10

387 31 0
                                    

⭐⭐⭐

Ruangan itu gelap.

Gelap dan sunyi, hingga bunyi klik ketika Wonbin menutup pintu terdengar begitu keras.

Dengan gugup Wonbin menelan ludah. Kenapa sepi?Kemana Eunseok? Apa Eunseok mungkin pulang ke rumahnya? Apa mungkin dia tidak tahu kalau Wonbin belum pulang? Syukurlah kalau begitu kejadiannya.

Wonbin berusaha menenangkan dirinya, tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya menghadapi apa yang akan terjadi, seperti hitungan mundur penantian sebuah bom yang akan meledak saja.

Dan bom itu memang meledak.

Dalam hitungan beberapa menit pintu depan terbuka, tidak. Bukan terbuka, tapi terdorong dengan kasarnya, lampu-lampu menyala.

Eunseok tampak begitu menakutkan, matanya menyala-nyala, rambutnya acak- acakan, bahkan pakaiannya yang biasanya selalu elegan dan rapi tampak kusut masai. Yang pasti, lelaki itu kelihatan begitu murka mendapati Wonbin berdiri di ruang tamu apartemen itu, hanya menatapnya. Dengan gerakan kasar dia meraih pundak Wonbin dan mengguncangnya begitu keras sampai Wonbin merasa pusing

"Kemana saja KAU?????!!!", teriak Eunseok lepas kendali.

Wonbin berusaha menjawab, tetapi kepalanya terasa pusing karena Eunseok masih mengguncangnya.

"Aku mencarimu ke segala penjuru, kau tahu????!!! " Eunseok masih berteriak. "Semua rumah sakit bersalin di kota ini aku datangi satu persatu, tapi tidak ada kamu!!!! Kemana saja KAU????"

"Eunseok, kalau kau terus mengguncangnya seperti itu, dia akan muntah sebentar lagi", sebuah suara tenang terdengar di belakang Eunseok, membuat lelaki itu terpaku, seolah-olah baru menyadari kehadiran sosok di belakangnya. Mark berdiri dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu, sepertinya menikmati pemandangan Wonbin yang didamprat oleh Eunseok.

Eunseok menarik napas dalam-dalam beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya.

Sialan benar Wonbin!!! Sialan benar gadis ini!!! Tidak tahukah dia begitu cemas tadi ketika sampai malam Wonbin tidak juga pulang?? Tak tahukah dia betapa hati Eunseok dicengkeram ketakutan yang amat sangat ketika mencoba menghubungi Wonbin dan menemukan bahwa ponselnya mati??? Beribu pikiran buruk tadi berkecamuk di dalam benak Eunseok, bagaimana kalau Wonbin kecelakaan? Atau dia menjadi korban kejahatan???!!!! Bagaimana kalau gadis itu terluka parah dan tidak dapat datang kepadanya untuk meminta pertolongan??? Dan sekarang, menemukan gadis itu berdiri di ruang tamu apartemennya, tanpa kekurangan suatu apapun, membuat Eunseok dibanjiri perasaan lega yang amat sangat, lega sekaligus murka, murka karena gadis itu telah membuatnya kacau balau, murka karena gadis itu telah membuatnya berubah dari Eunseok yang tenang menjadi Eunseok yang kacau, murka karena gadis itu telah menumbuhkan sebentuk perasaan yang tidak dia kenal sebelumnya.

"Pro... Proses melahirkan temanku bermasalah.... Dia... Dia eh... Harus.... Dioperasi....", Wonbin masih berusaha mengumpulkan nafasnya, diguncang dengan begitu kerasnya membuat pandangannya berkunang-kunang.

Tangan Eunseok yang masih berada di pundaknya mencengkeramnya kuat.

"Kalau begitu, apa susahnya meneleponku??!!! Kenapa kau matikan ponselmu hah??!!",

Wonbin mengerjapkan matanya gugup. "Baterai ponselku... Habis..."

"Memangnya tidak ada cara lain buat menghubungiku?! Aku hampir gila memikirkan kau ada dimana!! Apa kau pikir aku tidak mencemaskanmu??? Kau tahu aku hampir melaporkan kehilanganmu ke kantor polisi!!! "

"Eunseok, sudahlah, toh dia sudah pulang dengan selamat" Mark menyela, berusaha lagi meredakan kemarahan Eunseok. Dengan tajam Eunseok menoleh kepada sahabatnya itu, "Cukup Mark, kau boleh pulang, terima kasih sudah menemaniku tadi." Mark hanya mengangkat bahu menghadapi pengusiran halus itu, dia menepuk- nepuk kemejanya yang juga kusut, lalu melangkah keluar pintu.

A Romantic story about wonbin (Eunseok X Wonbin) GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang