20. KENANGAN

875 41 0
                                    

Seorang pria tampan sedang membaca semua laporan di ruang kerjanya, sudah larut malam tapi dia masih betah mengamati berkas-berkas itu tanpa berpaling sedikitpun.

"Os, ini sudah malam besok kamu harus berangkat kerja sudahi pekerjaanmu sekarang, tubuhmu bisa cepat lelah jika terus-terusan begadang hampir setiap hari." 

Ibunya, Melly, menghampiri sang anak yang sudah kelewatan dalam memforsir pekerjaannya.

Orang yang ditegur—Albi Ganios—hanya menatap Ibunya sambil tersenyum lembut. 

"Ibu tenang aja, Nios bisa jaga kesehatan kok."

"Kamu ini memang gapernah bisa dibilangin, Os. Apa pekerjaanmu sangat penting sampai kamu lupa untuk menemui Clarry tadi siang ?"

Lagi-lagi ibu membahas tentang wanita, dia paling malas jika sudah membahas wanita si A, si B, dan seterusnya.

"Kenapa akhir-akhir ini Ibu selalu menjodohkanku dengan pilihan Ibu ?" Ganios bertanya serius mengenai alasan dari Melly.

"Ibu ini sudah tua, bahkan kamu lihat sendiri Os, rambutku sudah beruban hampir sepenuhnya. Apa lagi yang kamu harapkan, pekerjaan dan umurmu sudah lebih dari cukup untuk melangsungkan pernikahan."

"Os bisa mencarinya sendiri Bu, lagian Os masih tidak terlalu memikirkan tentang pernikahan, untuk saat ini masih sukar Bu."

Ganios sudah lelah dengan masalah di kehidupan pribadinya, sudah kesekian puluh kalinya ibu mengenalkan dia dengan banyak wanita.

"Kamu ini ingin wanita seperti apalagi sih Os, Ibumu sudah cukup sabar atas semua yang kamu perbuat. Menikahlah selagi ibumu masih ada. Ibu ingin memiliki cucu darimu."

"Os akan memikirkannya, tapi izinkan aku memilih pasangan hidup sendiri, Ibu tak perlu khawatir tentang wanita pilihan Os. Mau bagaimanapun dia, ibu harus bisa menerimanya."

"Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk pilihanmu, jika saja Ayahmu masih ada mungkin Ibu tidak akan se-khawatir ini mengenai jodohmu." Sedihnya.

"Ibu masih ada Kak Febrian dan ada Yuki cucu Ibu, tak perlu khawatir sama Os ya bu."

"Ibu hanya ingin kamu ada yang peduli Os selain Ibumu di dunia ini."

"Iya aku tau perasaan Ibu tapi jangan terlalu mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan, itu tidak baik. Biarkan alurnya mengalir yang penting Ibu serta keluarga kita selalu sehat dan bahagia."

"Iya Os, harusnya ibu tidak perlu terburu-buru."

Ganios merangkul Ibunya penuh kasih sayang. "Ibu lebih baik tidur lagi, Os mau lanjutin kerjaan tanggung sedikit lagi. Karena Os bulan depan harus pergi ke luar negeri selama 3 minggu mengurus kerjasama di Perusahaan cabang."

"Kamu mau kemana lagi Os ?"

"Kali ini Os pergi ke Inggris bu."

"Kamu hati-hati disana ya sayang."

"Iya pasti bu." Nios segera mengantar ibunya kembali ke kamar.

Dia kemudian duduk termenung setelah Ibunya tidur lagi, bayangan tentang seorang wanita cantik terus saja mengorbit di dalam pikirannya.

Apa wanita itu masih marah padanya selama bertahun-tahun tak berkabar.

Apakah kisah kasihnya masih terus berlanjut atau putus di waktu lampau jika suatu saat mereka bertemu kembali.

Albi Ganios sangat menyayangkan keputusannya memutuskan Wanita yang sangat ia cintai dan mungkin takkan tergantikan. Terlebih dulu dia masih labil, belum berpikiran cukup dewasa seperti saat ini.

“Kalo Lo pergi keluar negeri gimana gue Al ? Lo gaboleh kayak gini dong tanpa mikirin hubungan kita !"

"Tapi gue harus pergi kesana, apalagi nyokap gue mau ngurusin pindah ke Australia, gue gabisa gitu aja tinggal disini, lagian gue ngejar cita-cita gue buat kuliah di luar negeri."

"Terus mau lo gimana sama hubungan kita ?"

"Yaudah lo ikut aja kuliah bareng gue ke Australia."

"Gabisa gitu dong Os, lo ga mikirin gue gabisa kuliah disana, lo tau kan bokap gakan izinin gue jauh-jauh apalagi sama cowok."

"Ya terus lo maunya gimana?"

"Lo bisa kan tinggal disini aja ?"

"Gabisa, gue tetep bakalan pergi kesana, tolonglah coba ngertiin gue ya."

"Selalu gue yang harus bisa ngertiin Lo Al, terus gue ga sepenting itu buat Lo, omongan gue gapernah Lo denger Os, Lo cowok egois yang cuman mikirin diri Lo sendiri."

"Terus kenapa Lo masih bertahan sama gue kalo emang gue ini egois ?"

"Karena gue berharap lo bisa berubah Al, tapi sekarang tanpa rasa bersalahnya Lo mau ninggalin gue ke Australia, Lo udah nyia-nyiain hubungan kita selama ini Al."

"Terus gue harus ngesampingin cita-cita gue demi Lo gitu ? Gue gabisa lebih baik kita putus daripada gue gabisa ngejar apa yang gue harapkan dari dulu."

"Lo mau putus sama gue Al ?"

"Iya, mulai sekarang kita putus, biar lo sama gue gaada beban buat ngejalanin hubungan jarak jauh." 

"Albi !! tunggu !! jangan pergi Al..."

Albi Ganios, menghela nafasnya berat memikirkan tragedi putus cinta lebih tepatnya ia yang memutuskan hubungan mereka.

Tak ada yang bisa menggeserkan sosok mantan kekasihnya itu meski berkali-kali Albi terlibat kencan buta dengan wanita-wanita di berbagai belahan dunia.

Baik dalam pencariannya sendiri ataupun dijodohkan oleh teman dan sang ibu, tak ada satupun yang bisa membuat hatinya tergerak untuk memilih salah satu dari wanita-wanita itu.

Sampai ibunya pusing sendiri dengan pemikiran Albi yang menunda-nunda pernikahan paling tidak sekadar pacaran.

Melly tak bisa mengerti dengan sikap Albi yang terkesan ogah-ogahan jika dia mengenalkan berbagai macam tipe wanita pada anak bungsunya.

Tipe seperti apalagi yang putranya harapkan ? Wanita manalagi yang mampu memikat hati es-nya seorang Albi Ganios ?

Tak ada metamorfosis dalam kisah asmara putranya, Melly cukup resah jika putranya tak mau menikah padahal sudah terbilang cukup matang melihat dari berbagai sudut pandang selain tampan, mapan, dewasa, dan baik.

Tanpa Melly tau jika Putranya, Albi Ganios, tak bisa lepas dari bayang-bayang kelabu kenangan asmaranya di masa lalu. Bersama seorang wanita bernama Reindina Guntara.

Hanya perempuan cinta pertamanya itu yang mampu menyihir dan menggerakkan hati bekunya seorang Ganios.

***

Akhirnya nemu juga scene dari Mas mantan wkwkwk

**🙂**

•{[STEP MOM]}•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang