakang, bahkan Joel baru saja turun dari motornya lantas ia berbalik.

Di hadapannya sudah ada petugas sekolah dan guru piket yang menatapnya dengan raut wajah yang tidak menyenagkan, tidak ada senyuman, sorot matanya pun tajam.

Joel tersenyum canggung, "kenapa cepet banget sih guru piket menemukannya" gumamnya pelan.

Tanpa sengaja Joel menatap petugas sekolah yang memberikan senyuman mengejek kepadanya.

"Cepu bapak kurang asik"

"Apa? kamu ngomong apa?" Sentak guru piket.

"Enggak kok pak, saya gak bilang apa-apa"

"Ikut saya"

Joel hanya bisa mengangguk pasrah.












Joel Addison Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang