I Hate Designer

5.4K 276 17
                                    

Kalau saya boleh jujur, mungkin saya lah yang jatuh cinta sama kamu duluan.

* I H A T E D E S I G N E R *

Namanya Karenina Rizki Herdian. Tiga desember nanti, dia akan menginjak umur ke dua puluh lima. Umur yang tidak muda lagi memang. Di usianya yang dua puluh lima kurang tiga hari, Karen masih stuck. Salah, Karen terlalu mencintai tetangga di depan apartemennya.
Karen pindah ke apartemen itu saat dia berumur dua puluh, setelah dia kembali dari Paris menyelesaikan sekolahnya. Mulai saat itu dia memutuskan untuk tinggal di apartemen yang memang lebih dekat dari studio merangkap butik miliknya.

Tentu, kali pertama dia pindah ke apartemen -yang berada di lantai tertinggi salah satu kawasan mewah di Jakarta- dia merasa takut, bagaimana kalau tetangganya seorang maniak? Atau jangan-jangan kriminal? Sementara di lantai tersebut hanya ada kamarnya dan tetangga entah siapa itu.

Karen masih ingat, itu hari senin dan dia terburu-buru keluar dari apartemen saat mendapati seorang pria yang mungkin tiga tahun di atasnya juga baru keluar dari apartemennya. Jadi, saat itu mereka bertatapan. Dan untuk kali pertama Karen mengakui sosok di hadapannya benar-benar tampan, bahkan dari jarak sejauh itu.

Dengan gugup, Karen berjalan menuju lift sama seperti yang dilakukan pria dihadapannya. Matanya menatap lurus dan tajam dengan alis yang melengkung sempurna dan tebal berwarna hitan. Hidungnya mancung dengan lekukan yang sempurna. Rahangnya tegas dan bulu matanya tebal. Tinggi Karen hanya sebahu lelaki itu. Rambutnya sendiri berwarna hitam dengan potongan rapi, lelaki itu menggunakan gel hingga poninya dibentuk ke kanan. Over all, lelaki ini sempurna. Karen bahkan merutuk dirinya sendiri karena berkali-kali mengulang kata-kata itu.

"Ehm, halo saya Karen." Dia memulai dengan gugup. Lelaki di sampingnya mengangguk, "Saya Allan. Sepertinya saya pernah lihat kamu, apa kamu pernah masuk berita atau sejenisnya?"

Karen tertawa kaku. "Mungkin?"

"Yah bukan urusan saya juga sih," katanya lagi.

Yang paling Karen sukai dari Allan adalah karena mata lelaki itu berwarna biru dan hijau. Benar-benar menghipnotis. Daebak, Karen mengutip kata-kata di drama korea yang sering dia tonton, bahkan dia tak tahu bagaimana menulisnya. Karen tak peduli, dia telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Ini benar-benar tidak sopan, tapi apa kamu pernah masuk televisi? Atau majalah? Saya merasa pernah melihat kamu," suara Allan membuat Karen menoleh. Dengan gugup ia menyelipkan rambutnya ke belakang teling. "Ya beberapa kali," sahutnya jujur.

Entah mengapa Karen tak ingin Allan mengetahui fakta itu, kadang infotainment sering melebih-lebihkan. Mengatakan dia ratu es, jenius berlidah tajam dan lainnya. Karen sendiri selalu mendengus mengingatnya, dia ini orang yang cinta kesempurnaan. Dia tak suka melihat pekerjaannya tidak sempurna, karena hal itu benar-benar mengganggu. Mungkin itu juga yang membuatnya sampai saat ini tak mempunyai kekasih.

"Oh sekarang saya ingat, Karenina Rizki Herdian, right?" Allan kembali membuka pembicaraan. Karen sendiri hanya mengangguk kemudian memasuki lift, dia mengdongak.
"Kamu gak masuk?" Tanyanya.

Allan menggeleng, "Saya gak suka perancang busana." Setelah mengatakan itu pintu lift tertutup sempurna.

"Hah? Apa-apaan?" Karen merutuk kesal. Hampir saja dia lepas kendali, tapi untungnya itu tak terjadi.

Di minggu pertama kepindahannya, Karen mendapati dirinya jatuh cinta pada Allan. Tambahkan fakta bahwa Allan benci perancang busana. Jadi, di saat Karen menyadari perasaannya disaat itu juga ia ditolak mentah-mentah. Bahkan sebelum ia berusaha.

Diary of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang