6

4.8K 284 19
                                    

Pria mungil itu memejamkan matanya saat benda kenyal membasahi pipinya. Menyapu bersih menggunakan air saliva nya seolah menghilangkan jejak ditempat itu.

Tangan kecilnya memegang ujung baju pria yang ada di depannya, "k-kak u-udah" ucap nya terbata.

Shaka berhenti dan menatap wajah cantik itu dengan pipi yang basah ulahnya, "pagi tadi gua bilang apa hm?"

"otak kecil Zidan ga lupa kok"

"tangan Nana aja yang gatel pegang Zidan" lanjut nya menatap rahang tegas Shaka. Tak berani melihat wajah datar itu yang sedang menatap dirinya.

Mendengar jawaban si mungil Shaka tersenyum miring, "lidah gua juga gatel"

Zidan menautkan alisnya, berpikir keras. Kalo gatel ya digaruk, trus hubungan nya sama dia apa?

"eh"

Benda tak bertulang itu kembali menyentuh kulitnya di bagian lengan, tepat setelah di sentuh Naren. Mata nya melihat lidah liar Shaka menelusuri lengan kecilnya tanpa ada yang tertinggal sama seperti yang di pipinya.

Zidan membiarkan Shaka, dia tak berani menegur setelah tau ini kesalahannya tak mengingat ucapan sang kakak tadi pagi.

Lelaki itu tersenyum tipis setelah selesai, "mau disengaja atau ga, jangan bersentuhan lagi"

Si mungil mengangguk patuh. Mungkin takut dia terkena gatal-gatal kalo bersentuhan? Lalu melepaskan tangan kekar itu yang memegang pundaknya.

Shaka mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya 'kenapa dilepas?'

"loh kata kakak kan ga boleh bersentuhan, termasuk kak Shaka juga dong"

"oh perkataan gua ada yang ketinggalan"

"kecuali gua" Shaka membawa tubuh mungil itu ke pelukannya. Menghirup aroma yang belakangan ini menjadi candu nya.

"daddy juga termasuk?!" seru Zidan yang hanya mendapat deheman.

Zidan mendongak, "hih emang Zidan bom! yang ga boleh di sentuh" dengus nya.

"jangan dilap bunny" ucap Shaka saat Zidan ingin menempelkan pipi di lengannya guna menghilangkan sisa air saliva.

"ck! lagian kakak basuh nya pake air ludah"

"hukuman buat lo"

Si mungil memutar bola mata malas, "awas ah Zidan mau keluar" menyingkirkan kepala Shaka yang mengendus-endus di lehernya bak kucing.

Shaka mengeratkan pelukannya tak membiarkan sang adik pergi seolah tak ada hari esok. Zidan menghela nafas saat tak ada pergerakan dari tubuh kekar itu. Dia diam membiarkan Shaka memeluk tubuhnya sepuasnya.

Zidan mengedarkan pandangannya melihat apa saja yang ada di ruangan bernuansa abu-abu ini, ah lebih tepat nya kamar Shaka. Tak ada yang istimewa, seperti pemilik nya.

Kenapa dia berakhir disini? Awalnya dia bersyukur karna Naren tak bertanya tentang kakaknya itu. Tapi dia tarik kembali ucapan nya saat pulang sekolah tiba-tiba tangannya ditarik seperti anak kecil yang susah untuk pulang. Dan berakhirlah dia dikamar Shaka.

Jantung nya sudah tak karuan mengingat hukuman yang akan diberikan oleh Shaka. Setelah tau hukumannya tak semenakutkan itu, dia jadi ingin membuat ulah lagi. Mungkin lebih dari ini?

Merasa udara masuk tak lancar, si mungil mendorong dada sang kakak dengan sekuat tenaga, "kakk sesek ihh" cemberut Zidan karna tak berhasil mendorong Shaka.

Posesif brother [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang