Hallo :)
Maaf jika tidak sesuai ekspektasi
Maaf kalau banyak kurangnya :)
Soalnya baru nulis dan ingin jadi penulis-
--
"Entah itu kemarin, besok atau lusa. Aku hanya ingin berterima kasih kepada diriku selama ini, karena sudah bertahan sejauh ini"
---
Terlihat kusam dan berantakan, begitulah kiranya kondisi Badak di malam itu, tak peduli orang lain memandang Badak seperti apa. Badak hanya memikirkan sebuah motor tuanya yang terpelanting jauh, tanpa kata maaf tanpa rasa berdosa, sebuah mobil melaju kembali melanjutkan perjalanannya.
Dia memperhatikan sejengkal demi sejengkal motor itu, bagian mana saja yang rusak dan terlihat buruk, bersyukur karena hanya body beserta tangannya saja yang lecet.
Perih? Tentu, bagaimana tidak? Dia pun merasa salah karena tidak memperhatikan jalan dan malah berfokus dengan ponsel yang ia genggam di tangan kiri.
Mungkin ia lebih mengutamakan isi pesan yang ada di ponsel dibandingkan kesalamatannya sendiri, tentang sebuah percakapan egois dari dua insan.
Malam itu, ia hancur, benar-benar hancur.
---
Haikal Wisesa sebagian orang menyebutnya Badak dan lebih mengenal dengan nama itu. Bukan karena ia mempunyai cula layaknya badak tetapi ada alasan dibalik itu, yaitu karena badan besarnya. Dibilang gendut, tidak, dibilang kurus tapi tidak kelihatan. Alasan jelasnya karena mentalnya yang keras dan tak mudah goyah layaknya seekor badak.
Di kamar yang kecil itu Badak duduk termangu sambil melihat foto yang dipajang di dinding samping poster bertuliskan tidak boleh di coret-coret, wajar saja jika ada poster seperti itu, karena pemilik rumah tidak mau rumahnya terlihat berantakan.
Ia tinggal di sebuah rumah kecil, sebagian menyebutnya kost-kost an dan sebagian lainnya menyebut dengan kontrakan. Hidup dengan sederhana dan menjalankan keseharian seperti kebanyakan orang di luar sana, tetapi dari sinilah cerita hebat dimulai.
"Dak, bikin kopi, ini gue udah beli kopinya."
Seorang dibalik pintu berkata dengan keras hingga menyadarkan Badak dari lamunan pahit, sepahit kopi yang hendak dibuat.
"Oke, gue masak air dulu."
"Buka dulu pintunya." Dengan nada setengah marah, Egol menggedor pintu.
"Oh iya lupa, hehe." Badak tertawa kecil, lantas membuka pintu yang sedikit sulit dibuka.
"Tumben bangat lo kunci tuh pintu, biasanya juga jam 3 malem ga dikunci." Dengan wajah ketus ia memberikan kopi yang baru ia beli dari kedai kopi langganan tempat Badak bekerja.
"Gue pengen tidur, Gol."
"Lo lupa apa oon? Kan kita ngekost bertiga."
"Hehe. Oh iya, lo ga bareng Njut?" Tanya Badak heran karena sudah jam 15:40. Tak seperti biasa, karena Njut adalah orang pertama yang sudah pasti ada di kost. Ia adalah sosok manusia langka yang berasal dari Benua Antartika, saking langkanya, ia seperti binatang yang hampir punah dan di lindungi karena selalu berada di rumah jika tidak ada kepentingan seperti kuliah dan bekerja.
"Tadi dia sama si Keling ga tau mau kemana, katanya sih pengen ke rumah Culay."
Hasfy Ferdian biasa di sebut Njut dan Surya Reza Friza sebut saja Egol. karena sudah banyak yang memakai nama panggilan Surya dan Reza, jika dipanggil Friza susah juga pelafalannya, lagian jika di panggil Friza ia akan marah karena tidak mau disamakan dengan pemeran antagonis dari serial Dragonball. Walaupun kesan pertamanya menolak untuk dipanggil Egol tetapi pada akhirnya ia pasrah dan menerima dengan sebutan itu, malahan orang lain mengenal ia dengan nama Egol.
Mereka berdua adalah teman kost sekaligus teman seperjuangan Badak di kota lain. Kami di pertemukan oleh jenjang pendidikan yang kami tempuh di bangku kuliahan.
Sedangkan Lulu Luken Lukiansyah atau Keling. Karena nama itu tidak pantas dengan tampangnya yang mirip tukang pukul, kami menyebutnya Keling, bukan tampangnya saja yang mirip tukang pukul tapi memang ia adalah tukang pukul di sekolahnya dahulu. Ia juga tidak keberatan dengan panggilannya itu, bahkan jika di panggil dengan nama aslinya, itu terdengar aneh di telinganya sendiri.
Ia adalah teman kampus Badak beserta Fikri Kaisar Maharditya, teman-temannya menyebutnya Culay. Ia adalah raja terakhir untuk mendapatkan makanan di tanggal tua, karena Culay mempunyai kios serba ada atau Agen, kami menyebutnya toko tanggal tua dimana kami selalu berhutang kepadanya, bahkan warga dan tetangganya menyebut kami dengan sebutan Lantatu (Langganan tanggal tua).
"Panjang umur dia, Dak. Baru juga di omongin udah kedengeran aja suara si Saga."
Mendengar suara motor mendekat membuat suasana tenang itu menjadikan Egol agak sedikit bersemangat, karena temannya pasti membawa cemilan untuk teman ngopi.
Saga adalah motor milik Keling. Ntah mengapa ia memiliki pikiran untuk menamai motor Supra itu, mungkin karena memiliki suara khas yang ganas tapi enak juga didengar. Tidak seperti motor dengan knalpot mber pada umumnya yang memiliki suara bising ditelinga.
"Wih lagi ngopi nih, pas banggggat."
Dengan serempak, mereka berkata seperti habis mengikuti panduan suara sehingga membuat ruangan itu tidak seperti ukuran aslinya, dengan membawa dua buah kantung plastik berisi beras beserta cemilan dan rokok untuk menjadi teman ngopi.
"Lo berdua ngasbon lagi aja?"
Tanpa pikir panjang Badak menanyakan hal tersebut, itu hal yang lumrah, seperti bahan candaan bagi mereka.
"Gue abis bayar utang sekarang tanggal 9, emangnya lo belom gajian?"
"Udah, kan kemaren gus bayar kost lima ratus ribu. bulan ini gue cuman dapet dua koma satu juta, karena kemarin gue banyak ngambil kopi buat kita, tapi lumayan lah buat bulan ini. lagian juga kan ada lo pada."
"Lo kerja ga nanti? Soalnya banyak tugas juga kita, hehe." Culay bertanya, lantas tersenyum tipis, Perhatian, karena ingin kopi gratisan. Tempat langganan kedua mereka setelah kios Culay adalah kedai kopi Badak bekerja.
Keluarga? Bisa disebut demikian, walau baru dipertemukan beberapa waktu lalu, Badak sudah menganggap mereka saudara. Teman, suatu anugrah yang tuhan berikan dengan ke hadirannya, sebagai mahluk sosial, manusia tentunya membutuhkan orang lain. Mau tidak mau, mereka harus menerima itu, Ayah? Ibu? Adik? Kakak? Mereka adalah orang lain.
Hindia pernah berkata:
Rayakan perasaanmu sebagai manusia
Jika kau pernah tersakiti, angkat tangan
Jika kau pernah menyakiti, angkat tangan
Jika kau pernah bahagia, angkat tangan
Jika kau pernah kecewa, angkat tangan
Hidup bukan untuk saling mendahului.Bahagiamu tergantung kepada dirimu sendiri, kau bebas memilih dengan siapa, itu hakmu. Lalu bagai mana dengan orang lain? Kau tak berhak membuat orang lain bahagia, tetapi berusaha dengan kehadiran dirimu kemungkinan mereka bahagia meningkat.
Komen ya :) kritik kalian adalah saran untukku :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria kuat tanpa rumah
عاطفيةTentang seorang pria yang tak seberuntung kebanyakan orang diluaran sana yang mempunyai tempat untuk bercerita, padahal ia mempunyai banyak hal dan pengalaman tetapi tidak ada satupun sosok orang untuk dijadikan rumah bagianya. sama perasaan aku, ak...