Part 6: Rein yang sebenarnya

2 0 0
                                    

Holla!
This is cegil!

.

.

.

"Konferensi pers akan dimulai 5 menit lagi."

Pria muda dengan setelan jas hitam mengadakan konferensi pers di perusahaannya.

Ketika memasuki ruangan, beberapa kamera berlomba untuk mendapatkan potret laki-laki itu. Dia adalah Reinaldo Ezhar.

CEO perusahaan Ezhar' Company. Perusahaan yang bergerak di sektor perhotelan dan pariwisata.

"Seperti yang sudah diketahui, Ezhar' Company bergerak di sektor perhotelan dan pariwisata. Dan sekarang..."

"Dengan bangga, saya ucapkan."

"Ezhar' Company akan bergerak di sektor perdagangan!" orang-orang bertepuk tangan mendengarnya.

"Bulan depan, kami akan membuka mall ekslusif pertama di perusahaan kami!"

Siapa yang tidak tau dengan Ezhar' Company, perusahaan baru yang bergerak cepat mendominasi dan hampir menduduki peringkat 10 besar di Asia.

"Tuan Ezhar!" orang-orang memanggilnya dengan itu.

"Apakah saya boleh bertanya?"

"Apakah Tuan sudah memiliki kekasih?"

"Benar! Banyak sekali wanita mengidolakan Anda karena masih muda dan mapan."

Banyak wartawan berebut untuk bertanya, namun Rein hanya tersenyum saja.

"Lihat saja nanti.." ia kemudian masuk de dalam mobil, berencana ke suatu tempat.

"Astaga" Hanna begitu terkejut saat melihat sahabatnya masuk di TV nasional.

"Sejak kapan dia sukses" Sania yang sedang menyuapi Hanna pun tersenyum.

"Dia membangun perusahannya 3 tahun yang lalu, saat ia masih seorang mahasiswa dan ia bekerja keras sejak saat itu."

"Dan inilah hasilnya."

"Aku tidak menyangka sama sekali..." ia masih sangat tercengang dengan itu.

Bel rumahnya berbunyi.
Keduanya memperhatikan pintu, ada tamu?, pikir mereka.

"Biar aku yang buka, kau diam saja di sini!"

"Rein?!" begitu cepat sampai kesini? Padahal baru saja muncul di TV, pikirnya.

"Kenapa kau disini?" Hanna sedikit mengintip pintu rumahnya.

"Bukannya kau di konferensi pers?" sahutnya lagi.

"Ternyata kau sangat kaya, pantas saja.."

Rein tersenyum, ia berjalan tanpa menyapa Sania.
"Apa aku diacuhkan? Dasar budak cinta!" geramnya di hati, ingatkan dia jika Rein masih sahabatnya.

Brakk, Sania kesal dengan temannya hingga membanting pintu.

"Bicaralah berdua! Aku mau ke kamar mandi! Huh!" wanita itu merajuk.

"Kenapa dia?"

"Lupakan!" sahut Rein.

"Bagaimana kabarmu? adikmu bilang kamu sakit" ia menempelkan punggung tangannya di dahi Hanna.

"Apa gara-gara hujan kemarin" ucapnya menebak.

"Kayaknya sih.."

"Omong-omong aku baru tau, ternyata kau sangat kaya ya" godanya.

Diriku Melintasi Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang