Part 1

2.6K 45 13
                                    

Jenny mendapatkan kembali kesadarannya saat seseorang mengguncangkan lengannya dengan penuh semangat. Matanya yang dihiasi bulu lentik perlahan terbuka. Samar-samar, ia mendengar suara yang amat familiar.

"Jenny, kau tak apa, kan?" suara halus itu menelusup ke gendang telinganya.

Jenny mengerutkan keningnya. Kenapa suara boss-nya itu terasa begitu dekat?

"Jenny," lengannya kembali diguncang. Namun kali ini dengan sedikit lembut.

Setelah berusaha sekuat tenaga untuk membuka matanya, akhirnya Jenny benar-benar bisa melihat dengan jelas. Dan betapa terkejutnya ia saat boss-nya itu benar-benar berada di sampingnya.

"Miss Laura?" Jenny berusaha untuk bangkit. Tapi tubuhnya kembali terhempas ke ranjang saat ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Jenny, istirahatlah dulu," tahan Laura. "Tubuhmu masih lebam semua. Tapi syukurlah kau selamat. Jika Bryan tidak lewat sana malam itu, pasti kau...."

"Kak, Dokter Adam sudah datang," ujar suara berat yang memutus perkataan Laura.

"Oh, baiklah. Jenny, aku tinggal sebentar ya. Dokter akan memeriksamu," ujar Laura sembari menepuk tangannya dan berlalu dari ruangan itu bersama Bryan.

Jenny hanya mengangguk. Ia masih berusaha mengingat apa yang sudah terjadi dengan dirinya. Perlahan, kejadian semalam itu membeludak di seluruh memori otaknya. Membuat tubuh Jenny bergetar beberapa saat.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" dokter paruh baya itu tersenyum lembut ke arahnya. Dokter Adam tahu, pasiennya ini mengalami trauma berat yang bisa saja menganggu kesehatan psikisnya.

"Saya...saya tidak apa-apa, Dokter," kata Jenny terbata. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia bisa merasa setertekan ini.

Dokter Adam hanya tersenyum tipis. Lalu ia menyentuh pergelangan tangan Jenny untuk memeriksa denyut nadinya. Tanpa ia duga, Jenny menepiskan tangannya kuat-kuat.

"Dokter, maaf. Saya..saya tidak bermaksud..." ucap Jenny masih terbata. Sungguh, tangannya bergerak sendiri.

Dokter Adam mengangguk paham. Ia menyuruh perawat wanita yang sedang menyiapkan obat-obatan untuk memeriksa denyut nadi serta tensi darah Jenny.

"Nona, besok kau sudah boleh pulang. Jaga dirimu baik-baik," Dokter Adam tersenyum tipis dan meninggalkan ruangan itu setelah memberikan obat penghilang rasa nyeri pada Jenny.

Lima detik setelah Dokter Adam keluar, Laura kembali masuk ke dalam ruangan itu dan memeluk Jenny erat. Ia tahu, Jenny pasti sangat terluka setelah kejadian semalam. Ia mendengar sendiri dari Bryan bahwa Jenny dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Bayangkan, ia hampir saja diperkosa oleh mantan pacarnya yang gila itu. Apalagi mantan pacar Jenny itu juga melakukan kekerasan yang membuat Jenny semakin terlihat menyedihkan.

"Miss Laura, saya tidak apa-apa," ucam Jenny sembari berusaha melepaskan pelukan atasannya itu.

"Hei, jangan panggil aku dengan sebutan itu jika diluar kantor. Cukup panggil Laura saja. Toh, kita hanya berbeda satu tahun," ujar Laura lembut.

Jenny menatap atasannya ini dengan pandangan tak percaya. Padahal, ia baru bekerja di Adinggar Ent., perusahaan milik keluarga Laura yang bergerak di bidang seni─baik itu seni suara, musik, drama maupun tulisan─enam bulan lamanya. Tapi wanita cantik dengan kulit cokelat eksotisnya ini sangat baik kepadanya.

Ya, Laura memang cantik. Dengan tinggi 174cm dan berat badan 55kg membuat tubuhnya sangat dikagumi oleh banyak orang, terutama lelaki. Kulitnya yang berwarna cokelat gelap membuat Laura terlihat seksi. Apalagi dengan matanya yang berwarna cokelat gelap, mampu menghipnotis semua orang─terutama klien─untuk mengikuti semua kendalinya.

(Un)NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang