Hah?!"
"Ayo, Non bangun. Bibi sudah siapkan sarapan."
"Tapi, Bi."
"Tapi apa Non?"
"Em ... Ngga jadi, Bi."
"Yaudah Bibi turun dulu ya, Bibi masih banyak kerjaan."
"I-iya"
Hazel melakah dan menarik tirai jendela, menatap keluar dengan pikiran campur aduk.
"Bukankah tadi malam baru pukul satu? Mengapa begitu cepat sekali paginya, mungkin karena aku terlalu cape dengan aktivitas kemarin."
Hazel bersiap mandi lalu mengemas alat tulisnya dan segera turun. Melihat Bibi yang masih berkutik dengan piring-piring kotor, Hazel enggan menyapa Ia masih memikirkan mimpi semalam.
"Di dalam mimpi, sepertinya aku melihat kucing itu, tapi ada banyak hewan lainnya yang bisa bicara juga. Mereka sepert-"
"Eh Non, sejak kapan di situ. Kok engga ada suaranya."
"He-he, iya Bi. Hazel tadinya mau nanya, eh tidak jadi deh, karena Bibi kayanya sibuk banget."
"Memang mau nanya apa, Non?"
"Semalam ..." Hazel melirik jam dinding tepat di belakang Bibi Larry.
"Eh, ngga jadi deh, Bi. Udah kesiangan nih. Hazel berangkat dulu ya."
***
Teng ... Teng ... Teng ...
Bell masuk berbunyi semua murid seperti biasa bersiap menunggu kedatangan guru. Namun, sayangnya guru pelajaran IPA tidak datang karena sakit jadi, free class. Hazel menatap keluar jendela melihat Suasana luar sekolah. Begitu riuh tapi mata Hazel tertuju pada kelinci di dekat tiang bendera sekolah.
"Kelinci siapa? Bukannya ga boleh bawa hewan peliharaan ke sekolah, ya?" Batin Hazel.
"Kelinci itu berjalan seperti manusia! Tapi ... Kok engga pada liat, sih?" Batin Hazel.
"Zen! Coba deh liat di luar," Panggil Hazel kepada Zeny tepat di depan Hazel.
"Liat apaan?"
"Itu loh kelinci di deket tiang bendera. Masa ada kelinci di sekolahan si? Emang boleh ya, bawa-bawa hewan peliharaan?"
"Mana ada kelinci?"
"Itu loh di dekat tiang bendera!"
"Engga ada apa-apa ah di sana, zel! Kau salah liat kali"
"Hem, ya mungkin."
"Yasudah lah" ucap Zeny dan melanjutkan kembali bermain Handphone.
"Engga mungkin salah liat, itu benar-benar kelinci." Batin Hazel.
Hazel mengucek-ngucek matanya mencoba melihat kelinci kembali. Namun, mata Hazel tak bohong. Kelinci itu berjalan ke sana-kemari seperti kebingungan. Hazel segera keluar kelas dan mencoba melihatnya lebih dekat. Tapi, sayangnya kelinci itu tidak ada lagi.
"Menghilang kemana?" Batin Hazel mencoba mencari sekeliling sekolah tapi memang tidak ada.
"Ah, mungkin hanya halusinasi ku saja."
Hazel kembali ke kelas. Ketika berbalik arah, Hazel dikejutkan oleh sepucuk kertas yang melayang-layang di depannya seperti memberi isyarat untuk mengambilnya. Hazel melihat ke kanan dan ke kiri ia takut ada yang melihatnya. Namun sepertinya tidak ada, Hazel mengambil kertas tersebut dengan perlahan.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Greeland
Художественная прозаKehidupan seorang anak perempuan yang semakin hari ia semakin murung sejak ayahnya meninggal dunia. Ia selalu kesepian dan menjaga jarak dengan ibunya di setiap hari-harinya sebelum bertemu kucing ajaib yang dapat berbicara. Hewan itu membuat ia se...