"Semua Perapian di jaga ketat."
"Tidak semua" balas Harry.
Hermione dan Ron saling berpandangan. Dengan alis mengerut, mereka mengikuti Harry saat anak itu menyusuri Hogwarts. Hermione menahan nafas saat melihat pintu yang hendak dituju Harry.
"Ouh, kau pasti bercanda Harry," gumam Hermione, ia tertinggal beberapa langkah dibelalang dua teman laki-lakinya.
Setelah Harry mengaku bahwa dia kembali mengalami penglihatan yang berhububgan dengan Voldemort, Harry melihat Sirius seperti saat dia melihat Arthur Weasley sebelumnya, tapi kali ini bukan ularnya, melainkan Voldemort sendiri ada di sana. Menyiksa Sirius saat penyihir itu mencoba meminta sesuatu darinya.
"Hermione? Ayo," sahut Ron. Hermione merapatkan bibir, wajahnya masih mengeruh. Menghampiri Ron dan mengikuti Harry menerobos ke dalam ruang pribadi Umbridge.
Harry langsung menuju perapian, api hijau berkobar saat ia duduk didepannya. Mereka tidak sadar bahwa seekor kucing putih dalam potret, bergerak dan pergi menghilang.
"Kami ikut denganmu," sahut Ron
Harry menggeleng "ini terlalu berbahaya."
Ron segara memutar bola mata malas mendengar balasan sahabatnya tersebut.Hermione duduk disamping Harry, menarik perhatian dan mencoba membuat Harry mengerti. "Kapan kau akan sadar? Kita melakukannya bersama. Selalu."
"Memang demikian." Bukan salah satu dari mereka, melainkan Umbridge yang datang memergoki mereka. Wanita berpakaian pink itu berdiri di sisi pintu dengan tampang kesal. Matanya melotot dengan nafas naik turun.
"Bawa anak-anak nakal itu masuk," pinta Umbridge pada orang di luar. Kemudian beberapa orang masuk, dua dari mereka adalah Crabbe dan Goyle, menyeret satu orang masing-masing, mereka Ginny dan Luna.
"Ouh." Ron meringis melihat adik perempuannya. Sementara alis Hermione makin tertekuk, tidak menyukai situasi ini.
"Kemari kau, Potter." Umbridge menarik dan kemudian memaksanya duduk di atas kursi, mengikatnya tetap ditempat dan mulai menginterogasinya.
"Kau akan keluar menemui Dumbledore bukan."
"Tidak!" Sela Harry keras.
"Katakan dimana dia berada," desak Umbridge. Harry kembali berteriak menyela, membuat kekesalan Umbridge makin naik dan akhirnya melayangkan tangannya menampar pipi Harry.
"Pembohong!"
Ginny dan Hermione bergerak refleks, mencoba melepaskan diri dan menolong Harry, tapi orang-orang yang menahan mereka memiliki tenaga yang cukup kuat.
Pintu kembali dibuka dan Malfoy muncul, memegang kerah belakang kemeja Nevile, dan mendorong Gryffindor itu kasar bergabung dengan tahanan yang lain.
Hermione melihat situasinya makin tidak memungkinkan. Enam dari mereka, bahkan Nevile dan Luna. Pandangan Hermione bersibobrok dengan mata kelabu Malfoy, dan mungkin Hermione salah lihat atau salah mengartikan sorot mata kelabunya. Hermione melihat tatapan peringatan darinya, tidak seperti ancaman, tapi peringatan sungguhan.
"Berikan aku veritaserum, Profesor Snape," desak Umbridge, cepat bahkan sebelum Snape mengatakan sesuatu setelah dia masuk.
Wajah datar Snape agak mengerut, semar. Pandangannya beralih dari Harry pada Umbridge "sudah tidak ada, dan seingatku kaulah yang menghabisakannya saat mencoba mengintrogasi gadis Chang kemarin," kata Snape, membuat raut Umbridge mengerut masam "aku tak bisa membantumu."
Snape meninggalkan ruangan, tidak cukup peduli pada ekspresi keras Umbrdige yang seakan menahan muntahan siput. Tapi langkah Snape terhenti kala Harry buka suara, bicara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴏsᴛ ᴀɴᴅ ғᴏᴜɴᴅ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓
FanficMereka menemukan diri mereka saling terikat, jauh, bahkan sebelum mereka lahir. Dan takdir membawa mereka pada tragedy yang kembali terulang. _ Hermione menemukan gelang dengan ukiran rune dalam tumpukan barang dalam kamar kebutuhan, mencari tau ten...