Jenny terbangun di tengah malam buta saat jam di dinding kamar menunjukkan angka dua pagi. Keringat membanjir di pelipisnya. Pun napasnya yang tersengal membuat kamar yang semula hening menjadi sedikit gaduh. Tatapan mata Jenny yang liar dan bibirnya yang seputih kertas menandakan bahwa ia baru saja mengalami mimpi buruk yang selalu mengganggu tidur lelapnya.
Takut-takut, Jenny melirik tubuh di sampingnya yang masih dalam posisi yang sama. Napasnya menjadi sedikit ringan saat dilihatnya Laura masih tertidur pulas di tempatnya. Meskipun memunggungi dirinya, Jenny tahu bahwa Laura masih tenggelam di alam mimpinya. Itu terlihat dari gerakan bahunya yang tenang dan deru napasnya yang teratur.
Gadis itu menurunkan tubuhnya dari ranjang Laura. Pelan-pelan, ia beranjak dari sana dan berniat untuk mengambil air putih di dapur. Tak peduli dengan suasana gelap yang menyelimuti ruang keluarga yang menghubungkan dapur dan ruang tamu, Jenny berjalan tenang tanpa menimbulkan suara.
Di pikirannya masih terbayang mimpi memuakkan itu. Mimpi di mana ia merasa kotor, untuk yang kesekian kalinya. Tak sadar, tangannya mengepal karena hatinya terasa sesak saat mengingat mimpi yang mengulang kejadian traumatis itu. Bibirnya ia gigit kuat-kuat agar tak bergetar, menahan tangis.
Di dapur, ia segera mengambil air dingin di lemari pendingin yang terletak di sudut ruangan. Ia hapal rumah ini, sangat. Karena ia sudah sering ke sini untuk beberapa kepentingan. Juga menginap jika keesokan harinya ia bertugas ke luar negeri maupun ke luar kota. Karena penerbangan yang Laura ambil selalu jam pertama. Hingga mau tak mau, Jenny harus berada bersama Laura─jika tak ingin tertinggal.
Satu gelas penuh air dingin ia habiskan dalam sekali teguk. Dinginnya air putih itu mengalir ke seluruh pembuluh darah dan pembuluh syarafnya hingga ketenangan pun kembali ia dapatkan. Lalu, ia menuangkan lagi satu gelas penuh air dingin di gelas yang sama. Kali ini ia menyesap air putih itu perlahan. Menikmati sensasi dinginnya mengalir menuju otaknya.
Ia berusaha mengatur kontrol emosinya agar tak terlihat di mata Laura, apalagi Bryan. Karena ia tak ingin merepotkan kakak-adik itu lebih lama lagi. Ia benci jika harus memiliki hutang budi sebanyak itu. Apalagi Laura begitu perhatian kepadanya. Hingga hal kecil-pun, tak pernah lepas dari perhatian wanita itu. Kadang, bagi Jenny, perhatian Laura sudah melebihi dari seorang kakak.
Jenny menaruh gelas kotor itu di bak pencucian. Setelah itu, ia kembali ke kamar Laura. Berharap agar wanita itu masih dipeluk mimpi yang indah. Gawat juga jika seandainya Laura tiba-tiba bangun dan melihatnya dalam kondisi yang mengenaskan seperti ini. Apalagi wajah pucatnya masih tetap bertahan.
Memasuki kamar, Jenny begitu lega melihat Laura masih tertidur pulas. Kali ini posisinya berubah menghadap ke arah tempat tidurnya.
Pelan-pelan, gadis itu menaiki ranjang dan menelusup di selimut yang sebagian besar melilit di tubuh Laura. Dengan jarak sedekat itu, Jenny bahkan bisa merasakan hembusan napas dari wanita yang sudah enam bulan terakhir ini menjadi atasannya itu.
Menelan ludah, Jenny menatap wajah Laura yang begitu cantik saat tidur seperti ini. Wajah kelam serta kekosongannya tadi seolah lenyap di telan kepolosannya saat terlelap. Tanpa sadar, Jenny tersenyum simpul. Lalu tangannya mengusap lengan Laura perlahan, mengalirkan sengatan listrik yang sama seperti beberapa jam yang lalu. Membuat detak jantungnya menggila dan aliran darahnya mengalir deras.
Dengan memejamkan mata, gadis itu mencoba mengusir debaran yang semakin menggila itu. Berharap bahwa ini hanyalah perasaan gila yang sedang menerjangnya.
Tidak mungkin bukan, jika ia menyukai Laura. Ia wanita, dan Laura juga wanita. Ia tahu, cinta sesama jenis sekarang sedang menjadi sebuah tren. Tapi dirinya tak termasuk. Ia wanita normal yang menyukai lelaki. Titik.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Normal
RomanceAwalnya, Jenny hanya mengalami trauma akibat percobaan pemerkosaan yang dlakukan mantan pacarnya. Lalu Bryan, lelaki dengan pandangan mata yang tak pernah lembut itu menyelamatkannya. Laura, kakak Bryan yang juga seorang direktur tempat Jenny bekerj...