"Kita akan mengacak tim patroli malam ini. Prefek dari asrama berbeda akan saling bekerja sama untuk melakukan patroli. Aku sudah membuat daftarnya, silahkan lihat," kata ketua murid putri. Patricia Stimpson.
Eddie Carmichael, ketua murid putra menyerahkan beberapa lembar dan kemudian membaginya pada setiap prefek yang hadir dalam rapat. Draco melihat daftar nama pasangan patroli, kemudian menemukan namanya berada di urutan ketiga, saat matanya melirik nama yang tertulis di sebelah namanya, mata pemuda berambut platina itu segera melotot.
"Kenapa aku harus dengan, si Mudblood?" Katanya, refleks dengan suara lantang. Pandangannya langsung tertuju pada kedua ketua murid dengan sorot mata menuntut.
"Jaga mulut busukmu, Malfoy," hardik Ron. Wajahnya sudah hampir semerah rambutnya karena marah, tidak terima atas sebutan Malfoy untuk Hermione.
"Kau yang busuk, Weasel," balas Pansy, membela Draco.
Aura permusuhan antara dua asrama langsung menguap dan semakin panas dalam ruangan. Eddie melirik Patricia, pemuda itu menghela nafas. Sudah menduga akan seperti ini.
"Kalian berhenti, atau akan kukurangi point asrama kalian karena membuat keributan dalam rapat."
Ron dan Pansy langsung diam, namun ekspresi dan tatapan mata mereka tidak serta mereta menghilangkan gejolak permusuhan yang sudah mendarah daging. Sementara Draco masih menatap tajam pada kedua ketua murid dengan tuntutan agar daftarnya diganti. Dan Hermione yang sedari tadi memelototi daftar dengan bola mata yang nyaris melompat keluar, memegang parkemen dengan genggaman erat seakan ingin merobeknya.
Patricia dengan ekspresi datar, bersuara "maaf Malfoy, aku dan Eddie sudah berusaha menyusun daftarnya dan sudah meninjaunya dengan Profesor McGonagall. Mau tidak mau kau harus menerima aturan ini atau kau akan dapat detensi lagi. Kau ingatkan kemarin kau dan Pansy tidak melakukan patroli, setelah rapat ini kalian harus bertemu Profesor Snape untuk urusan detensi."
Draco mendengus kesal. Meletakan parkemen tersebut, menghentakannya ke atas meja dengan keras. Lalu bersedekap dada dan memalingkan pandangan dengan wajah mengeruh. Hermione meliriknya dengan tatapan sinis, kali ini dia benar-benar ketiban sial.
Ketua murid akhirnya menutup rapat dan para prefek segera beranjak keluar dari ruangan. Hermione berjalan menyusuri koridor bersama Ron dan dua prefek Hufflepuf, Ernie Macmillan dan Hannah Abbot.
"Kau sial sekali, Hermione berpasangan dengan Malfoy," kata Ernie, memulai obrolan yang menurut Hermione sangat tidak menyenangkan. "Apalagi kalian dapat bagian ruang bawah tanah."
"Tempat kekuasaan para ular," timpal Ron, kemudian berdecih.
Hermione menghembuskan nafas berat, ingin sekali berlari kembali ke ruang ketua murid dan memohon pada Patricia untuk merubah daftarnya, atau paling tidak menukar pasangan patrolinya dengan orang lain. Orang lain selain Malfoy dan Parkinson.
"Kudengar, saat tengah malam ada banyak murid yang pergi ke dungeon," ujar Hannah. Hermione, Ron dan Ernie melirik Hannah. Ekspresi wajah gadis Hufflepuf itu menunjukan ekspresi seolah hendak memberitau sesuatu yang menjijikan. "Mereka melakukan sesuatu disana secara diam-diam. Kalian tau, melakukan itu," katanya dengan ambigu.
Alis Hermione mengerut "tidak mungkin mereka melakukannya disituasi saat ini. Ada Umbridge di sekolah yang menetapkan larangan melakukan kedekatan intim," kata Hermione. Sudah sangat jelas melihat pigura yang menuliskan larangan tersebut, dan seberapa menyebalkannya Umbridge saat berkeliling Hogwarts untuk memisahkan murid laki-laki dan perempuan.
"Memang dia sampai pergi ke dungeon juga untuk mengawasi?" Tanya Ron dengan wajah benar-benar tidak tau apa-apa.
"Aku tidak pernah melihatnya selain datang ke kelas untuk mengacaukan kelas Snape." Ernie mengedikan bahu.
"Semoga saja larangannya sampai ke dungeon, Hermione. Agar kau tidak perlu melihat hal menjijikan itu," kata Hannah. Hermione mengangguk, benar-benar berharap ucapan Hannah benar. Hermione sunguh tidak ingin mencemari penglihatannya dengan hal kotor.
Mereka kemudian berpisah di perempatan koridor karena memiliki jadwal kelas yang berbeda. Hermione dan Ron menuju kelas sejarah, mereka bertemu Harry, Seamus dan Neville di depan pintu kelas. Kemudian kelimanya masuk untuk mengikuti pelajaran dari satu-satunya profeosor hantu, Cuthbert Binns.
Hermione berharap jarum jam bergerak lebih lambat agar malam tidak cepat datang, namun rupanya malam datang lebih cepat, kali ini terasa lebih cepat dari biasanya, dan waktu patroli yang Hermione hindari akhirnya tiba.
Koridor sudah sepi beberapa menit setelah jam makam malam selesai. Waktu menunjukan hampir tengah malam ketika Hermione melihat pemuda Slytherin berambut platina itu berjalan ke arahnya sembari memakan apel hijau. Wajahnya menunjukan keterpaksaan dan keengganan.
"Ayo cepat Granger, aku tidak mau lama-lama denganmu." Draco berjalan melewati Hermione. Tidak sedikitpun meliriknya. Sikapnya membuat Hermione berdecak jengkel. Padahal dia sudah menunggu selama sepuluh menit. Dengan berat hati, Hermione berjalan dibelakang Malfoy, berjalan dengan jarak yang cukup jauh dari pemuda tersebut.
Mereka ke area ruang bawah tanah, menyusuri lorong-lorong minim cahaya. Memeriksa kelas-kelas yang ada disana. Berjalan semakin masuk hingga tiba di dungeon.
Hermione mengerutkan alisnya ketika mendengar suara aneh dari jalur disebelah kiri. Tanpa memberitau Malfoy yang berjalan didepannya, Hermione mengambil jalur kiri, masuk ke dalam dungeon yang lebih gelap sendirian.
"Lumos." seberkas cahaya mencul dari ujung tongkat Hermione. Gadis Gryfindor itu berjalan dengan berani namun hati-hati, mencoba mencari tau asal suara yang didengarnya. Semakin dekat, semakin jelas pula suara aneh tersebut dan ekspresi Hermione juga semakin mengeruh. Tiba-tiba mengingat perkataan Hannah tadi siang mengenai hal menjijikan yang sering anak-anak Slytherin lakukan dalam dungeon saat tengah malam.
Hermione mengangkat tongkatnyanya yang bercahaya, agar dapat melihat dengan lebih jelas seseroang yang kini berada tepat beberapa langkah didepannya. Wajah yang Hermione kenal, Theodore Nott menoleh tepat saat Hermione mengarahkan Lumos padanya. Tangan Hermione agak bergetar, gadis itu menelan ludah susah payah, menggerakan tangan untuk mengarhkan cahaya pada orang lain yang tengah bersama Nott. Namun, saat cahaya hampir memberitau identitas orang tersebut, tangan Hermione segera ditarik turun dan tubuhnya dipaksa mundur.
Hermione menatap punggung seseorang, dan menemukan rambut pirang platina saat dia mendongkak.
"Slytherin dan Ravenclaw. Masing-masing dikurangi 30 point karena melakukan hal tidak senonoh dilingkungan sekolah serta 10 point karena melanggar jam malam, besok siap-siap untuk menerima detensi setelah kulaporkan pada Profesor," kata Draco. Iris kelabunya kemudian beralih pada Theo yang menjauh dari gadis dalam kukungannya "kalian berdua cepat kembali ke asrama masing-masing."
Hermione masih berada dibalik tubuh Draco, kepalanya menunduk bahkan ketika dua orang itu berjalan melewatinya. Gadis Ravenclaw, Hermione mengigit bibir bawahnya. Semoga bukan orang yang dikenalnya.
Tubuh Hermione jadi merinding dengan sedikit getaran panas. Draco berbalik dan menatap gadis Gryfindor yang berada didepannya. Jarak mereka cukup dekat, membuat Draco segera mengambil langkah mundur.
"Berhenti syhok, Granger. Cepat jalan, masih ada beberapa tempat yang harus diperiksa." dan Draco berjalan melewati Hermione yang sedang menetralkan degup jantungnya.
Sementara itu, tanpa Hermione sadari, gelang silver dalam saku jubahnya bergetar, dan huruf rune yang terukir disana, mengeluarkan kilauan cahaya.
To Be Continued
Jangan lupa vote dan komentarnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴏsᴛ ᴀɴᴅ ғᴏᴜɴᴅ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓
ФанфикMereka menemukan diri mereka saling terikat, jauh, bahkan sebelum mereka lahir. Dan takdir membawa mereka pada tragedy yang kembali terulang. _ Hermione menemukan gelang dengan ukiran rune dalam tumpukan barang dalam kamar kebutuhan, mencari tau ten...